Al-Qur'an Surat Al-Baqarah 1-286 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio)
0LIKE
3LOVE
1WOW

Tap Zoom Image

Download Image

DETAIL


1





الۤمّۤ ۚ





Alif lām mīm.



Alif Lām Mīm. 4)



Catatan
Kaki



4) Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang dibuka
dengan huruf Arab yang muqa
ṭṭa‘ah (dibaca nama hurufnya), seperti Alif lām
mīm, Alif lām rā, dan sebagainya. Hanya Allah Swt. yang mengetahui makna
sesungguhnya dari rangkaian huruf-huruf tersebut. Namun, dilihat dari
fungsinya, ada yang berpendapat bahwa rangkaian huruf-huruf itu bertujuan untuk
menarik perhatian atau untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.





2





ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ





Żālikal-kitābu lā
raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a).



Kitab (Al-Qur’an) ini
tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa,





3





الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ





Al-lażīna yu'minūna
bil-gaibi wa yuqīmūna
-alāta wa mimmā razaqnāhum
yunfiqūn(a).



(yaitu)
orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan
sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,





4





وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ
اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ





Wal-lażīna yu'minūna
bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik(a), wabil-ākhirati hum yūqinūn(a).



dan mereka yang
beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan
(kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan
adanya akhirat.





5





اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ
الْمُفْلِحُوْنَ





Ulā'ika ‘alā hudam mir
rabbihim wa ulā'ika humul-mufli
ūn(a).



Merekalah yang
mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.





6





اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ
اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ





Innal-lażīna kafarū
sawā'un ‘alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad)
beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.





7





خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى
اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ





Khatamallāhu ‘alā
qulūbihim wa ‘alā sam‘ihim wa ‘alā ab
ārihim gisyāwatuw wa
lahum ‘ażābun ‘a
īm(un).



Allah telah mengunci
hati dan pendengaran mereka.
5) Pada penglihatan
mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.



Catatan
Kaki



5) Allah Swt. telah mengunci hati dan telinga
orang kafir sehingga nasihat atau hidayah tidak bisa masuk ke dalam hatinya.





8





وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ





Wa minan-nāsi may
yaqūlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu'minīn(a).



Di antara manusia ada
yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya
mereka itu bukanlah orang-orang mukmin.





9





يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ
اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ





Yukhādi‘ūnallāha
wal-lażīna āmanū wa mā yakhda‘ūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a).



Mereka menipu Allah
dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa
mereka sadari.





10





فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ
عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ





Fī qulūbihim maraun fa zādahumullāhu maraā(n), wa lahum ‘ażābun
alīmum bimā kānū yakżibūn(a).



Dalam hati mereka ada
penyakit,
6) lalu Allah menambah penyakitnya dan
mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta.



Catatan
Kaki



6) Penyakit hati yang dimaksud adalah keraguan
tentang kebenaran agama Islam, kemunafikan, atau kebencian terhadap kenabian
Rasulullah saw.





11





وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا
اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ





Wa iżā qīla lahum lā
tufsidū fil-ar
(i), qālū innamā nanu muliūn(a).



Apabila dikatakan
kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,”
7) mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang
yang melakukan perbaikan.”



Catatan
Kaki



7) Di antara bentuk kerusakan di atas bumi
adalah kekufuran, kemaksiatan, menyebarkan rahasia orang mukmin, dan memberikan
loyalitas kepada orang kafir. Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan
mengakibatkan alam ini rusak, bahkan hancur.





12





اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ





Alā innahum
humul-mufsidūna wa lākil lā yasy‘urūn(a).



Ingatlah, sesungguhnya
merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.





13





وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا
اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ
وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ





Wa iżā qīla lahum
āminū kamā āmanan nāsu qālū anu'minu kamā āmanas-sufahā'(u), alā innahum
humus-sufahā'u wa lākil lā ya‘lamūn(a).



Apabila dikatakan
kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman,” mereka
menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang picik akalnya itu
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang picik akalnya,
tetapi mereka tidak tahu.





14





وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا
خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِءُوْنَ





Wa iżā laqul-lażīna
āmanū qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayā
īnihim qālū innā ma‘akum,
innamā na
nu mustahzi'ūn(a).



Apabila mereka
berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan
tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka,
mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”





15





اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُوْنَ





Allāhu yastahzi'u
bihim wa yamudduhum fī
ugyānihim ya‘mahūn(a).



Allah akan
memperolok-olokkan dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.





16





اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا
رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ





Ulā'ikal-lażīnasytarawu-alālata bil-hudā, famā rabiat tijāratuhum wa mā kānū muhtadīn(a).



Mereka itulah
orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah beruntung
perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.





17





مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ
اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ
لَّا يُبْصِرُوْنَ





Maaluhum kamaalil-lażistauqada nārā(n), falammā aā'at mā aulahūū żahaballāhu binūrihim wa tarakahum fī ulumātil lā yubirūn(a).



Perumpamaan mereka
seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi sekelilingnya,
Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.





18





صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ





ummum bukmun ‘umyun fahum lā yarji‘ūn(a).



(Mereka)
tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.





19





اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ
وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ
حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ





Au kaayyibim minas-samā'i fīhi ulumātuw wa ra‘duw wa
barq(un), yaj‘alūna a
ābi‘ahum fī āżānihim mina-awā‘iqi ażaral-maut(i), wallāhu
mu
īum bil- kāfirīn(a).



Atau, seperti (orang
yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir,
dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari)
suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.
8)



Catatan
Kaki



8) Maksudnya adalah bahwa pengetahuan dan
kekuasaan Allah Swt. meliputi orang-orang kafir.





20





يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ
لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ
اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ





Yakādul-barqu yakhafu abārahum, kullamā aā'a lahum masyau fīh(i), wa iżā alama ‘alaihim qāmū, wa
lau syā'allāhu lażahaba bisam‘ihim wa ab
ārihim, innallāha ‘alā
kulli syai'in qadīr(un).



Hampir saja kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka
berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri
(tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





21





يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ





Yā ayyuhan-nāsu‘budū
rabbakumul-lażī khalaqakum wal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).



Wahai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.





22





الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ
بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ
رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ





Allażī ja‘ala
lakumul-ar
a firāsyaw was-samā'a binā'ā(n), wa anzala
minas-samā'i mā'an fa akhraja bihī mina
-amarāti rizqal lakum, falā taj‘alū lillāhi andādaw wa antum ta‘lamūn(a).



(Dialah)
yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan
Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
(hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah
kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.





23





وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا
فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ
اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ





Wa in kuntum fī raibim
mimmā nazzalnā ‘alā ‘abdinā fa'tū bisūratim mim mi
lih(ī), wad‘ū syuhadā'akum min dūnillāhi in kuntum ādiqīn(a).



Jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.





24





فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ
الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ





Fa'illam taf‘alū wa
lan taf‘alū fattaqun-nāral-latī waqūduhan-nāsu wal-
ijārah(tu), u‘iddat lil-kāfirīn(a).



Jika kamu tidak
(mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya),
takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang
disediakan bagi orang-orang kafir.





25





وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ
لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا
مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ
فِيْهَا خٰلِدُوْنَ





Wa basysyiril-lażīna
āmanū wa ‘amilu
-āliāti anna lahum jannātin tajrī min tatihal- anhār(u), kullamā ruziqū minhā min amaratir rizqā(n), qālū hāżal-lażī ruziqnā min qablu wa utū bihī
mutasyābihā(n), wa lahum fīhā azwājum mu
ahharatuw wa hum fīhā
khālidūn(a).



Sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka
(disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali
diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Inilah rezeki yang
diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang
serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka
kekal di dalamnya.





26





۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا
بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ
اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ
مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ
بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ





Innallāha lā yastayī ay yariba maalam mā ba‘ūatan famā fauqahā, fa'ammal- lażīna āmanū faya‘lamūna annahul-aqqu mir rabbihim, wa ammal-lażīna kafarū fayaqūlūna māżā arādallāhu
bihāżā ma
alā(n), yuillu bihī kaīraw wa yahdī bihī kaīrā(n), wa mā yuillu bihī illal-fāsiqīn(a).



Sesungguhnya Allah
tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada
itu.
9) Adapun orang-orang yang beriman
mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir
berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu
banyak orang yang disesatkan-Nya.
10) Dengan itu pula
banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan
dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,
11)



Catatan
Kaki



9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti
nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan
hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia.
10) Seseorang menjadi
sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa
Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi
sesat.
11) Orang fasik adalah orang yang melanggar
ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan.





27





الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ
وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى
الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ





Allażīna yanquūna ‘ahdallāhi mim ba‘di mīāqih(ī), wa yaqa‘ūna mā amarallāhu bihī ay yūala wa yufsidūna
fil-ar
(i), ulā'ika humul-khāsirūn(a).



(yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan
(silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang
rugi.





28





كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا
فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ
تُرْجَعُوْنَ





Kaifa takfurūna
billāhi wa kuntum amwātan fa'a
yākum, umma yumītukum umma yuyīkum umma ilaihi turja‘ūn(a).



Bagaimana kamu ingkar
kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian
Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah
kamu dikembalikan?





29





هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ
اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ





Huwal-lażī khalaqa
lakum mā fil-ar
i jamī‘ā(n), ummastawā ilas-samā'i
fasawwāhunna sab‘a samāwāt(in), wa huwa bikulli syai'in ‘alīm(un).



Dialah (Allah) yang
menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit,
lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.
12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.



Catatan
Kaki



12) Langit yang bermakna ruang di luar bumi
dengan segala isinya (bulan, planet, komet, bintang, galaksi) yang jumlahnya
tidak berhingga (disimbolkan dengan ungkapan tujuh langit) sesungguhnya terus
berevolusi. Banyak bintang yang mati, namun banyak juga bintang yang lahir.
Adapun yang dimaksud dengan menyempurnakan adalah terus berlangsungnya proses
pembentukan bintang-bintang baru sejak pembentukan alam semesta.





30





وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى
الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ
اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Wa iż qāla rabbuka
lil-malā'ikati innī jā‘ilun fil-ar
i khalīfah(tan), qālū
ataj‘alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa na
nu nusabbiu biamdika wa nuqaddisu
lak(a), qāla innī a‘lamu mā lā ta‘lamūn(a).



(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah
13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”



Catatan
Kaki



13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna
‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.





31





وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ
صٰدِقِيْنَ





Wa ‘allama
ādamal-asmā'a kullahā
umma ‘araahum ‘alal-malā'ikati
faqāla ambi'ūnī bi'asmā'i hā'ulā'i in kuntum
ādiqīn(a).



Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!”





32





قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا
ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ





Qālū subānaka lā ‘ilma lanā illā mā ‘allamtanā, innaka antal-‘alīmul-akīm(u).



Mereka menjawab, “Maha
Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”





33





قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ
اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ
غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ
تَكْتُمُوْنَ





Qāla yā ādamu ambi'hum
bi'asmā'ihim, falammā amba'ahum bi'asmā'ihim, qāla alam aqul lakum innī a‘lamu
gaibas-samāwāti wal-ar
(i), wa a‘lamu mā tubdūna wa mā kuntum taktumūn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia
(Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan
kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa
yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”





34





وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا
اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ





Wa iż qulnā
lil-malā'ikatisjudū li ādama fasajadū illā iblīs(a), abā wastakbara wa kāna
minal-kāfirīn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka,
mereka pun sujud, kecuali Iblis.
14) Ia menolaknya
dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.



Catatan
Kaki



14) Iblis, sebagaimana malaikat, juga menerima
perintah dari Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis berasal dari golongan
jin.





35





وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا
مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ





Wa qulnā yā ādamuskun
anta wa zaujukal-jannata wa kulā minhā ragadan
aiu syi'tumā, wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā mina-ālimīn(a).



Kami berfirman, “Wahai
Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat
(berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon
ini,
15) sehingga kamu termasuk orang-orang
zalim!”
16)



Catatan
Kaki



15) Setan menipu Nabi Adam a.s. bahwa siapa yang
memakan buah pohon itu akan kekal di dalam surga (lihat surah
āhā [20]: 120).
16)
Yaitu orang yang
berbuat aniaya yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri atau orang
lain.





36





فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا
فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى
الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ





Fa'azallahumasy-syaiānu ‘anhā fa akhrajahumā mimmā kānā fīh(i), wa qulnahbiū ba‘ukum liba‘in ‘aduww(un), wa
lakum fil-ar
i mustaqarruw wa matā‘un ilā īn(in).



Lalu, setan
menggelincirkan keduanya darinya
17) sehingga
keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana
(surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu
yang ditentukan.”



Catatan
Kaki



17) Nabi Adam a.s. dan Hawa memakan buah pohon
yang dilarang itu sehingga diusir Allah Swt. dari surga dan diturunkan ke
dunia.





37





فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ
اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ





Fatalaqqā ādamu mir
rabbihī kalimātin fatāba ‘alaih(i), innahū huwat-tawwābur- ra
īm(u).



Kemudian, Adam
menerima beberapa kalimat
18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima
tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.



Catatan
Kaki



18) Yang dimaksud dengan beberapa kalimat pada
ayat ini adalah ucapan untuk memohon ampunan (tobat) dari Allah Swt., seperti
disebut dalam surah al-A‘rāf (7): 23.





38





قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ
مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُوْنَ





Qulnahbiū minhā jamī‘ā(n), fa'immā ya'tiyannakum minnī hudan faman
tabi‘a hudāya falā khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Kami berfirman,
“Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku
kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang
menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”





39





وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ
اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ





Wal-lażīna kafarū wa
każżabū bi'āyātinā ulā'ika a
ṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).



(Sementara
itu,) orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.





40





يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ
اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَوْفُوْا بِعَهْدِيْٓ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْۚ وَاِيَّايَ
فَارْهَبُوْنِ





Yā banī isrā'īlażkurū
ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa aufū bi‘ahdī ūfi bi‘ahdikum, wa iyyāya
farhabūn(i).



Wahai Bani Israil,19) ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan
penuhilah janjimu kepada-Ku,
20) niscaya Aku
penuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut.



Catatan
Kaki



19) Israil adalah nama lain Nabi Ya‘qub a.s. Oleh
karena itu, Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya‘qub a.s. yang sekarang dikenal
sebagai bangsa Yahudi.
20) Di antara janji Bani Israil kepada Allah Swt.
ialah hanya menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya, dan beriman kepada Nabi
Muhammad saw. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.





41





وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا
تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا
قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ





Wa āminū bimā anzaltu
mu
addiqal limā ma‘akum wa lā takūnū awwala kāfirim
bih(ī), wa lā tasytarū bi'āyātī
amanan qalīlā(n), wa
iyyāya fattaqūn(i).



Berimanlah kamu kepada
apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada
kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya.
Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya
kepada-Ku.





42





وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ
وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ





Wa lā talbisul-aqqa bil-bāili wa taktumul-aqqa wa antum ta‘lamūn(a).



Janganlah kamu
campuradukkan kebenaran dengan kebatilan
21) dan (jangan
pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).



Catatan
Kaki



21) Yang dimaksud dengan kebatilan adalah
kesalahan, kejahatan, kemungkaran, dan sebagainya.





43





وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ
الرّٰكِعِيْنَ





Wa aqīmu-alāta wa ātuz-zakāta warka‘ū ma‘ar-rāki‘īn(a).



Tegakkanlah salat,
tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.





44





۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ
وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ





Ata'murūnan-nāsa
bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlūnal-kitāb(a), afalā ta‘qilūn(a).



Mengapa kamu menyuruh
orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu
sendiri, padahal kamu membaca kitab suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?





45





وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا
لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ





Wasta‘īnū bi-abri wa-alāh(ti), wa innahā lakabīratun illā ‘alal-khāsyi‘īn(a).



Mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,





46





الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ
وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ





Allażīna yaunnūna annahum mulāqū rabbihim wa annahum ilaihi rāji‘ūn(a).



(yaitu)
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan hanya
kepada-Nya mereka kembali.





47





يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ
اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ





Yā banī isrā'īlażkurū
ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī fa
ḍḍaltukum ‘alal- ‘ālamīn(a).



Wahai Bani Israil,
ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku
telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).





48





وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا
وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا هُمْ
يُنْصَرُوْنَ





Wattaqū yaumal lā
tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā syafā‘atuw wa lā yu'khażu
minhā ‘adluw wa lā hum yun
arūn(a).



Takutlah kamu pada
suatu hari (kiamat) yang seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun,
syafaat
22) dan tebusan apa pun darinya tidak
diterima, dan mereka tidak akan ditolong.



Catatan
Kaki



22) Syafaat ialah pertolongan yang, antara lain,
diberikan oleh malaikat, para nabi, atau orang-orang mukmin pilihan atas izin
Allah Swt. untuk meringankan azab seseorang atau bebannya di akhirat.





49





وَاِذْ نَجَّيْنٰكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ
سُوْۤءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗ
وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ





Wa iż najjainākum min
āli fir‘auna yasūmūnakum sū'al-‘ażābi yużabbi
ūna abnā'akum wa yastayūna nisā'akum, wa fī żālikum balā'um mir rabbikum ‘aīm(un).



(Ingatlah)
ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun.
23) Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu.
Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak
perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu.



Catatan
Kaki



23) Fir‘aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir Kuno.
Menurut sebagian ahli sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa a.s. adalah
Menepthan (1232–1224 SM) yang dikenal dengan Ramses II.





50





وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ
وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ





Wa iż faraqnā
bikumul-ba
ra fa'anjainākum wa agraqnā āla fir‘auna wa
antum tan
urūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan
(Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).
24)



Catatan
Kaki



24) Allah Swt. memberikan mukjizat kepada Nabi
Musa a.s. dengan memberinya jalan untuk dilintasi melalui tersibaknya laut.
Belum ada penjelasan ilmiah tentang mekanismenya. Bisa jadi, Nabi Musa a.s. dan
kaumnya menyeberang melintasi celah teluk yang sempit tepat saat laut surut
maksimum akibat purnama atau bulan baru sehingga memunculkan daratan untuk
dilintasi. Sekitar 6 jam kemudian, rombongan Fir‘aun mengejar. Saat di tengah,
air laut mulai pasang dan menenggelamkan mereka semua.





51





وَاِذْ وٰعَدْنَا مُوْسٰىٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ثُمَّ
اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ





Wa iż wā‘adnā mūsā
arba‘īna lailatan
ummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ālimūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami menjanjikan (petunjuk Taurat) kepada Musa (melalui munajat selama)
empat puluh malam.
25) Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan
(patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya, dan kamu
(menjadi) orang-orang zalim.



Catatan
Kaki



25) Allah Swt. menjanjikan bahwa waktu munajat
Nabi Musa a.s. untuk menerima petunjuk (Taurat) adalah empat puluh malam. Akan
tetapi, umatnya tidak sabar menunggunya sehingga mereka menyembah patung anak
sapi yang dibuat oleh Samiri.





52





ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُوْنَ





umma ‘afaunā ‘ankum mim ba‘di żālika la‘allakum
tasykurūn(a).



Setelah itu, Kami
memaafkan kamu agar kamu bersyukur.





53





وَاِذْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُوْنَ





Wa iż ātainā
mūsal-kitāba wal-furqāna la‘allakum tahtadūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami memberikan kitab (Taurat) dan furqān kepada Musa agar kamu
memperoleh petunjuk.
26)



Catatan
Kaki



26) Yang dimaksud adalah kumpulan wahyu yang
disebut Taurat dan berfungsi sebagai furqān, yaitu pembeda antara hak dan
batil.





54





وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ
اَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوْبُوْٓا اِلٰى بَارِىِٕكُمْ
فَاقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِنْدَ بَارِىِٕكُمْۗ
فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ





Wa iż qāla mūsā
liqaumihī yā qaumi innakum
alamtum anfusakum bittikhāżikumul- ‘ijla fatūbū
ilā bāri'ikum faqtulū anfusakum, żālikum khairul lakum ‘inda bāri'ikum, fatāba ‘alaikum,
innahū huwat-tawwābur-ra
īm(u).



(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah
menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai
sembahan). Oleh karena itu, bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu.
27) Itu lebih baik bagimu dalam pandangan Penciptamu. Dia akan
menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang.



Catatan
Kaki



27) Menurut sebagian mufasir, perintah untuk
membunuh diri pada ayat ini berarti perintah bagi orang yang tidak menyembah
patung anak sapi untuk membunuh orang yang menyembahnya. Namun, perintah itu
bisa pula dipahami sebagai perintah kepada orang-orang yang menyembah patung
anak sapi itu untuk saling membunuh atau membunuh diri mereka sendiri sebagai bentuk
tobat kepada Allah.





55





وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى
اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ





Wa iż qultum yā mūsā
lan nu'mina laka
attā narallāha jahratan fa'akhażatkumu-ā‘iqatu wa antum tanurūn(a).



(Ingatlah)
ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum
melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu
menyaksikan(-nya).





56





ثُمَّ بَعَثْنٰكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُوْنَ





umma ba‘anākum mim ba‘di
mautikum la‘allakum tasykurūn(a).



Kemudian, Kami membangkitkan
kamu setelah kematianmu agar kamu bersyukur.





57





وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ
الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا
ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ





Wa allalnā ‘alaikumul-gamāma wa anzalnā ‘alaikumul-manna was-salwā,
kulū min
ayyibāti mā razaqnākum, wa mā alamūnā wa lākin kānū anfusahum yalimūn(a).



Kami menaungi kamu
dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa.
28) Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah
yang menzalimi diri sendiri.



Catatan
Kaki



28) Manna ialah sejenis madu, sedangkan salwa
ialah sejenis burung puyuh.





58





وَاِذْ قُلْنَا ادْخُلُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوْا مِنْهَا
حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُوْلُوْا حِطَّةٌ
نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطٰيٰكُمْ ۗ وَسَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ





Wa iż qulnadkhulū
hāżihil-qaryata fakulū minhā
aiu syi'tum ragadaw
wadkhulul- bāba sujjadaw wa qūlū
iṭṭatun nagfir lakum khaāyākum, wa sanazīdul-musinīn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah
dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu
gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa
kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah
(karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”





59





فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ
لَهُمْ فَاَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا
كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ ࣖ





Fabaddalal-lażīna alamū qaulan gairal-lażī qīla lahum fa anzalnā ‘alal-lażīna alamū rijzam minas-samā'i bimā kānū yafsuqūn(a).



Lalu, orang-orang yang
zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada
mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang
zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik.





60





۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ
بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ
عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ
وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ





Wa iżistasqā mūsā
liqaumihī faqulna
rib bi‘aākal-ajar(a), fanfajarat minhunatā ‘asyrata ‘ainā(n),
qad ‘alima kullu unāsim masyrabahum, kulū wasyrabū mir rizqillāhi wa lā ta‘
au fil-ari mufsidīn(a).



(Ingatlah)
ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman,
“Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua
belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).
Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan
kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.





61





وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ
فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا
وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ
الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ
لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ
وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ
بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا
عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ





Wa iż qultum yā mūsā
lan na
bira ‘alā a‘āmiw wāidin fad‘u lanā rabbaka yukhrij lanā mimmā tumbitul-aru mim baqlihā wa qiṡṡā'ihā wa fūmihā wa ‘adasihā
wa ba
alihā, qāla atastabdilūnal-lażī huwa adnā
bil-lażī huwa khair(un), ihbi
ū miran fa inna lakum mā
sa'altum, wa
uribat ‘alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā'ū
biga
abim minallāh(i), żālika bi'annahum kānū
yakfurūna bi'āyātillāhi wa yaqtulūnan- nabiyyīna bi gairil-
aqq(i), żālika bimā ‘aaw wa kānū ya‘tadūn(a).



(Ingatlah)
ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu
macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi
kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih,
kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta
sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu
kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa
kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah.
Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu
ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.





62





اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى
وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ
صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Innal-lażīna āmanū
wal-lażīna hādū wan-na
ārā wa-ābi'īna man āmana billāhi wal- yaumil-ākhiri wa ‘amila ālian fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā
khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan
orang-orang Sabiin,
29) siapa saja (di antara mereka) yang
beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat
pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun
tidak bersedih hati.
30)



Catatan
Kaki



29) Sabiin adalah umat terdahulu yang percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak memeluk agama tertentu.
30) Ayat ini merupakan ketentuan umum bagi setiap umat pada masa
mereka masing-masing. Misalnya, umat Yahudi pada masa Nabi Musa a.s. dan umat
Nasrani pada masa Nabi Isa a.s.





63





وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ
خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَ





Wa iż akhażnā mīāqakum wa rafa‘nā fauqakumu-ūr(a), khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi la‘allakum
tattaqūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya
berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah
apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.”





64





ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ
اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَكُنْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ





umma tawallaitum mim ba‘di żālika falau lā falullāhi ‘alaikum wa ramatuhū lakuntum
minal-khāsirīn(a).



Setelah itu, kamu
berpaling. Maka, seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu,
pasti kamu termasuk orang yang rugi.





65





وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ
فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ





Wa laqad
‘alimtumul-lażīna‘tadau minkum fis-sabti faqulnā lahum kūnū qiradatan
khāsi'īn(a).



Sungguh, kamu
benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara
kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang
hina!”





66





فَجَعَلْنٰهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا
وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِيْنَ





Faja‘alnāhā nakālal
limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau‘i
atal lil-muttaqīn(a).



Maka, Kami jadikan
(yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi
mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa.





67





وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖٓ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ
تَذْبَحُوْا بَقَرَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۗ قَالَ اَعُوْذُ
بِاللّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ





Wa iż qāla mūsā
liqaumihī innallāha ya'murukum an tażba
ū baqarah(tan), qālū
atattakhiżunā huzuwā(n), qāla a‘ūżu billāhi an akūna minal-jāhilīn(a).



(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih
seekor sapi.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai
ejekan?” Dia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk
orang-orang yang jahil.”
31)



Catatan
Kaki



31) Kata jahil bisa berarti ‘bodoh’, ‘meyakini
sesuatu yang tidak benar’, atau ‘melakukan perbuatan yang tidak layak
dikerjakan’.





68





قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَ ۗ قَالَ
اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَّلَا بِكْرٌۗ عَوَانٌۢ بَيْنَ
ذٰلِكَ ۗ فَافْعَلُوْا مَا تُؤْمَرُوْنَ





Qālud‘u lanā rabbaka
yubayyil lanā mā hiy(a), qāla innahū yaqūlu innahā baqaratul lā fāri
uw wa lā bikr(un), ‘awānum baina żālik(a), faf‘alū mā tu'marūn(a).



Mereka berkata,
“Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang
(sapi) itu.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa sapi itu tidak
tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu.”





69





قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۗ
قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ
النّٰظِرِيْنَ





Qālud‘u lanā rabbaka
yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahū yaqūlu innahā baqaratun
afrā'u fāqi‘ul launuhā tasurrun-nāirīn(a).



Mereka berkata,
“Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa
warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah
sapi yang warnanya kuning tua, yang menyenangkan orang-orang yang
memandang(-nya).”





70





قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَۙ اِنَّ
الْبَقَرَ تَشٰبَهَ عَلَيْنَاۗ وَاِنَّآ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَمُهْتَدُوْنَ





Qālud‘u lanā rabbaka
yubayyil lanā mā hiy(a), innal-baqara tasyābaha ‘alainā, wa innā in syā'allāhu
lamuhtadūn(a).



Mereka berkata,
“Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang
(sapi) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika
Allah menghendakinya, niscaya kami mendapat petunjuk.”





71





قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُوْلٌ تُثِيْرُ
الْاَرْضَ وَلَا تَسْقِى الْحَرْثَۚ مُسَلَّمَةٌ لَّاشِيَةَ فِيْهَا ۗ قَالُوا
الْـٰٔنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوْهَا وَمَا كَادُوْا يَفْعَلُوْنَ ࣖ





Qāla innahū yaqūlu
innahā baqaratul lā żalūlun tu
īrul-ara wa lā tasqil-ar(a), musallamatul lā syiyata fīhā, qālul-'āna
ji'ta bil-
aqqi fażabaūhā wa mā kādū yaf‘alūn(a).



Dia (Musa) menjawab,
“Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi yang belum pernah dipakai
untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa
belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang
sebenarnya.” Lalu, mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan (perintah) itu.





72





وَاِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادّٰرَءْتُمْ فِيْهَا ۗ وَاللّٰهُ
مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ ۚ





Wa iż qultum nafsan
faddāra'tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumūn(a).



(Ingatlah)
ketika kamu membunuh seseorang lalu kamu saling tuduh tentang itu. Akan tetapi,
Allah menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan.





73





فَقُلْنَا اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهَاۗ كَذٰلِكَ يُحْيِ اللّٰهُ
الْمَوْتٰى وَيُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ





Faqulnaribūhu biba‘ihā, każālika yuyillāhul-mautā wa yurīkum
āyātihī la‘allakum ta‘qilūn(a).



Lalu, Kami berfirman,
“Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah
menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu
tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti.





74





ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ
كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا
يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ
مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا
اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ





umma qasat qulūbukum mim ba‘di żālika fahiya
kal-
ijārati au asyaddu qaswah(tan), wa inna minal-ijārati lamā yatafajjaru minhul-anhār(u), wa inna minhā lamā
yasysyaqqaqu fayakhruju minhul-mā'(u), wa inna minhā lamā yahbi
u min khasy-yatillāh(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).



Setelah itu, hatimu
menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal,
dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar. Ada pula
yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, dan ada lagi yang meluncur
jatuh karena takut kepada Allah. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu
kerjakan.





75





۞ اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ
فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلَامَ اللّٰهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهٗ مِنْۢ
بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ





Afa tama‘ūna ay yu'minū lakum wa qad kāna farīqum minhum yasma‘ūna kalāmallāhi
umma yuarrifūnahū mim ba‘di mā
‘aqalūhu wa hum ya‘lamūn(a).



Maka, apakah kamu
(muslimin) sangat mengharapkan mereka agar percaya kepadamu, sedangkan
segolongan mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah
memahaminya, padahal mereka mengetahui(-nya)?





76





وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا
خَلَا بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ قَالُوْٓا اَتُحَدِّثُوْنَهُمْ بِمَا فَتَحَ
اللّٰهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاۤجُّوْكُمْ بِهٖ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ اَفَلَا
تَعْقِلُوْنَ





Wa iżā laqul-lażīna
āmanū qālū āmannā, wa iżā khalā ba‘
uhum ilā ba‘in qālū atuaddiūnahum bimā fataallāhu ‘alaikum liyuājjūkum bihī ‘inda
rabbikum, afalā ta‘qilūn(a).



Apabila berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan
tetapi, apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, “Apakah akan kamu
ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu sehingga
mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Apakah kamu tidak mengerti?”





77





اَوَلَا يَعْلَمُوْنَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ
وَمَا يُعْلِنُوْنَ





Awalā ya‘lamūna
annallāha ya‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).



Tidakkah mereka tahu
bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka
nyatakan?





78





وَمِنْهُمْ اُمِّيُّوْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ الْكِتٰبَ اِلَّآ
اَمَانِيَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ





Wa minhum umiyyūna lā
ya‘lamūnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā ya
unnūn(a).



Di antara mereka ada
yang umi (buta huruf), tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya
berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga.





79





فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ
ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا
قَلِيْلًا ۗفَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ
مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ





Fawailul lil-lażīna
yaktubūnal-kitāba bi'aidīhim
umma yaqūlūna hāżā min ‘indillāhi liyasytarū
bihī
amanan qalīlā(n), fawailul lahum mimmā katabat
aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibūn(a).



Celakalah orang-orang
yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari
Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka, celakalah
mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka
perbuat.





80





وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا
مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ
اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Wa qālū lan
tamassanan-nāru illā ayyāmam ma‘dūdah (tan), qul attakhażtum ‘indallāhi ‘ahdan
falay yukhlifallāhu ‘ahdahū am taqūlūna ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).



Mereka berkata,
“Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah,
“Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari
janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?”





81





بَلٰى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَّاَحَاطَتْ بِهٖ خَطِيْۤـَٔتُهٗ
فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ





Balā man kasaba
sayyi'ataw wa a
āat bihī khaī'atuhū fa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā
khālidūn(a).



Bukan demikian! Siapa
yang berbuat keburukan dan dosanya telah menenggelamkannya, mereka itulah
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.





82





وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ
اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ





Wal-lażīna āmanū wa
‘amilu
-āliāti ulā'ika aṣḥābul-jannah(ti), hum fīhā khālidūn(a).



Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di
dalamnya.





83





وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا
تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى
وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ
وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ





Wa iż akhażnā mīāqa banī isrā'īla lā ta‘budūna illallāha wa bil-wālidaini isānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi usnaw wa aqīmu-alāta wa ātuz-zakāh(ta),
umma tawallaitum illā qalīlam minkum wa antum
mu‘ri
ūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada
manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu
berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.





84





وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَاۤءَكُمْ
وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ ۖ ثُمَّ اَقْرَرْتُمْ
وَاَنْتُمْ تَشْهَدُوْنَ





Wa iż akhażnā mīāqakum lā tasfikūna dimā'akum wa lā tukhrijūna anfusakum min diyārikum
umma aqrartum wa antum tasyhadūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu
(membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung
halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.





85





ثُمَّ اَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ تَقْتُلُوْنَ اَنْفُسَكُمْ
وَتُخْرِجُوْنَ فَرِيْقًا مِّنْكُمْ مِّنْ دِيَارِهِمْۖ تَظٰهَرُوْنَ عَلَيْهِمْ
بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۗ وَاِنْ يَّأْتُوْكُمْ اُسٰرٰى تُفٰدُوْهُمْ وَهُوَ
مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ اِخْرَاجُهُمْ ۗ اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ
وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا
خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى
اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ





umma antum hā'ulā'i taqtulūna anfusakum wa
tukhrijūna farīqam minkum min diyārihim ta
āharūna ‘alaihim bil-imi wal-‘udwān(i), wa iy ya'tūkum usārā tufādūhum wa huwa muarramun ‘alaikum ikhrājuhum, afa tu'minūna biba‘il-kitābi wa takfurūna bi ba‘(in), famā jazā'u may yaf‘alu
żālika minkum illā khizyun fil-
ayātid-dun-yā, wa yaumal-qiyāmati yuraddūna ilā
asyaddil-‘ażāb(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).



Kemudian, kamu (Bani
Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan darimu dari kampung
halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan
permusuhan. Jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka,
padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab
(Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang
pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam
kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling
berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.





86





اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا
بِالْاٰخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ ࣖ





Ulā'ikal-lażīnasytarawul-ayātad-dun-yā bil-ākhirah(ti), falā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu
wa lā hum yun
arūn(a).



Mereka itulah
orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka,
azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong.





87





وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ
بِالرُّسُلِ ۖ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ
بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ اَفَكُلَّمَا جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰىٓ
اَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۚ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ





Wa laqad ātainā
mūsal-kitāba wa qaffainā mim ba‘dihī bir-rusul(i), wa ātainā ‘īsabna
maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birū
il-qudus(i), afakullamā
jā'akum rasūlum bimā lā tahwā anfusukumustakbartum, fafarīqan każżabtum wa
farīqan taqtulūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami
menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa,
putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus
(Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu
(pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu,
sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?





88





وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ
بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ





Wa qālū qulūbunā
gulf(un), bal la‘anahumullāhu bikufrihim faqalīlam mā yu'minūn(a).



Mereka berkata, “Hati
kami tertutup.” Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran
mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman.





89





وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا
مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ
فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى
الْكٰفِرِيْنَ





Wa lammā jā'akum
kitābum min ‘indillāhi mu
addiqul limā ma‘ahum, wa kānū min qablu
yastafti
ūna ‘alal-lażīna kafarū, falammā jā'ahum mā ‘arafū
kafarū bih(ī), fala‘natullāhi ‘alal-kāfirīn(a).



Setelah sampai kepada
mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka,
sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata
setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka
mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah terhadap orang-orang yang ingkar.





90





بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ اَنْ يَّكْفُرُوْا بِمَآ
اَنْزَلَ اللّٰهُ بَغْيًا اَنْ يُّنَزِّلَ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ عَلٰى مَنْ
يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۚ فَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ عَلٰى غَضَبٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ
عَذَابٌ مُّهِيْنٌ





Bi'samasytarau bihī
anfusahum ay yakfurū bimā anzalallāhu bagyan ay yunazzilallāhu min fa
lihī ‘alā may yasyā'u min ‘ibādih(ī), fabā'ū bigaabin ‘alā gaab(in), wa lil-kāfirīna ‘ażābum muhīn(un).



Buruk sekali
(perbuatan) mereka menjual dirinya dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah
karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, mereka menanggung
kemurkaan demi kemurkaan. Kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang
menghinakan.





91





وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا
نُؤْمِنُ بِمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَاۤءَهٗ وَهُوَ
الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ۗ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ اَنْۢبِيَاۤءَ
اللّٰهِ مِنْ قَبْلُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Wa iżā qīla lahum
āminū bimā anzalallāhu qālū nu'minu bimā unzila ‘alainā wa yakfurūna bimā
warā'ah(ū), wa huwal-
aqqu muaddiqal limā ma‘ahum,
qul falima taqtulūna ambiyā'allāhi min qablu in kuntum mu'minīn(a).



Apabila dikatakan
kepada mereka, “Berimanlah pada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an),” mereka
menjawab, “Kami beriman pada apa yang diturunkan kepada kami.” Mereka ingkar
pada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur’an) itu adalah kebenaran yang
membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa kamu
dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang mukmin?”





92





۞ وَلَقَدْ جَاۤءَكُمْ مُّوْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ
الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ





Wa laqad jā'akum mūsā
bil-bayyināti
ummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ālimūn(a).



Sungguh, Musa
benar-benar telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran. Kemudian, kamu
mengambil (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya dan
kamu (menjadi) orang-orang zalim.





93





وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ
خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا ۗ قَالُوْا سَمِعْنَا
وَعَصَيْنَا وَاُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۗ قُلْ
بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهٖٓ اِيْمَانُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Wa iż akhażnā mīāqakum wa rafa‘nā fauqakumu-ūr(a), khużū mā ātainākum biquwwatiw wasma‘ū, qālū sami‘nā wa ‘aainā, wa usyribū fī qulūbihimul-‘ijla bikufrihim, qul bi'samā
ya'murukum bihī īmānukum in kuntum mu'minīn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya
berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!”
Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak menaatinya.”
Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi
karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh
keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang mukmin!”





94





قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ
خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ





Qul in kānat
lakumud-dārul-ākhiratu ‘indallāhi khāli
atam min dūnin-nāsi
fatamannawul-mauta in kuntum
ādiqīn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk orang
lain, mintalah kematian jika kamu orang-orang benar.”





95





وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ
وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ





Wa lay yatamannauhu
abadam bima qaddamat aidīhim, wallāhu ‘alīmum bi
-ālimīn(a).



Akan tetapi, mereka
tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali karena (dosa-dosa) yang telah
dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.





96





وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ
الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا
هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا
يَعْمَلُوْنَ ࣖ





Wa latajidannahum araan-nāsi ‘alā ayāh(tin), wa minal-lażīna
asyrakū, yawaddu a
aduhum lau yu‘ammaru alfa sanah(tin), wa mā
huwa bi muza
ziihī minal-‘ażābi ay yu‘ammar(a),
wallāhu ba
īrum bimā ya‘malūn(a).



Engkau (Nabi Muhammad)
sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang
paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang
musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal
umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa
yang mereka kerjakan.





97





قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى
قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى
لِلْمُؤْمِنِيْنَ





Qul man kāna ‘aduwwal
lijibrīla fa'innahū nazzalahū ‘alā qalbika bi iżnillāhi mu
addiqal limā baina yadaihi wa hudaw wa busyrā lil-mu'minīn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah
menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran
terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira
bagi orang-orang beriman.”





98





مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ
وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ





Man kāna ‘aduwwal
lillāhi wa malā'ikatihī wa rusulihī wa jibrīla wa mīkāla fa innallāha ‘aduwwul
lil-kāfirīn(a).



Siapa yang menjadi
musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail,
sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.





99





وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۚ وَمَا يَكْفُرُ
بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ





Wa laqad anzalnā
ilaika āyātim bayyināt(in), wa mā yakfuru bihā illal-fāsiqūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Nabi Muhammad), dan
tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik.





100





اَوَكُلَّمَا عٰهَدُوْا عَهْدًا نَّبَذَهٗ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ ۗ
بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ





Awa kullamā ‘āhadū
‘ahdan nabażahū farīqum minhum, bal ak
aruhum lā yu'minūn(a).



Mengapa setiap kali
mereka mengikat janji, sekelompok mereka melanggarnya? Bahkan, sebagian besar
mereka tidak beriman.





101





وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ
لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَۙ كِتٰبَ
اللّٰهِ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ كَاَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۖ





Wa lammā jā'ahum
rasūlum min ‘indillāhi mu
addiqul limā ma‘ahum nabaża farīqum minal-lażīna
ūtul-kitāb(a), kitāballāhi warā'a
uhūrihim ka'annahum lā
ya‘lamūn(a).



Setelah datang kepada
mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada
mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu
ke belakang punggung (tidak menggubrisnya) seakan-akan mereka tidak tahu.





102





وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ
ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ
السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ
وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا
تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ
ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا
لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا
بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ





Wattaba‘ū mā
tatlusy-syayā
īnu ‘alā mulki sulaimān(a), wa mā kafara
sulaimānu wa lākinnnasy-syayā
īna kafarū yu‘allimūnan-nāsas sir(a), wa mā unzila ‘alal-malakaini bibābila hārūta wa mārūt(a),
wa mā yu‘allimāni min a
adin attā yaqūlā innamā nanu fitnatun falā takfur, fayata‘allamūna minhumā mā yufarriqūna
bihī bainal-mar'i wa zaujih(ī), wa mā hum bi
arrīna bihī min aadin illā bi'iżnillāh(i), wa yata‘allamūna mā yaurruhum wa lā yanfa‘uhum, wa laqad ‘alimū lamanisytarāhu mā lahū
fil-ākhirati min khalāq(in), wa labi'sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānū
ya‘lamūn(a).



Mereka mengikuti apa
yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak
kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu
Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang
sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)
32) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari
dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami)
dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan
(sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan
dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah
mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan
mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang
menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya).



Catatan
Kaki



32) Dalam Al-Qur’an, kata fitnah digunakan untuk
menyatakan sejumlah makna sesuai dengan konteksnya, seperti ‘ujian’, ‘cobaan’,
‘azab’, ‘menghalangi kebenaran’, dan ‘mengusir orang dari kampung halamannya’.





103





وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ
اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ࣖ





Wa lau annahum āmanū
wattaqau lama
ūbatum min ‘indillāhi khair(un), lau kānū ya‘lamūn(a).



Seandainya mereka
benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik,
seandainya mereka mengetahui(-nya).





104





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا
وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā taqūlū rā‘inā wa qūlun
urnā wasma‘ū wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm(un).



Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Un
urnā”33) dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan
mendapat azab yang pedih.



Catatan
Kaki



33) Rā‘inā berarti ‘perhatikanlah kami’. Akan
tetapi, orang Yahudi memelesetkan ucapannya sehingga menjadi ru‘ūnah yang
berarti ‘bodoh sekali’ sebagai ejekan kepada Rasulullah. Oleh karena itu, Allah
Swt. menyuruh para sahabat untuk memakai kata un
urnā sebagai ganti
kata rā‘inā karena keduanya mempunyai makna yang sama.





105





مَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَلَا
الْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ خَيْرٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ
وَاللّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيْمِ





Mā yawaddul-lażīna
kafarū min ahlil-kitābi wa lal-musyrikīna ay yunazzila ‘alaikum min khairim mir
rabbikum, wallāhu yakhta
ṣṣu biramatihī may yasyā'(u),
wallāhu żul fa
lil-‘aīm(i).



Orang-orang kafir dari
golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya
kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Akan tetapi, secara khusus Allah
memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah pemilik karunia
yang besar.





106





۞ مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ
مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ





Mā nansakh min āyatin
au nunsihā na'ti bi khairim minhā au mi
lihā, alam ta‘lam
annallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Ayat yang Kami nasakh
(batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan
yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?





107





اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ ۗ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ





Alam ta‘lam annallāha
lahū mulkus-samāwāti wal ar
(i), wa mā lakum min dūnillāhi miw waliyyiw wa
lā na
īr(in).



Apakah engkau tidak
mengetahui bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? (Ketahuilah bahwa)
tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah.





108





اَمْ تُرِيْدُوْنَ اَنْ تَسْـَٔلُوْا رَسُوْلَكُمْ كَمَا سُىِٕلَ
مُوْسٰى مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ ضَلَّ
سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ





Am turīdūna an tas'alū
rasūlakum kamā su'ila mūsā min qabl(u), wa may yatabaddalil-kufra bil-īmāni
faqad
alla sawā'as-sabīl(i).



Ataukah kamu
menghendaki untuk meminta Rasulmu (Nabi Muhammad) seperti halnya Musa (pernah)
diminta (Bani Israil) dahulu?
34) Siapa yang
mengganti iman dengan kekufuran, sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang
lurus.



Catatan
Kaki



34) Bani Israil pernah meminta kepada Nabi Musa
a.s. agar dapat melihat Allah Swt. dengan mata kepala mereka, dibuatkan berhala
untuk disembah, dan lain-lain.





109





وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ
مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ
بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ
اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Wadda kaīrum min ahlil-kitābi lau yaruddūnakum mim ba‘di īmānikum kuffārā(n),
asadam min ‘indi anfusihim mim ba‘di mā
tabayyana lahumul-
aqq(u), fa‘fū wafaū attā ya'tiyallāhu bi amrih(ī), innallāha ‘alā
kulli syai'in qadīr(un).



Banyak di antara
Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu
beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah
kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah (biarkanlah) dan berlapang
dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah memberikan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





110





وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا
لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ





Wa aqīmu-alāta wa ātuz-zakāh(ta), wa mā tuqaddimū
li'anfusikum min khairin tajidūhu ‘indallāh(i), innallāha bimā ta‘malūna ba
īr(un).



Dirikanlah salat dan
tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu
dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.





111





وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا
اَوْ نَصٰرٰى ۗ تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ
كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ





Wa qālū lay
yadkhulal-jannata illā man kāna hūdan au na
ārā, tilka amāniyyuhum,
qul hātū burhānakum in kuntum
ādiqīn(a).



Mereka (Yahudi dan
Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.”
35) Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar.”



Catatan
Kaki



35) Orang Yahudi mengatakan bahwa mereka saja
yang akan masuk surga. Orang Nasrani pun meyakini bahwa hanya merekalah yang
akan masuk surga.





112





بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗٓ
اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ࣖ





Balā man aslama
wajhahū lillāhi wa huwa mu
sinun falahū ajruhū ‘inda rabbih(i), wa lā
khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Tidak demikian! Orang
yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah serta berbuat ihsan, akan
mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka, dan
mereka pun tidak bersedih.





113





وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ
وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ
الْكِتٰبَۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ
فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ
يَخْتَلِفُوْنَ





Wa qālatil-yahūdu
laisatin-na
ārā ‘alā syai'(in), wa qālatin-naārā laisatil-yahūdu ‘alā syai'(in), wa hum yatlūnal-kitāb(a), każālika
qālal-lażīna lā ya‘lamūna mi
la qaulihim, fallāhu yakumu bainahum yaumal-qiyāmati fīmā kānū fīhi yakhtalifūn(a).



Orang Yahudi berkata,
“Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang
Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang
benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak
berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi
putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka
perselisihkan.





114





وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ
فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعٰى فِيْ خَرَابِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ
يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ ەۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ
فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ





Wa man alamu mim mam mana‘a masājidallāhi ay yużkara fīhasmuhū wa sa‘ā fī
kharābihā, ulā'ika mā kāna lahum ay yadkhulūhā illā khā'ifīn(a), lahum
fid-dun-yā khizyuw wa lahum fil-ākhirati ‘ażābun ‘a
īm(un).



Siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang melarang masjid-masjid Allah digunakan sebagai tempat
berzikir di dalamnya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas
memasukinya, kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan
di dunia dan mendapat azab yang berat di akhirat.





115





وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا
فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ





Wa lillāhil-masyriqu
wal-magrib(u), fa'ainamā tuwallū fa
amma wajhullāh(i),
innallāha wāsi‘un ‘alīm(un).



Hanya milik Allah
timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.
36) Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.



Catatan
Kaki



36) Wajah Allah (wajhullāh) bisa berarti ‘Zat
Allah Swt’. atau ‘rida Allah Swt.’, sedangkan yang dimaksud di sini adalah arah
kiblat yang diridai oleh Allah Swt. saat seseorang tidak bisa menentukan arah
kiblat karena alasan tertentu. Maksud ini tergambar dalam sebab nuzul yang
dituturkan oleh ‘Amir bin Rabi‘ah r.a. Dia berkata, “Kami menemani Rasulullah
saw. dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba langit tertutup mendung sehingga kami
kesulitan menentukan arah kiblat. Kami pun salat dan memberi tanda (pada arah
salat kami). Ketika matahari muncul, kami sadar telah salat tanpa menghadap ke
arah kiblat. Kami laporkan hal ini kepada Rasulullah, lalu turunlah ayat ini.”
(Riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan at-Tirmizi).





116





وَقَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا ۙسُبْحٰنَهٗ ۗ بَلْ لَّهٗ مَا
فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلٌّ لَّهٗ قٰنِتُوْنَ





Wa qāluttakhażallāhu
waladan sub
ānah(ū), bal lahū mā fis-samāwāti wal-ar(i), kullul lahū qānitūn(a).



Mereka berkata, “Allah
mengangkat anak.” Maha Suci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang di langit dan
di bumi. Semua tunduk kepada-Nya.





117





بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا
فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ





Badī‘us-samāwāti
wal-ar
(i), wa iżā qaā amran fa'innamā yaqūlu
lahū kun fayakūn(u).



(Allah)
pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.





118





وَقَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللّٰهُ
اَوْ تَأْتِيْنَآ اٰيَةٌ ۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِّثْلَ
قَوْلِهِمْ ۗ تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ
يُّوْقِنُوْنَ





Wa qālal-lażīna lā
ya‘lamūna lau lā yukallimunallāhu au ta'tīnā āyah(tun), każālika qālal-lażīna
min qablihim mi
la qaulihim, tasyābahat qulūbuhum, qad
bayyannal-āyāti liqaumiy yūqinūn(a).



Orang-orang yang tidak
mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita atau datang
tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula orang-orang yang
sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa.
Sungguh, telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang
yakin.





119





اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا
تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ





Innā arsalnāka bil-aqqi basyīraw wa nażīrā(n), wa lā tus'alu ‘an aṣḥābil-jaīm(i).



Sesungguhnya Kami
telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan. Engkau tidak akan dimintai (pertanggungjawaban) tentang
penghuni-penghuni neraka.





120





وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ
اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ
مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ





Wa lan tarā ‘ankal-yahūdu wa lan-naārā attā tattabi‘a millatahum, qul inna hudallāhi huwal-hudā, wa
la'inittaba‘ta ahwā'ahum ba‘dal-lażī jā'aka minal-‘ilm(i), mā laka minallāhi
miw waliyyiw wa lā na
īr(in).



Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau
mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka
setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan
penolong dari (azab) Allah.





121





اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ
تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ
فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ





Allażīna
ātaināhumul-kitāba yatlūnahū
aqqa tilāwatih(ī), ulā'ika yu'minūna bih(ī),
wa may yakfur bihī fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).



Orang-orang yang telah
Kami beri kitab suci, mereka membacanya sebagaimana mestinya, itulah
orang-orang yang beriman padanya. Siapa yang ingkar padanya, merekalah
orang-orang yang rugi.





122





يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ
اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ





Yā banī isrā'īlażkurū
ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī fa
ḍḍaltukum ‘alal-‘ālamīn(a).



Wahai Bani Israil,
ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku
telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).





123





وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا
وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا هُمْ
يُنْصَرُوْنَ





Wattaqū yaumal lā
tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā ‘adluw wa lā tanfa‘uhā
syafā‘atuw wa lā hum yun
arūn(a).



Takutlah kamu pada
hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit
pun, tebusannya tidak diterima, syafaat tidak berguna baginya, dan mereka tidak
akan ditolong.





124





۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ
ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ
قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ





Wa iżibtalā ibrāhīma
rabbuhū bikalimātin fa atammahunn(a), qāla innī jā‘iluka lin-nāsi imāmā(n),
qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu ‘ahdi
-ālimīn(a).



(Ingatlah)
ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya
dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau
sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon
juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan,
tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”





125





وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ
وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ
وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ





Wa iż ja‘alnal-baita
ma
ābatal lin-nāsi wa amnā(n), wattakhiżū mim maqāmi
ibrāhīma mu
allā(n), wa ‘ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā‘īla
an
ahhirā baitiya li-ā'ifīna wal-‘ākifīna war-rukka‘is-sujūd(i).



(Ingatlah)
ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman
bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim
37) sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan
kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf,
yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!”



Catatan
Kaki



37) Maqam Ibrahim adalah tempat beliau berdiri
saat membangun Ka‘bah. Namun, ada juga yang memahaminya sebagai Masjidilharam
secara umum, sebagaimana ada juga yang memahaminya sebagai tempat beliau pernah
salat.





126





وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا
وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ
الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى
عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ





Wa iż qāla ibrāhīmu
rabbij‘al hāżā baladan āminaw warzuq ahlahū mina
-amarāti man āmana minhum billāhi wal-yaumil-ākhir(i), qāla wa
man kafara fa umatti‘uhū qalīlan
umma aḍṭarruhū ilā ‘ażābin-nār(i), wa bi'sal-maīr(u).



(Ingatlah)
ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang
aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa
dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada
Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri
kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah
seburuk-buruk tempat kembali.”





127





وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ
وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ





Wa iż yarfa‘u
ibrāhīmul-qawā‘ida minal-baiti wa ismā‘īl(u), rabbanā taqabbal minnā, innaka
antas-samī‘ul-‘alīm(u).



(Ingatlah)
ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa),
“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.





128





رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ
اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ
اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ





Rabbanā waj‘alnā
muslimaini laka wa min żurriyyatinā ummatam muslimatal lak(a), wa arinā
manāsikanā wa tub ‘alainā, innaka antat-tawwābur-ra
īm(u).



Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari
keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami
cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.





129





رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا
عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ ۗ
اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ





Rabbanā wab‘a fīhim rasūlam minhum yatlū ‘alaihim āyātika wa yu‘allimuhumul-kitāba
wal-
ikmata wa yuzakkīhim, innaka antal-‘azīzul-akīm(u).



Ya Tuhan kami, utuslah
di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah)
38) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”



Catatan
Kaki



38) Di antara arti hikmah adalah ‘sunah’,
‘pemahaman yang mendalam atas ajaran agama, kebenaran’, ‘pembicaraan yang
akurat’, ‘rasa takut kepada Allah Swt.’, ‘kenabian’, ‘risalah’, ‘akal’, dan
‘keserasian antara pengetahuan dan pengamalan’.





130





وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ
نَفْسَهٗ ۗوَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ
لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ





Wa may yargabu ‘an
millati ibrāhīma illā man safiha nafsah(ū), wa laqad-i
ṣṭafaināhu fid-dun-yā, wa innahū fil-ākhirati lamina-āliīn(a).



Siapa yang membenci
agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Kami benar-benar
telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia
termasuk orang-orang saleh.





131





اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ
الْعٰلَمِيْنَ





Iż qāla lahū rabbuhū
aslim, qāla aslamtu lirabbil-‘ālamīn(a).



(Ingatlah)
ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab,
“Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”





132





وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ
اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ ۗ





Wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya‘qūb(u), yā baniyya innallāhaṣṭafā lakumud-dīna falā tamūtunna illā wa antum muslimūn(a).



Ibrahim mewasiatkan
(ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku,
sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan muslim.”





133





اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ
قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ
وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ
وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ





Am kuntum syuhadā'a iż
aara ya‘qūbal-maut(u),
iż qāla libanīhi mā ta‘budūna mim ba‘dī, qālū na‘budu ilāhaka wa ilāha ābā'ika
ibrāhīma wa ismā‘īla wa is
āqa ilāhaw wāidā(n), wa nanu lahū muslimūn(a).



Apakah kamu (hadir)
menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya,
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang
Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”





134





تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا
كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ





Tilka ummatun qad
khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū
ya‘malūn(a).



Itulah umat yang telah
lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu
usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah
mereka kerjakan.





135





وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ
بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ





Wa qālū kūnū hūdan au
na
ārā tahtadū, qul bal millata ibrāhīma anīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a).



Mereka berkata, “Jadilah
kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.”
Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus
dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”





136





قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ
اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ
وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ
مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ
مُسْلِمُوْنَ





Qūlū āmannā billāhi wa
mā unzila ilainā wa mā unzila ilā ibrāhīma wa ismā‘īla wa is
āqa wa ya‘qūba wal-asbāi wa mā ūtiya mūsā wa ‘īsā
wa mā ūtiyan-nabiyyūna mir rabbihim, lā nufarriqu baina a
adim minhum wa nanu lahū muslimūn(a).



Katakanlah (wahai
orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan
kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan
keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”





137





فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا
ۚوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُ
ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۗ





Fa'in āmanū bimili mā āmantum bihī faqadihtadau, wa in tawallau fa'innamā hum fī
syiqāq(in), fasayakfīkahumullāh(u), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).



Jika mereka telah
mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan
tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan
(denganmu). Maka, Allah akan mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari
(kejahatan) mereka. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.





138





صِبْغَةَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةً ۖ
وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ





ibgatallāh(i), wa man asanu minallāhi ibgataw wa nanu lahū ‘ābidūn(a).



(Peliharalah)
sibgah Allah.
39) Siapa yang lebih baik sibgahnya daripada
Allah? Hanya kepada-Nya kami menyembah.



Catatan
Kaki



39) Sibgah Allah berarti ‘celupan Allah Swt.’.
Maksudnya adalah iman kepada Allah Swt. yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
Istilah itu digunakan karena iman menyatu dalam hati seperti menyatunya warna
pada bahan yang dicelupkan dan pengaruh celupan itu tampak pada pakaian
sebagaimana pengaruh iman tampak pada diri seorang mukmin.





139





قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِى اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْۚ
وَلَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ ۙ





Qul atuājjūnanā fillāhi wa huwa rabbunā wa rabbukum, wa lanā a‘mālunā
wa lakum a‘mālukum, wa na
nu lahū mukhliūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah kamu (Yahudi dan Nasrani) hendak berdebat dengan kami
tentang Allah? Padahal, Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan
kami, bagi kamu amalan kamu. Hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan
diri.





140





اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ
وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْتُمْ
اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهٗ مِنَ
اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ





Am taqūlūna inna
ibrāhīma wa ismā‘īla wa is
āqa wa ya‘qūba wal-asbāa kānū hūdan au naārā, qul a'antum a‘lamu
amillāh(u), wa man a
lamu mimman katama syahādatan ‘indahū minallāh(i),
wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).



Apakah kamu juga
berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub, dan keturunannya adalah penganut
Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah
Allah? Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian
dari Allah yang ada padanya?” Allah sama sekali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.





141





تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا
كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ۔





Tilka ummatun qad
khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū
ya‘malūn(a).



Itulah umat yang telah
lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu
usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah
mereka kerjakan.





142





۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ
قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ
وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ





Sayāqūlus-sufahā'u
minan-nāsi mā wallāhum ‘an qiblatihimul-latī kānū ‘alaihā, qul
lillāhil-masyriqu wal-magrib(u), yahdī may yasyā'u ilā
irāim mustaqīm(in).



Orang-orang yang
kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka
(kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk
menerima petunjuk).”





143





وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا
شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا
جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ
يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ
لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ
لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ





Wa każālika ja‘alnākum
ummataw wasa
al litakūnū syuhadā'a ‘alan-nāsi wa yakūnar-rasūlu
‘alaikum syahīdā(n), wa mā ja‘alnal-qiblatal-latī kunta ‘alaihā illā lina‘lama
may yattabi‘ur-rasūla mimmay yanqalibu ‘alā ‘aqibaih(i), wa in kānat
lakabīratan illā ‘alal-lażīna hadallāh(u), wa mā kānallāhu liyu
ī‘a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara'ūfur raīm(un).



Demikian pula Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan
40) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya,
kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat
berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.



Catatan
Kaki



40) Umat pertengahan berarti umat pilihan,
terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun
perilaku.





144





قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ
الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ
وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ





Qad narā taqallubaka
wajhika fis-samā'(i), fa lanuwalliyannaka qiblatan tar
āhā, fawalli wajhaka syaral-masjidil-arām(i), wa aiumā kuntum fawallū wujūhakum
sya
rah(ū), wa innal-lażīna ūtul-kitāba laya‘lamūna
annahul-
aqqu mir rabbihim, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā
ya‘malūn(a).



Sungguh, Kami melihat
wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami
palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah
Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah
itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab
41) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke
Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah
terhadap apa yang mereka kerjakan.



Catatan
Kaki



41) Orang-orang yang diberi kitab adalah kaum
Yahudi dengan kitab Tauratnya dan Kaum Nasrani dengan kitab Injilnya (lihat
surah al-Baqarah [2]: 105).





145





وَلَىِٕنْ اَتَيْتَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ بِكُلِّ اٰيَةٍ
مَّا تَبِعُوْا قِبْلَتَكَ ۚ وَمَآ اَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ ۚ وَمَا
بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ
مِّنْۢ بَعْدِ مَاجَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ اِنَّكَ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ
ۘ





Wa la'in
ataital-lażīna ūtul-kitāba bikulli āyatim mā tabi‘ū qiblatak(a), wa mā anta
bitābi‘in qiblatahum, wa mā ba‘
uhum bitābi‘in qiblata ba‘(in), wa la'inittaba‘ta ahwā'ahum mim ba‘di mā jā'aka
minal-‘ilm(i), innaka iżal lamina
-ālimīn(a).



Sungguh, jika engkau
(Nabi Muhammad) mendatangkan ayat-ayat (keterangan) kepada orang-orang yang
diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu. Engkau pun tidak akan
mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka (pun) tidak akan mengikuti kiblat sebagian
yang lain. Sungguh, jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu
kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.





146





اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا
يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ
الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ





Allażīna
ātaināhumul-kitāba ya‘rifūnahū kamā ya‘rifūna abnā'ahum, wa inna farīqam minhum
layaktumūnal-
aqqa wa hum ya‘lamūn(a).



Orang-orang yang telah
Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi Muhammad)
42) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Sesungguhnya sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan
mereka mengetahui(-nya).



Catatan
Kaki



42) Orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat
mengenal kenabian dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. karena telah disebutkan
secara gamblang dalam Taurat dan Injil.





147





اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ ࣖ





Al-aqqu mir rabbika falā takūnanna minal-mumtarīn(a).



Kebenaran itu dari
Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk
orang-orang yang ragu.





148





وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Wa likulliw wijhatun
huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt(i), aina mā takūnū ya'ti bikumullāhu
jamī‘ā(n), innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Bagi setiap umat ada
kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam
berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan
kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





149





وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ ۗ وَاِنَّهٗ لَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُوْنَ





Wa min aiu kharajta fawalli wajhaka syaral-masjidil-arām(i), wa innahū lal-aqqu mir rabbik(a), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).



Dari mana pun engkau
(Nabi Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Sesungguhnya
(hal) itu benar-benar (ketentuan) yang hak (pasti, yang tidak diragukan lagi)
dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.





150





وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا
يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ





Wa min aiu kharajta fa walli wajhaka syaral-masjidil-arām(i), wa aiumā kuntum fawallū wujūhakum syarah(ū), li'allā yakūna
lin-nāsi ‘alaikum
ujjatun illal-lażīna alamū minhum, falā takhsyauhum wakhsyaunī, wa li'utimma ni‘matī
‘alaikum wa la‘allakum tahtadūn(a).



Dari mana pun engkau
(Nabi Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana
saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya agar tidak ada alasan
bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Maka, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku
agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu dan agar kamu mendapat petunjuk.





151





كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا
عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ





Kamā arsalnā fīkum
rasūlam minkum yatlū ‘alaikum āyātinā wa yuzakkīkum wa yu‘allimukumul-kitāba
wal-
ikmata wa yu‘allimukum mā lam takūnū ta‘lamūn(a).



Sebagaimana (Kami
telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun mengutus kepadamu seorang Rasul
(Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah),
serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.





152





فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا
تَكْفُرُوْنِ ࣖ





Fażkurūnī ażkurkum
wasykurū lī wa lā takfurūn(i).



Maka, ingatlah
kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah
kamu ingkar kepada-Ku.





153





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanusta‘īnū bi
-abri wa-alāh(ti), innallāha ma‘a-ābirīn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.





154





وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ





Wa lā taqūlū limay
yuqtalu fī sabīlillāhi amwāt(un), bal a
yā'uw wa lākil lā tasy‘urūn(a).



Janganlah kamu
mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati.
Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.





155





وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْنَ





Wa lanabluwannakum
bisyai'im minal-khaufi wal-jū‘i wa naqa
im minal-amwāli
wal-anfusi wa
-amarāt(i), wa
basysyiri
-ābirīn(a).



Kami pasti akan
mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada
orang-orang sabar,





156





اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا
لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ





Allażīna iżā aābathum muībah(tun), qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn(a).



(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa
innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya
hanya kepada-Nya kami akan kembali).





157





اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ





Ulā'ika ‘alaihim alawātum mir rabbihim wa ramah(tun), wa ulā'ika
humul-muhtadūn(a).



Mereka itulah yang
memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.





158





۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ
حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا
ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ





Inna-afā wal-marwata min sya‘ā'irillāh(i), faman ajjal-baita awi‘tamara falā junāa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taawwa‘a khairan fa
innallāha syākirun ‘alīm(un).



Sesungguhnya Safa dan
Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah.
43) Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,
tidak ada dosa baginya mengerjakan sai
44) antara keduanya.
Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri,
45) lagi Maha Mengetahui.



Catatan
Kaki



43) Yang dimaksud dengan syiar adalah
simbol-simbol keagungan agama Allah Swt.
44) Sai berarti berjalan
dan berlari-lari kecil tujuh kali antara Safa dan Marwah ketika melakukan
ibadah haji atau umrah. Ungkapan tidak ada dosa dimaksudkan untuk menghilangkan
keberatan sebagian sahabat untuk mengerjakan sai karena Safa dan Marwah merupakan
bekas tempat berhala.
45) Maksud Allah Swt. mensyukuri hamba-Nya adalah
memberi pahala atas amalnya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatnya, dan
sebagainya.





159





اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ
وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ
اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ





Innal-lażīna yaktumūna
mā anzalnā minal-bayyināti wal-hudā mim ba‘di mā bayyannāhu lin-nāsi
fil-kitāb(i), ulā'ika yal‘anuhumullāhu wa yal‘anuhumul-lā‘inūn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh
mereka yang melaknat,





160





اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَبَيَّنُوْا
فَاُولٰۤىِٕكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَاَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ





Illal-lażīna tābū wa alaū wa bayyanū fa'ulā'ika atūbu ‘alaihim, wa
anat-tawwābur-ra
īm(u).



kecuali orang-orang
yang telah bertobat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan(-nya).
46) Mereka itulah yang Aku terima tobatnya. Akulah Yang Maha
Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.



Catatan
Kaki



46) Maksudnya adalah melakukan amal-amal saleh
untuk menghilangkan keburukan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahannya dan
menjelaskan kebenaran yang disembunyikannya.





161





اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللّٰهِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالنَّاسِ
اَجْمَعِيْنَۙ





Innal-lażīna kafarū wa
mātū wa hum kuffārun ulā'ika ‘alaihim la‘natullāhi wal-malā'ikati wan-nāsi
ajma‘īn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang kufur dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat
Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya.





162





خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۚ لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا
هُمْ يُنْظَرُوْنَ





Khālidīna fīhā, lā
yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yun
arūn(a).



Mereka kekal di
dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak
diberi penangguhan.





163





وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ
الرَّحِيْمُ ࣖ





Wa ilāhukum ilāhuw wāid(un), lā ilāha illā huwar-ramānur-raīm(u).



Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.





164





اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ
النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ
الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ
الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ
لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ





Inna fī
khalqis-samāwāti wal-ar
i wakhtilāfil-laili wan-nahāri wal-fulkil-latī
tajrī fil-ba
ri bimā yanfa‘un-nāsa wa mā anzalallāhu
minas-samā'i mim mā'in fa a
yā bihil-ara ba‘da mautihā wa baṡṡa fīhā min kulli dābbah(tin), wa tarīfir-riyāi was-saābil-musakhkhari
bainas-samā'i wal-ar
i la'āyātil liqaumiy ya‘qilūn(a).



Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,
47) bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang
bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di
dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang mengerti.



Catatan
Kaki



47) Pergantian malam dan siang akibat rotasi bumi
menggerakkan udara secara global berupa angin. Dengan angin, kapal dapat
bergerak menggunakan layar. Angin pula yang menggerakkan uap air dari lautan
hingga membentuk awan lalu mendorongnya ke daratan hingga tercurah sebagai
hujan. Dengan hujan itu, tumbuhlah tumbuhan yang menghidupi beragam jenis
hewan.





165





وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا
يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا
لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ
الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ





Wa minan-nāsi may
yattakhiżu min dūnillāhi andāday yu
ibbūnahum kaubbillāh(i), wal-lażīna āmanū asyaddu ubbal lillāh(i), wa lau yaral-lażīna alamū iż yaraunal-‘ażāb(a), annal-quwwata lillāhi jamī‘ā(n), wa
annallāha syadīdul-‘ażāb(i).



Di antara manusia ada
yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya)
yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim
itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu
semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka
menyesal).





166





اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ
اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ






tabarra'al-lażīnattubi‘ū minal-lażīnattaba‘ū wa ra'awul-‘ażāba wa taqa
ṭṭa‘at bihimul-asbāb(u).



(Yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti
saat mereka (orang-orang yang diikuti) melihat azab, dan (ketika) segala
hubungan antara mereka terputus.





167





وَقَالَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً
فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ
اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنَ
النَّارِ ࣖ





Wa qālal-lażīnattaba‘ū
lau anna lanā karratan fa natabarra'a minhum, kamā tabarra'ū minnā, każālika
yurīhimullāhu a‘mālahum
asarātin ‘alaihim, wa mā hum bikhārijīna
minan-nār(i).



Orang-orang yang
mengikuti berkata, “Andaikan saja kami mendapat kesempatan kembali (ke dunia),
tentu kami akan berlepas tangan dari mereka sebagaimana mereka berlepas tangan
dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan
mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Mereka sungguh tidak akan keluar dari
neraka.





168





يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا
طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُّبِيْنٌ





Yā ayyuhan-nāsu kulū
mimmā fil-ar
i alālan ayyibā(n), wa lā tattabi‘ū khuuwātisy-syaiān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).



Wahai manusia,
makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang
nyata.





169





اِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْۤءِ وَالْفَحْشَاۤءِ وَاَنْ
تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Innamā ya'murukum
bis-sū'i wal-fa
syā'i wa an taqūlū ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).



Sesungguhnya (setan)
hanya menyuruh kamu untuk berbuat jahat dan keji serta mengatakan tentang Allah
apa yang tidak kamu ketahui.





170





وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا
بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ
لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ





Wa iżā qīla
lahumuttabi‘ū mā anzalallāhu qālū bal nattabi‘u mā alfainā ‘alaihi ābā'anā,
awalau kāna ābā'uhum lā ya‘qilūna syai'aw wa lā yahtadūn(a).



Apabila dikatakan
kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab,
“Tidak. Kami tetap mengikuti kebiasaan yang kami dapati pada nenek moyang
kami.” Apakah (mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka (itu)
tidak mengerti apa pun dan tidak mendapat petunjuk?





171





وَمَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا
لَا يَسْمَعُ اِلَّا دُعَاۤءً وَّنِدَاۤءً ۗ صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا
يَعْقِلُوْنَ





Wa maalul-lażīna kafarū kamaalil-lażī yan‘iqu bimā
lā yasma‘u illā du‘ā'aw wa nidā'ā(n),
ummum bukmun ‘umyun
fahum lā ya‘qilūn(a).



Perumpamaan (penyeru)
orang-orang yang kufur adalah seperti (penggembala) yang meneriaki
(gembalaannya) yang tidak mendengar (memahami) selain panggilan dan teriakan
(saja). (Mereka) tuli, bisu, dan buta sehingga mereka tidak mengerti.





172





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا
رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū kulū min
ayyibāti mā razaqnākum wasykurū lillāhi in
kuntum iyyāhu ta‘budūn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.





173





اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ
الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ
بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Innamā arrama ‘alaikumul-maitata wad-dama wa lamal-khinzīri wa mā uhilla bihī ligairillāh(i), fa maniḍṭurra gaira bāgiw wa lā ‘ādin falā ima ‘alaih(i), innallāha gafūrur raīm(un).



Sesungguhnya Dia hanya
mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang
disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang
terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.





174





اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ
الْكِتٰبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًاۙ اُولٰۤىِٕكَ مَا يَأْكُلُوْنَ
فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ
الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۚوَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Innal-lażīna yaktumūna
mā anzalallāhu minal-kitābi wa yasytarūna bihī
amanan qalīlā(n), ulā'ika
mā ya'kulūna fī bu
ūnihim illan-nāra wa lā yukallimuhumullāhu
yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum ‘ażābun alīm(un).



Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab
(Taurat), dan menukarkannya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka
ke dalam perutnya. Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat dan tidak
akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang sangat pedih.





175





اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰى
وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ ۚ فَمَآ اَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ





Ulā'ikal-lażīnasytarawu-alālata bil-hudā wal-‘ażāba bil-magfirah(ti),
famā a
barahum ‘alan-nār(i).



Mereka itulah yang
membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan ampunan. Maka, alangkah
beraninya mereka menentang api neraka.





176





ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ نَزَّلَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ ۗ وَاِنَّ
الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِى الْكِتٰبِ لَفِيْ شِقَاقٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ





Żālika bi'annallāha
nazzalal-kitāba bil-
aqq(i), wa innal-lażīnakhtalafū fil-kitābi lafī
syiqāqim ba‘īd(in).



Yang demikian itu
disebabkan Allah telah menurunkan kitab suci dengan hak. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (kebenaran) kitab suci itu benar-benar
dalam perpecahan yang jauh.





177





۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ
وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ
ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ
وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ
وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى
الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا
ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ





Laisal-birra an
tuwallū wujūhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana
billāhi wal-yaumil ākhiri wal-malā'ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn(a), wa
ātal-māla ‘alā
ubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna
wabnas-sabīl(i), was-sā'ilīna wa fir-riqāb(i), wa aqāma
-alāta wa ātaz-zakāh(ta), wal mūfūna bi‘ahdihim
iżā ‘āhadū, wa
-ābirīna fil-ba'sā'i wa-arrā'i wa īnal-ba's(i), ulā'ikal-lażīna
adaqū, wa ulā'ika humul-muttaqūn(a).



Kebajikan itu bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah
(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat,
kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,
anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba
sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji;
sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.





178





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ
فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى
بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ
ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ
رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū kutiba ‘alaikumul-qi
āu fil-qatlā, al-urru bil-urri wal-‘abdu bil-‘abdi wal-unā bil-unā, faman ‘ufiya lahū min akhīhi syai'un fattibā‘um
bil-ma‘rūfi wa adā'un ilaihi bi i
sān(in), żālika takhfīfum
mir rabbikum wa ra
mah(tun), fa mani‘tadā ba‘da żālika fa lahū
‘ażābun alīm(un).



Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba
sahaya, dan perempuan dengan perempuan. Siapa yang memperoleh maaf dari
saudaranya hendaklah mengikutinya dengan cara yang patut dan hendaklah
menunaikan kepadanya dengan cara yang baik.
48) Yang demikian
itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Siapa yang melampaui batas setelah
itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.



Catatan
Kaki



48) Perintah untuk memberikan kebaikan dengan
cara yang baik berlaku untuk kedua belah pihak, baik pembunuh maupun wali
korban pembunuhan.





179





وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ





Wa lakum fil-qiāi ayātuy yā ulil-albābi
la‘allakum tattaqūn(a).



Dalam kisas itu ada
(jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal agar kamu bertakwa.





180





كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ
خَيْرًا ۖ ۨالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِۚ
حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ۗ





Kutiba ‘alaikum iżā aara aadakumul-mautu in
taraka kahirā(n), al-wa
iyyatu lil-wālidaini wal-aqrabīna
bil-ma‘rūf(i),
aqqan ‘alal-muttaqīn(a).



Diwajibkan kepadamu,
apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut sedang dia
meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang tua dan
karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang
bertakwa.
49)



Catatan
Kaki



49) Menurut mayoritas ulama, ayat ini dinasakh
dengan ayat waris dan hadis “lā wa
iyyata li wāriin” (Tidak ada wasiat bagi ahli waris).





181





فَمَنْۢ بَدَّلَهٗ بَعْدَمَا سَمِعَهٗ فَاِنَّمَآ اِثْمُهٗ عَلَى
الَّذِيْنَ يُبَدِّلُوْنَهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ۗ





Famam baddalahū ba‘da
mā sami‘ahū fa innamā i
muhū ‘alal-lażīna yubaddilūnah(ū), innallāha
samī‘un ‘alīm(un).



Siapa yang mengubahnya
(wasiat itu), setelah mendengarnya, sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang
mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.





182





فَمَنْ خَافَ مِنْ مُّوْصٍ جَنَفًا اَوْ اِثْمًا فَاَصْلَحَ
بَيْنَهُمْ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ





Faman khāfa mim mūin janafan au iman fa alaa bainahum falā ima ‘alaih(i), innallāha
gafūrur ra
īm(un).



Akan tetapi, siapa
yang khawatir terhadap pewasiat (akan berlaku) tidak adil atau berbuat dosa,
lalu dia mendamaikan mereka,
50) dia tidak
berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Catatan
Kaki



50) Maksud mendamaikan di sini ialah menyuruh
orang yang berwasiat untuk berlaku adil dalam berwasiat sesuai dengan ketentuan
agama.





183





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū kutiba ‘alaikumu
-iyāmu kamā kutiba
‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.





184





اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ
عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ
فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ
ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ





Ayyāmam ma‘dūdāt(in),
faman kāna minkum marī
an au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin
ukhar(a), wa ‘alal-lażīna yu
īqūnahū fidyatun a‘āmu miskīn(in), faman taawwa‘a khairan fahuwa
khairul lah(ū), wa an ta
ūmū khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).



(Yaitu)
beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan
(lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa
itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan,
51) itu lebih baik baginya dan berpuasa itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.



Catatan
Kaki



51) Siapa yang memberi makan kepada lebih dari
seorang miskin untuk sehari, itu lebih baik.





185





شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ
مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا
هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ





Syahru ramaānal-lażī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim
minal-hudā wal-furqān(i), faman syahida minkumusy-syahra falya
umh(u) wa man kāna marīan au ‘alā safarin fa ‘iddatum
min ayyāmin ukhar(a), yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usr(a),
wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum
tasykurūn(a).



Bulan Ramadan adalah
(bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan
yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya
atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang
ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu
dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu
bersyukur.





186





وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ





Wa iżā sa'alaka ‘ibādī
‘annī fa innī qarīb(un), ujību da‘watad-dā‘i iżā da‘ān(i), falyastajībū lī
walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn(a).



Apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka,
hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.





187





اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ
ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ
كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ
فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا
وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا
تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ
اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ





Uilla lakum lailata-iyāmir-rafau ilā nisā'ikum, hunna libāsul lakum wa antum
libāsul lahunn(a), ‘alimallāhu annakum kuntum takhtānūna anfusakum fatāba
‘alaikum wa ‘afā ‘ankum, fal-āna bāsyirūhunna wabtagū mā kataballāhu lakum, wa
kulū wasyrabū
attā yatabayyana lakumul-khaiul-abyau minal-khaiil-aswadi
minal-fajr(i),
umma atimmu-iyāma ilal-lail(i), wa lā tubāsyirūhunna wa antum ‘ākifūna
fil-masājid(i) tilka
udūdullāhi falā taqrabūhā, każālika
yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la‘allahum yattaqūn(a).



Dihalalkan bagimu pada
malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu
adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan
dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan
minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi,
jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah
batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.





188





وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ
النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ





Wa lā ta'kulū
amwālakum bainakum bil-bā
ili wa tudlū bihā ilal-ukkāmi lita'kulū farīqam min amwālin-nāsi bil-imi wa antum ta‘lamūn(a).



Janganlah kamu makan
harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.





189





۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ
لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ
ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ
اَبْوَابِهَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ





Yas'alūnaka
‘anil-ahillah(ti), qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-
ajj(i), wa laisal-birru bi'an ta'tul-buyūta min uhūrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa'tul-buyūta min abwābihā,
wattaqullāha la‘allakum tufli
ūn(a).



Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit.
52) Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan
(ibadah) haji.” Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya,
tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah
rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.



Catatan
Kaki



52) Bulan sabit adalah bukti meyakinkan
pergantian bulan. Setelah bulan sabit akhir bulan tampak tipis seperti pelepah
kurma (surah Yāsīn [36]: 39) menjelang pagi, pada malam berikutnya bulan ‘mati’
(tidak tampak sama sekali), kemudian disusul tampaknya bulan sabit tipis sesaat
setelah magrib. Itulah awal bulan yang digunakan untuk perhitungan waktu
ibadah, seperti puasa Ramadan dan haji.





190





وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ
وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ





Wa qātilū fī
sabīlillāhil-lażīna yuqātilūnakum wa lā ta‘tadū, innallāha lā yu
ibbul-mu‘tadīn(a).



Perangilah di jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.





191





وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ
حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا
تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ
فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ





Waqtulūhum aiu aqiftumūhum wa akhrijūhum
min
aiu akhrajūkum
wal-fitnatu asyaddu minal-qatl(i), wa lā tuqātilūhum ‘indal-masjidil-
arāmi attā yuqātilūkum fīh(i), fa'in qātalūkum
faqtulūhum, każālika jazā'ul-kāfirīn(a).



Bunuhlah mereka (yang
memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka
mengusirmu. Padahal, fitnah
53) itu lebih kejam daripada pembunuhan.
Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka
memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka.
Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.



Catatan
Kaki



53) Fitnah dalam ayat ini berarti perbuatan yang
menimbulkan kekacauan, seperti mengusir orang dari kampung halamannya, merampas
harta, menyakiti orang lain, menghalangi orang dari jalan Allah Swt., atau
melakukan kemusyrikan (lihat catatan kaki surah al-Baqarah [2]: 102).





192





فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Fa'inintahau
fa'innallāha gafūrur ra
īm(un).



Namun, jika mereka
berhenti (memusuhimu), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





193





وَقٰتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ
الدِّيْنُ لِلّٰهِ ۗ فَاِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى
الظّٰلِمِيْنَ





Wa qātilūhum attā lā takūna fitnatuw wa yakūnad-dīnu lillāh(i), fa inintahau
falā ‘udwāna illā ‘ala
-ālimīn(a).



Perangilah mereka itu
sampai tidak ada lagi fitnah dan agama (ketaatan) hanya bagi Allah semata. Jika
mereka berhenti (melakukan fitnah), tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali
terhadap orang-orang zalim.





194





اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ
قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى
عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ





Asy-syahrul-arāmu bisy-syahril-arāmi wal-urumātu qiā(un), famani‘tadā ‘alaikum
fa‘tadū ‘alaihi bimi
li ma‘tadā ‘alaikum, wattaqullāha wa‘lamū
annallāha ma‘al-muttaqīn(a).



Bulan haram dengan
bulan haram
54) dan (terhadap) sesuatu yang dihormati55) berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang
menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.



Catatan
Kaki



54) Maksudnya adalah bahwa jika diserang pada
bulan haram, umat Islam diperbolehkan untuk membalas serangan pada bulan itu
juga.
55) Sesuatu yang dihormati dapat berarti bulan
haram, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab; tanah haram (Makkah), dan
dalam keadaan berihram.





195





وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا
بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِيْنَ





Wa anfiqū fī
sabīlillāhi wa lā tulqū bi'aidīkum ilat-tahlukah(ti), wa a
sinū, innallāha yuibbul-musinīn(a).



Berinfaklah di jalan
Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuatbaiklah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.





196





وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ
فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ
الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ
رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ
اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ
مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ
وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ
يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ





Wa atimmul-ajja wal-‘umrata lillāh(i), fa'in uḥṣirtum famastaisara minal-hady(i), wa lā taliqū ru'ūsakum attā yablugal-hadyu maillah(ū), faman kāna minkum marīan au bihī ażam mir
ra'sihī fafidyatum min
iyāmin au adaqatin au nusuk(in),
fa'iżā amintum, faman tamatta‘a bil-‘umrati ilal-
ajji famastaisara
minal-hady(i), famal lam yajid fa
iyāmu alāati ayyāmin fil-ajji wa sab‘atin iżā
raja‘tum, tilka ‘asyaratun kāmilah(tun), żālika limal lam yakun ahluhū
āiril-masjidil-arām(i), wattaqullāha
wa‘lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i).



Sempurnakanlah ibadah
haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh),
(sembelihlah) hadyu
56) yang mudah didapat dan jangan mencukur
(rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di
antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia
wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.
57) Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan
umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat.
Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam
(masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang
sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar
Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Keras
hukuman-Nya.



Catatan
Kaki



56) Hadyu adalah hewan ternak yang disembelih di
tanah haram Makkah pada Iduladha dan hari-hari tasyrik karena menjalankan haji
tamattu’ atau qiran, meninggalkan salah satu manasik haji atau umrah,
mengerjakan salah satu larangan manasik, atau murni ingin mendekatkan diri
kepada Allah Swt. sebagai ibadah sunah.
57) Fidyah (tebusan)
karena tidak dapat menyempurnakan manasik haji dengan alasan tertentu.





197





اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ
الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا
تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ





Al-ajju asyhurum ma‘lūmāt(un), faman faraa fīhinnal-ajja falā rafaa wa lā fusūqa wa lā
jidāla fil-
ajj(i), wa mā taf‘alū min khairiy
ya‘lamhullāh(u), wa tazawwadū fa'inna khairaz-zādit-taqwā, wattaqūni yā
ulil-albāb(i).



(Musim)
haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.
58) Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan)
itu, janganlah berbuat rafa
,59) berbuat maksiat,
dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu
kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang
mempunyai akal sehat.



Catatan
Kaki



58) Waktu yang dimaklumi untuk pelaksanaan ibadah
haji ialah Syawal, Zulkaidah, dan 10 malam pertama Zulhijah.
59) Rafa berarti ‘mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan birahi, perbuatan yang tidak senonoh, atau hubungan seks’.





198





لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ
رَّبِّكُمْ ۗ فَاِذَآ اَفَضْتُمْ مِّنْ عَرَفٰتٍ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ عِنْدَ
الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوْهُ كَمَا هَدٰىكُمْ ۚ وَاِنْ كُنْتُمْ مِّنْ
قَبْلِهٖ لَمِنَ الضَّاۤلِّيْنَ





Laisa ‘alaikum junāun an tabtagū falam mir rabbikum, fa'iżā afatum min ‘arafātin fażkurullāha ‘indal-masy‘aril-arām(i), ważkurūhu kamā hadākum, wa in kuntum min qablihī lamina-āllīn(a).



Bukanlah suatu dosa
bagimu mencari karunia dari Tuhanmu (pada musim haji). Apabila kamu bertolak
dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masyarilharam.
60) Berzikirlah kepada-Nya karena Dia telah memberi petunjuk
kepadamu meskipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.



Catatan
Kaki



60) Yang dimaksud dengan Masyarilharam adalah
bukit Quzah di Muzdalifah. Akan tetapi, telah disepakati bahwa Muzdalifah
secara keseluruhan dapat digunakan sebagai tempat mabīt.





199





ثُمَّ اَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ اَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا
اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





umma afīū min aiu afāan-nāsu wastagfirullāh(a),
innallāha gafūrur ra
īm(un).



Kemudian, bertolaklah
kamu dari tempat orang-orang bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





200





فَاِذَا قَضَيْتُمْ مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ
كَذِكْرِكُمْ اٰبَاۤءَكُمْ اَوْ اَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ





Fa iżā qaaitum manāsikakum fażkurullāha każikrikum ābā'akum au asyadda
żikrā(n), faminan-nāsi may yaqūlu rabbanā ātinā fid-dun-yā wa mā lahū
fil-ākhirati min khalāq(in).



Apabila kamu telah
menyelesaikan manasik (rangkaian ibadah) haji, berzikirlah kepada Allah
sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih
dari itu. Di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia,” sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.





201





وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ





Wa minhum may yaqūlu
rabbanā ātinā fid-dun-yā
asanataw wa fil-ākhirati asanataw wa qinā ‘ażāban-nār(i).



Di antara mereka ada
juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”





202





اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ
سَرِيْعُ الْحِسَابِ





Ulā'ika lahum naībum mimmā kasabū, wallāhu sarī‘ul-isāb(i).



Mereka itulah yang
memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan. Allah Maha Cepat
perhitungan-Nya.





203





۞ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ فَمَنْ
تَعَجَّلَ فِيْ يَوْمَيْنِ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۚوَمَنْ تَاَخَّرَ فَلَآ
اِثْمَ عَلَيْهِۙ لِمَنِ اتَّقٰىۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ
اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ





Ważkurullāha fī
ayyāmim ma‘dūdāt(in), faman ta‘ajjala fī yaumaini falā i
ma ‘alaih(i), wa man ta'akhkhara falā ima ‘alaihi limanittaqā, wattaqullāha wa‘lamū annakum ilaihi tusyarūn(a).



Berzikirlah kepada
Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya.
61) Siapa yang mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua
hari, tidak ada dosa baginya. Siapa yang mengakhirkannya tidak ada dosa (pula)
baginya,
62) (yakni) bagi orang yang bertakwa.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan
dikumpulkan.



Catatan
Kaki



61) Maksud zikir di sini ialah membaca takbir,
tasbih, tahmid, dan sebagainya. Maksud beberapa hari yang berbilang ialah hari
tasyrik, yaitu tiga hari setelah Iduladha (tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah).
62) Mempercepat pada ayat ini berarti meninggalkan Mina pada
tanggal 12 Zulhijah sebelum matahari terbenam (nafar awwal). Adapun
mengakhirkannya berarti meninggalkan Mina pada tanggal 13 Zulhijah (nafar
āni).





204





وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ
الْخِصَامِ





Wa minan-nāsi may
yu‘jibuka qauluhū fil-
ayātid-dun-yā wa yusyhidullāha ‘alā mā fī
qalbih(ī), wa huwa aladdul-khi
ām(i).



Di antara manusia ada
yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad)
dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal,
dia adalah penentang yang paling keras.





205





وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا
وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ





Wa iżā tawallā sa‘ā
fil-ar
i liyufsida fīhā wa yuhlikal-ara wan-nasl(a), wallāhu lā yuibbul-fasād(a).



Apabila berpaling
(dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta
merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan.





206





وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ
بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ





Wa iżā qīla
lahuttaqillāha akhażathul-‘izzatu bil-i
mi faasbuhū jahannam(u), wa labi'sal-mihād(u).



Apabila dikatakan
kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongan yang menyebabkan
dia berbuat dosa (lebih banyak lagi). Maka, cukuplah (balasan) baginya (neraka)
Jahanam. Sungguh (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal.





207





وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ
اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ





Wa minan-nāsi may
yasyrī nafsahubtigā'a mar
ātillāh(i), wallāhu ra'ūfum bil-‘ibād(i).



Di antara manusia ada
orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun
kepada hamba-hamba(-Nya).





208





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ
كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُّبِيْنٌ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanudkhulū fis-silmi kāffah(tan), wa lā tattabi‘ū khu
uwātisy-syaiān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).



Wahai orang-orang yang
beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah
ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.





209





فَاِنْ زَلَلْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْكُمُ الْبَيِّنٰتُ
فَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ





Fa'in zalaltum mim
ba‘di mā jā'atkumul-bayyinātu fa‘lamū annallāha ‘azīzun
akīm(un).



Maka, jika kamu
menyimpang (dari jalan Allah) setelah bukti-bukti kebenaran yang nyata sampai
kepadamu, ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.





210





هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيَهُمُ اللّٰهُ فِيْ ظُلَلٍ
مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ
تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ





Hal yanurūna illā ay ya'tiyahumullāhu fī ulalim minal-gamāmi
wal-malā'ikatu wa qu
iyal-amr(u), wa ilallāhi turja‘ul-umūr(u).



Tidak ada yang mereka
tunggu-tunggu (pada hari Kiamat), kecuali kedatangan Allah dalam naungan awan
bersama malaikat (untuk melakukan perhitungan), sedangkan perkara (mereka)
telah diputuskan. Kepada Allahlah segala perkara dikembalikan.





211





سَلْ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ كَمْ اٰتَيْنٰهُمْ مِّنْ اٰيَةٍ ۢ
بَيِّنَةٍ ۗ وَمَنْ يُّبَدِّلْ نِعْمَةَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُ
فَاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ





Sal banī isrā'īla kam
ātaināhum min āyatim bayyinah(tin), wa may yubaddil ni‘matallāhi mim ba‘di mā
jā'athu fa innallāha syadīdul-‘iqāb(i).



Tanyakanlah kepada
Bani Israil, “Berapa banyak bukti nyata (kebenaran) yang telah Kami anugerahkan
kepada mereka?” Siapa yang menukar nikmat Allah (dengan kekufuran) setelah
(nikmat itu) datang kepadanya, sesungguhnya Allah Maha Keras hukuman-Nya.





212





زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا
وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ
يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ





Zuyyina lil-lażīna
kafarul-
ayātud-dun-yā wa yaskharūna minal-lażīna
āmanū, wal-lażīnattaqau fauqahum yaumal-qiyāmah(ti), wallāhu yarzuqu may
yasyā'u bigairi
isāb(in).



Kehidupan dunia
dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kufur dan mereka
(terus) menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa
itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Allah memberi rezeki kepada orang
yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.





213





كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ
النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ
بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا
اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ
الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا
اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ
يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ





Kānan-nāsu ummataw wāidah(tan), fa ba‘aallāhun-nabiyyīna
mubasysyirīna wa munżirīn(a), wa anzala ma‘ahumul-kitāba bil-
aqqi liyakuma bainan-nāsi fīmakhtalafū fīh(i), wa
makhtalafa fīhi illal-lażīna ūtūhu mim ba‘di mā jā'athumul-bayyinātu bagyam
bainahum, fahadallāhul-lażīna āmanū limakhtalafū fīhi minal-
aqqi bi'iżnih(ī), wallāhu yahdī may yasyā'u ilā irāim mustaqīm(in).



Manusia itu
(dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul perselisihan,)
lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan
peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya, kecuali orang-orang yang
telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka,
karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka, dengan kehendak-Nya, Allah
memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka
perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan
yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).





214





اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ
مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ
وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ





Am asibtum an tadkhulul-jannata wa lammā ya'tikum maalul-lażīna khalau min qablikum, massathumul-ba'sā'u wa-arrā'u wa zulzilū attā yaqūlar-rasūlu wal-lażīna āmanū ma‘ahū matā narullāh(i), alā inna narallāhi qarīb(un).



Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti
(yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan,
penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.





215





يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ
مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ
وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ
عَلِيْمٌ





Yas'alūnaka māżā
yunfiqūn(a), qul mā anfaqtum min khairin falil-wālidaini wal-aqrabīna
wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīl(i), wa mā taf‘alū min khairin fa innallāha
bihī ‘alīm(un).



Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah,
“Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang
tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam
perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu
kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.





216





كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى
اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا
شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ





Kutiba
‘alaikumul-qitālu wa huwa kurhul lakum, wa ‘asā an takrahū syai'aw wa huwa
khairul lakum, wa ‘asā an tu
ibbū syai'aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya‘lamu
wa antum lā ta‘lamūn(a).



Diwajibkan atasmu
berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.





217





يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيْهِۗ قُلْ
قِتَالٌ فِيْهِ كَبِيْرٌ ۗ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَكُفْرٌۢ بِهٖ
وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاِخْرَاجُ اَهْلِهٖ مِنْهُ اَكْبَرُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ
وَالْفِتْنَةُ اَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ
حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ
مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ
اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ
هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ





Yas'alūnaka
‘anisy-syahril-
arāmi qitālin fīh(i), qul qitālun fīhi kabīr(un),
wa
addun ‘an sabīlillāhi wa kufrum bihī
wal-masjidil-
arām(i), wa ikhrāju ahlihī minhu akbaru ‘indallāh(i),
wal-fitnatu akbaru minal-qatl(i), wa lā yazālūna yuqātilūnakum
attā yaruddūkum ‘an dīnikum inistaā‘ū, wa may yartadid
minkum ‘an dīnihī fa yamut wa huwa kāfirun fa ulā'ika
abiat a‘māluhum fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa ulā'ika
a
ṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).



Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah,
“Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Namun, menghalangi (orang) dari
jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan
mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah.
Fitnah (pemusyrikan dan penindasan) lebih kejam daripada pembunuhan.” Mereka
tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu
jika mereka sanggup. Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia
mati dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka
itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.





218





اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا
فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Innal-lażīna āmanū
wal-lażīna hājarū wa jāhadū fī sabīlillāh(i), ulā'ika yarjūna ra
matallāh(i), wallāhu gafūrur raīm(un).



Sesungguhnya
orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad
63) di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Catatan
Kaki



63) Jihad secara umum berarti mencurahkan segala
kemampuan, baik harta maupun raga untuk memperjuangkan agama Allah Swt. dengan
niat yang ikhlas karena Allah Swt.





219





۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ
اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ
نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ





Yas'alūnaka
‘anil-khamri wal-maisir(i), qul fīhimā i
mun kabīrw wa manāfi‘u
lin nās(i), wa i
muhumā akbaru min naf‘ihimā, wa yas'alūnaka māżā
yunfiqūn(a), qulil-‘afw(a), każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la‘allakum
tatafakkarūn(a).



Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar
64) dan judi.
Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka
(juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang
diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir



Catatan
Kaki



64) Khamar adalah segala sesuatu yang mengandung
unsur yang memabukkan.





220





فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ
الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ
فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ
شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ





Fid-dun-yā
wal-ākhirah(ti), wa yas'alūnaka ‘anil-yatāmā, qul i
ul lahum khair(un), wa in tukhāliūhum fa'ikhwānukum, wallāhu ya‘lamul-mufsida minal-muli(i), wa lau syā'allāhu la'a‘natakum innallāha
‘azizun
akīm(un).



tentang dunia dan
akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim.
Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli
mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat
kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia
mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.





221





وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ
مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا
الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ
مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ
وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ
اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ࣖ





Wa lā tankiul-musyrikāti attā yu'minn(a), wa la'amatum mu'minatun
khairum mim musyrikatiw wa lau a‘jabatkum, wa lā tunki
ul-musyrikīna attā yu'minū, wa la‘abdum mu'minun khairum mim
musyrikiw wa lau a‘jabakum, ulā'ika yad‘ūna ilan-nār(i), wallāhu yad‘ū ilal-jannati
wal-magfirati bi'iżnih(ī), wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi la‘allahum
yatażakkarūn(a).



Janganlah kamu
menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman! Sungguh, hamba sahaya
perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia
menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan perempuan
yang beriman) hingga mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang
beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
mengambil pelajaran.





222





وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى
يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ





Wa yas'alūnaka
‘anil-ma
ī(i), qul huwa ażā(n),
fa‘tazilun-nisā'a fil-ma
ī(i), wa lā taqrabūhunna
attā yahurn(a), fa'iżā taahharna fa'tūhunna min aiu amarakumullāh(u), innallāha yuibbut-tawwābīna wa yuibbul-mutaahhirīn(a).



Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.”
65) Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim)
pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim)
hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah
mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri.



Catatan
Kaki



65) Haid adalah darah yang keluar bersama
jaringan yang dipersiapkan untuk pembuahan di rahim perempuan. Keluarnya secara
periodik, sesuai dengan periode pelepasan sel telur ke rahim. Kondisi seperti
itu yang dianggap kotor dan menjadikan perempuan tidak suci secara syar‘i,
termasuk tidak suci untuk digauli suaminya.





223





نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى
شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا
اَنَّكُمْ مُّلٰقُوْهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ





Nisā'ukum arul lakum, fa'tū arakum annā syi'tum, wa qaddimū li anfusikum, wattaqullāha wa‘lamū
annakum mulāqūh(u), wa basysyiril-mu'minīn(a).



Istrimu adalah ladang
bagimu.
66) Maka, datangilah ladangmu itu
(bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai.
Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang mukmin.



Catatan
Kaki



66) Istri diumpamakan sebagai ladang, tempat
menanam benih. Maka, tanamlah benih itu sesuai waktu yang disukai.





224





وَلَا تَجْعَلُوا اللّٰهَ عُرْضَةً لِّاَيْمَانِكُمْ اَنْ
تَبَرُّوْا وَتَتَّقُوْا وَتُصْلِحُوْا بَيْنَ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ
عَلِيْمٌ





Wa lā taj‘alullāha ‘uratal li'aimānikum an tabarrū wa tattaqū wa tuliū bainan-nās(i), wallāhu samī‘un ‘alīm(un).



Janganlah kamu jadikan
(nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan
menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.





225





لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ
وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ
حَلِيْمٌ





Lā yu'ākhiżukumullāhu
bil-lagwi fī aimānikum wa lākiy yu'ākhiżukum bimā kasabat qulūbukum, wallāhu
gafūrun
alīm(un).



Allah tidak
menghukummu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukummu
karena sumpah yang diniatkan oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.
67)



Catatan
Kaki



67) Allah Swt. Maha Penyantun (alīm) berarti tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.





226





لِلَّذِيْنَ يُؤْلُوْنَ مِنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ تَرَبُّصُ اَرْبَعَةِ
اَشْهُرٍۚ فَاِنْ فَاۤءُوْ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Lil-lażīna yu'lūna min
nisā'ihim tarabbu
u arba‘ati asyhur(in), fa'in fā'ū fa'innalāha
gafūrur ra
īm(un).



Orang yang meng-ila’
(bersumpah tidak mencampuri) istrinya diberi tenggang waktu empat bulan. Jika
mereka kembali (mencampuri istrinya), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.





227





وَاِنْ عَزَمُوا الطَّلَاقَ فَاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ





Wa in ‘azamu-alāqa fa innallāha samī‘un ‘alīm(un).



Jika mereka
berketetapan hati untuk bercerai, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.





228





وَالْمُطَلَّقٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلٰثَةَ
قُرُوْۤءٍۗ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللّٰهُ فِيْٓ
اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
وَبُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِيْ ذٰلِكَ اِنْ اَرَادُوْٓا اِصْلَاحًا
ۗوَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ وَلِلرِّجَالِ
عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ





Wal-muallaqātu yatarabbana bi anfusihinna alāata qurū'(in), wa lā yaillu lahunna ay yaktumna mā khalaqallāhu fī arāmihinna in kunna yu'minna billāhi wal-yaumil-ākhir(i), wa bu‘ūlatuhunna
a
aqqu biraddiūhinna fī żālika in arādū iā(n), wa lahunna milul-lażī ‘alaihinna bil-ma‘rūf(i), wa lir-rijāli ‘alaihinna
darajah(tun), wallāhu ‘azīzun
akīm(un).



Para istri yang
diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali qurū’ (suci atau
haid). Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir. Suami-suami
mereka lebih berhak untuk kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka
menghendaki perbaikan. Mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang patut. Akan tetapi, para suami mempunyai
kelebihan atas mereka. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.





229





اَلطَّلَاقُ مَرَّتٰنِ ۖ فَاِمْسَاكٌۢ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ
تَسْرِيْحٌۢ بِاِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَأْخُذُوْا مِمَّآ
اٰتَيْتُمُوْهُنَّ شَيْـًٔا اِلَّآ اَنْ يَّخَافَآ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ
اللّٰهِ ۗ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۙ فَلَا جُنَاحَ
عَلَيْهِمَا فِيْمَا افْتَدَتْ بِهٖ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا
تَعْتَدُوْهَا ۚوَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ
الظّٰلِمُوْنَ





A-alāqu marratān(i), fa imsākum bima‘rūfin au
tasrī
um bi'isān(in), wa lā yaillu lakum an ta'khużū mimmā ātaitumūhunna syai'an illā ay
yakhāfā allā yuqīmā
udūdullāh(i), fa in khiftum allā yuqīmā udūdullāh(i) falā junāa ‘alaihimā fīmaftadat
bih(ī), tilka
udūdullāhi falā ta‘tadūhā, wa may yata‘adda udūdullāhi fa'ulā'ika humu-ālimūn(a).



Talak (yang dapat
dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan (rujuk) dengan cara
yang patut atau melepaskan (menceraikan) dengan baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu (mahar) yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan batas-batas
ketentuan Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu
menjalankan batas-batas (ketentuan) Allah, maka keduanya tidak berdosa atas
bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya.
68) Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu
melanggarnya. Siapa yang melanggar batas-batas (ketentuan) Allah, mereka itulah
orang-orang zalim.



Catatan
Kaki



68) Ayat ini menjadi dasar hukum khulu‘ dan
penerimaan ‘iwa
. Khulu‘ yaitu hak istri untuk bercerai dari
suaminya dengan membayar ‘iwa
(uang tebusan) melalui pengadilan.





230





فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهٗ مِنْۢ بَعْدُ حَتّٰى
تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهٗ ۗ فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ
يَّتَرَاجَعَآ اِنْ ظَنَّآ اَنْ يُّقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ
حُدُوْدُ اللّٰهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ





Fa'in allaqahā falā taillu lahū mim ba‘du attā tankia zaujan gairah(ū), fa'in allaqahā falā junāa ‘alaihimā ay yatarāja‘ā
in
annā ay yuqīmā udūdullāh(i), tilka udūdullāhi yubayyinuhā liqaumiy ya‘lamūn(a).



Jika dia
menceraikannya kembali (setelah talak kedua), perempuan itu tidak halal lagi
baginya hingga dia menikah dengan laki-laki yang lain. Jika (suami yang lain
itu) sudah menceraikannya, tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan
mantan istri) untuk menikah kembali jika keduanya menduga akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang
diterangkan-Nya kepada orang-orang yang (mau) mengetahui.





231





وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ
فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍۗ وَلَا
تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ
نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ
اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ
يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيْمٌ ࣖ





Wa iżā allaqtumun-nisā'a fabalagna ajalahunna fa'amsikūhunna bima‘rūfin
au sarri
ūhunna bima‘rūf(in), wa lā tumsikūhunna irāral lita‘tadū, wa may yaf‘al żālika faqad alama nafasah(ū), wa lā tattakhiżū āyātillāhi huzuwaw ważkurū
ni‘matallāhi ‘alaikum wa mā anzala ‘alaikum minal-kitābi wal-
ikmati ya‘iukum bih(ī), wattaqullāha wa‘lamū annallāha
bikulli syai'in ‘alīm(un).



Apabila kamu
menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,
69) tahanlah (rujuk) mereka dengan cara yang patut atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang patut (pula). Janganlah kamu menahan
(rujuk) mereka untuk memberi kemudaratan sehingga kamu melampaui batas. Siapa
yang melakukan demikian, dia sungguh telah menzalimi dirinya sendiri. Janganlah
kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah
nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Kitab
(Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.



Catatan
Kaki



69) Idah ialah masa menunggu (tidak boleh
menikah) bagi perempuan karena perceraian atau kematian suaminya.





232





وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا
تَعْضُلُوْهُنَّ اَنْ يَّنْكِحْنَ اَزْوَاجَهُنَّ اِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ
بِالْمَعْرُوْفِ ۗ ذٰلِكَ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ
وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكُمْ اَزْكٰى لَكُمْ وَاَطْهَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ
وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ





Wa iżā allaqtumun-nisā'a fabalagna ajalahunna falā ta‘ulūhunna ay yankina azwājahunna iżā tarāau bainahum bil-ma‘rūf(i), żālika yū‘au bihī man kāna minkum yu'minu billāhi wal-yaumil-ākhir(i), żālikum
azkā lakum wa a
har(u), wallāhu ya‘lamu wa antum lā
ta‘lamūn(a).



Apabila kamu (sudah)
menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa idahnya, janganlah kamu
menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon) suaminya
70) apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan
cara yang patut. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu
dan lebih suci (bagi kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.



Catatan
Kaki



70) Maksudnya adalah menikah lagi, baik dengan
bekas suaminya maupun laki-laki yang lain.





233





۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ
رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا
وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ
بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ
تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ
تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ
اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ





Wal-wālidātu yuri‘na aulādahunna aulaini kāmilaini
liman arāda ay yutimmar-ra
ā‘ah(ta), wa ‘alal-maulūdi lahū rizquhunna wa
kiswatuhunna bil-ma‘rūf(i), lā tukallafu nafsun illā wus‘ahā, lā tu
ārra wālidatum biwaladihā wa lā maulūdul lahū biwaladihī wa ‘alal-wārii milu żālik(a), fa'in arādā fiālan ‘an tarāim minhumā wa tasyāwurin falā junāa ‘alaihimā, wa in arattum an tastari‘ū aulādakum falā junāa ‘alaikum iżā
sallamtum mā ātaitum bil-ma‘rūf(i), wattaqullāha wa‘lamū annallāha bimā ta‘malūna
ba
īr(un).



Ibu-ibu hendaklah
menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang
patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah
seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat
menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah
antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan
anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.





234





وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا
يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا
بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ
اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ





Wal-lażīna
yutawaffauna minkum wa yażarūna azwājay yatarabba
na bi'anfusihinna arba‘ata
asyhuriw wa ‘asyrā(n), fa'iżā balagna ajalahunna falā junā
a ‘alaikum fīmā fa‘alna fī anfusihinna bil-ma‘rūf(i),wallāhu bimā
ta‘malūna khabīr(un).



Orang-orang yang mati
di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri)
menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah
sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang
mereka lakukan terhadap diri mereka
71) menurut cara
yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.



Catatan
Kaki



71) Setelah masa idah selesai, perempuan boleh
berhias, bepergian, atau menerima pinangan.





235





وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِهٖ مِنْ خِطْبَةِ
النِّسَاۤءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ
سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَلٰكِنْ لَّا تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلَّآ اَنْ
تَقُوْلُوْا قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ەۗ وَلَا تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النِّكَاحِ
حَتّٰى يَبْلُغَ الْكِتٰبُ اَجَلَهٗ ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا
فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُ ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ





Wa lā junāa ‘alaikum fīmā ‘arratum bihī min khibatin-nisā'i au aknantum fī anfusikum, ‘alimallāhu annakum
satażkurūnahunna wa lākil lā tuwā‘idūhunna sirran illā an taqūlū qaulam
ma‘rūfā(n), wa lā ta‘zimū ‘uqdatan-nikā
i attā yablugal-kitābu ajalah(ū), wa‘lamū annallāha ya‘lamu mā fī
anfusikum fa
żarūh(u), wa‘lamū annallāha gafūrun alīm(un).



Tidak ada dosa bagimu
atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan
72) atau (keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah
kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi) mereka, kecuali sekadar
mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan pulalah kamu menetapkan
akad nikah sebelum berakhirnya masa idah. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa
yang ada dalam hatimu. Maka, takutlah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.



Catatan
Kaki



72) Perempuan yang boleh dipinang secara sindiran
ialah perempuan yang dalam masa idah karena ditinggal mati oleh suaminya atau
karena talak bā’in, sedangkan perempuan yang dalam idah talak raj‘iy (bisa
dirujuk) tidak boleh dipinang, walaupun dengan sindiran.





236





لَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ مَا لَمْ
تَمَسُّوْهُنَّ اَوْ تَفْرِضُوْا لَهُنَّ فَرِيْضَةً ۖ وَّمَتِّعُوْهُنَّ عَلَى
الْمُوْسِعِ قَدَرُهٗ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهٗ ۚ مَتَاعًا ۢبِالْمَعْرُوْفِۚ
حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِيْنَ





Lā junāa ‘alaikum in allaqtumun-nisā'a mā lam tamassūhunna au tafriū lahunna farīah(tan), wa matti‘ūhunna ‘alal-mūsi‘i qadaruhū
wa ‘alal-muqtiri qadaruhū matā‘am bil-ma‘rūf(i),
aqqan ‘alal-musinīn(a).



Tidak ada dosa bagimu
(untuk tidak membayar mahar) jika kamu menceraikan istri-istrimu yang belum
kamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Berilah mereka mut‘ah,
73) bagi yang kaya sesuai dengan kemampuannya dan bagi yang
miskin sesuai dengan kemampuannya pula, sebagai pemberian dengan cara yang patut
dan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.



Catatan
Kaki



73) Mut‘ah yang dimaksud adalah pemberian suami
kepada istri yang diceraikannya sebagai pelipur, di samping nafkah yang wajib
ditunaikannya sesuai dengan kemampuannya.





237





وَاِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ وَقَدْ
فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلَّآ اَنْ يَّعْفُوْنَ
اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۗ وَاَنْ تَعْفُوْٓا
اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ





Wa in allaqtumūhunna min qabli an tamassūhunna wa qad faratum lahunna farīatan fanifu mā faratum illā ay ya‘fūna au ya‘fuwal-lażī biyadihī ‘uqdatun-nikā(i), wa an ta‘fū aqrabu lit-taqwā, wa lā tansawul-fala bainakum, innallāha bimā ta‘malūna baīr(un).



Jika kamu menceraikan
mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan maharnya,
maka (bayarlah) separuh dari apa yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka
atau pihak yang memiliki kewenangan nikah (suami atau wali) membebaskannya.
74) Pembebasanmu itu lebih dekat pada ketakwaan. Janganlah
melupakan kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.



Catatan
Kaki



74) Yang dimaksud dengan orang yang memiliki
kewenangan nikah adalah suami atau wali. Jika yang membebaskan mahar adalah
wali, suami dibebaskan dari kewajiban membayar separuh mahar. Apabila suami
yang membebaskannya, dalam arti berkomitmen untuk membayar seluruh mahar yang
disebutkan, dia harus membayar mahar seluruhnya. Namun, wali yang boleh
bertindak demikian hanyalah wali mujbir, yaitu wali yang berhak memaksa anak
gadis untuk menikah, seperti ayah atau kakek kandung.





238





حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا
لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ





āfiū ‘ala-alawāti wa-alātil-wusā, wa qūmū lillāhi qānitīn(a).



Peliharalah semua
salat (fardu) dan salat Wus
ā.75) Berdirilah
karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.



Catatan
Kaki



75) Menurut pendapat yang masyhur, salat Wusā adalah salat Asar.





239





فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا اَوْ رُكْبَانًا ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ





Fa'in khiftum
farijālan au rukbānā(n), fa'iżā amintum fażkurullāha kamā ‘allamakum mā lam
takūnū ta‘lamūn(a).



Jika kamu berada dalam
keadaan takut, salatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Lalu, apabila
kamu telah aman, ingatlah Allah (salatlah) sebagaimana Dia telah mengajarkan
kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.





240





وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًاۖ
وَّصِيَّةً لِّاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ ۚ فَاِنْ
خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ
مَّعْرُوْفٍۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ





Wal-lażīna
yutawaffauna minkum wa yażarūna azwājā(n), wa
iyyatal li'azwājihim
matā‘an ilal-
auli gaira ikhrāj(in), fa'in kharajna falā junāa ‘alaikum fī mā fa‘alna fī anfusihinna mim ma‘rūf(in), wallāhu ‘azīzun
akīm(un).



Orang-orang yang akan
mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah membuat wasiat untuk
istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa mengeluarkannya (dari
rumah). Akan tetapi, jika mereka keluar (sendiri), tidak ada dosa bagimu
mengenai hal-hal yang patut yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.





241





وَلِلْمُطَلَّقٰتِ مَتَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِۗ حَقًّا عَلَى
الْمُتَّقِيْنَ





Wa lil-muallaqāti matā‘um bil-ma‘rūf(i), aqqan ‘alal-muttaqīn(a).



Bagi istri-istri yang
diceraikan terdapat hak mut‘ah dengan cara yang patut. Demikian ini adalah
ketentuan bagi orang-orang yang bertakwa.





242





كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُوْنَ ࣖ





Każālika
yubayyinullāhu lakum āyātihī la‘allakum ta‘qilūn(a).



Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu mengerti.





243





۞ اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ
اُلُوْفٌ حَذَرَ الْمَوْتِۖ فَقَالَ لَهُمُ اللّٰهُ مُوْتُوْا ۗ ثُمَّ اَحْيَاهُمْ
ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَشْكُرُوْنَ





Alam tara ilal-lażīna
kharajū min diyārihim wa hum ulūfun
ażaral-maut(i), faqāla
lahumullāhu mūtū,
umma ayāhum, inallāha lażū
fa
lin ‘alan-nāsi wa lākinna akaran-nāsi lā yasykurūn(a).



Tidakkah kamu
memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dalam jumlah ribuan
karena takut mati? Lalu, Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!”
Kemudian, Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah Pemberi karunia kepada
manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.





244





وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ
سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ





Wa qātilū fī
sabīlillāhi wa‘lamū annallāha samī‘un ‘alīm(un).



Berperanglah kamu di
jalan Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.





245





مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ
لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ
تُرْجَعُوْنَ





Man żal-lażī yuqriullāha qaran asanan fayuā‘ifahū lahū a‘āfan kaīrah(tan), wallāhu
yaqbi
u wa yabsu(u), wa ilaihi
turja‘ūn(a).



Siapakah yang mau
memberi pinjaman yang baik kepada Allah?
76) Dia akan
melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat.
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.



Catatan
Kaki



76) Maksud memberi pinjaman kepada Allah Swt.
adalah menginfakkan harta di jalan-Nya.





246





اَلَمْ تَرَ اِلَى الْمَلَاِ مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ مِنْۢ
بَعْدِ مُوْسٰىۘ اِذْ قَالُوْا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا
نُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الْقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوْا ۗ قَالُوْا وَمَا لَنَآ اَلَّا نُقَاتِلَ فِيْ
سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَدْاُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَاَبْنَاۤىِٕنَا ۗ فَلَمَّا
كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗوَاللّٰهُ
عَلِيْمٌ ۢبِالظّٰلِمِيْنَ





Alam tara ilal-mala'i
mim banī isrā'īla mim ba‘di mūsā, iż qālū linabiyyil lahumub‘a
lanā malikan nuqātil fī sabīlillāh(i), qāla hal ‘asaitum in
kutiba ‘alaikumul-qitālu allā tuqātilū, qālū wa mā lanā allā nuqātila fī sabīlillāhi
wa qad ukhrijnā min diyārinā wa abnā'inā, falammā kutiba ‘alaihimul-qitālu
tawallau illā qalīlam minhum, wallāhu ‘alīmum bi
-ālimīn(a).



Tidakkah kamu
perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, (yaitu) ketika mereka
berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya
kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan
atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga.” Mereka menjawab, “Mengapa
kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir
dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?”
77) Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka
berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha Mengetahui
orang-orang zalim.



Catatan
Kaki



77) Mereka diusir dari kampung halaman dan
anak-anak mereka ditawan.





247





وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اللّٰهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ
طَالُوْتَ مَلِكًا ۗ قَالُوْٓا اَنّٰى يَكُوْنُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ
اَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِۗ قَالَ اِنَّ
اللّٰهَ اصْطَفٰىهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهٗ بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۗ
وَاللّٰهُ يُؤْتِيْ مُلْكَهٗ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ





Wa qāla lahum
nabiyyuhum innallāha qad ba‘a
a lakum ālūta malikā(n), qālū
annā yakūnu lahul-mulku ‘alainā wa na
nu aaqqu bil-mulki minhu wa lam yu'ta sa‘atam minal-māl(i), qāla
innallāha
ṣṭafāhu ‘alaikum wa zādahū basatan fil-‘ilmi wal-jism(i), wallāhu yu'tī mulkahū may yasyā'(u),
wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).



Nabi mereka berkata
kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.”
Mereka menjawab, “Bagaimana (mungkin) dia memperoleh kerajaan (kekuasaan) atas
kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak
diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah
memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan
fisik.” Allah menganugerahkan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Allah Maha Luas (kekuasaan dan rezeki-Nya) lagi Maha Mengetahui.





248





وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اٰيَةَ مُلْكِهٖٓ اَنْ
يَّأْتِيَكُمُ التَّابُوْتُ فِيْهِ سَكِيْنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ
مِّمَّا تَرَكَ اٰلُ مُوْسٰى وَاٰلُ هٰرُوْنَ تَحْمِلُهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ۗ اِنَّ
فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ࣖ





Wa qāla lahum
nabiyyuhum inna āyata mulkihī ay ya'tiyakumut-tābūtu fīhi sakīnatum mir
rabbikum wa baqiyyatum mimmā taraka ālu mūsā wa ālu hārūna ta
miluhul-malā'ikah(tu), inna fī żālika la āyatal lakum in kuntum
mu'minīn(a).



Nabi mereka berkata
kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut
78) kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
dan sisa dari apa yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun yang
dibawa oleh para malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang-orang mukmin.



Catatan
Kaki



78) Tabut ialah peti tempat menyimpan Taurat.





249





فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ
مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ
يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖ ۚ
فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ
وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ
مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ
مَعَ الصّٰبِرِيْنَ





Falammā faala ālūtu bil-junūd(i), qāla innallāha mubtalīkum
binahar(in), faman syariba minhu falaisa minnī, wa mal lam ya
‘amhu fa innahū minnī illā manigtarafa gurfatam biyadih(ī), fa
syaribū minhu illā qalīlam minhum, falammā jāwazahū huwa wal-lażīna āmanū
ma‘ah(ū), qālū lā
āqata lanal-yauma bijālūta wa junūdih(ī), qālal-lażīna
ya
unnūna annahum mulāqullāh(i), kam min fi'atin
qalīlatin galabat fi'atan ka
īratam bi'iżnillāh(i), wallāhu ma‘a-ābirīn(a).



Maka, ketika Talut
keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan
mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya
dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia
termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi,
mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut)
dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka
berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala
tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata,
“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”
Allah bersama orang-orang yang sabar.





250





وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ
اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكٰفِرِيْنَ ۗ





Wa lammā barazū
lijālūta wa junūdihī qālū rabbanā afrig ‘alainā
abraw wa abbit aqdāmanā wanurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn(a).



Ketika mereka maju
melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah
kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas
kaum yang kafir.”





251





فَهَزَمُوْهُمْ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَقَتَلَ دَاوٗدُ جَالُوْتَ
وَاٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهٗ مِمَّا يَشَاۤءُ ۗ
وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَرْضُ
وَلٰكِنَّ اللّٰهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ





Fahazamūhum
bi'iżnillāh(i), wa qatala dāwūdu jālūta wa ātāhullāhul-mulka wal-
ikmata wa ‘allamahū mimmā yasyā'(u), wa lau lā daf‘ullāhin-nāsa
ba‘
ahum biba‘il lafasadatil-aru wa lākinnallāha żū falin ‘alal-‘ālamīn(a).



Mereka (tentara Talut)
mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian,
Allah menganugerahinya (Daud) kerajaan dan hikmah (kenabian); Dia (juga)
mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Akan
tetapi, Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.





252





تِلْكَ اٰيٰتُ اللّٰهِ نَتْلُوْهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ
وَاِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ۔





Tilka āyātullāhi
natlūhā ‘alaika bil-
aqq(i), wa innaka laminal-mursalīn(a).



Itulah ayat-ayat
Allah. Kami membacakannya kepadamu (Nabi Muhammad) dengan benar. Sesungguhnya
engkau benar-benar termasuk di antara para rasul.





253





۞ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۘ مِنْهُمْ
مَّنْ كَلَّمَ اللّٰهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجٰتٍۗ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ
مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ
مَا اقْتَتَلَ الَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ
الْبَيِّنٰتُ وَلٰكِنِ اخْتَلَفُوْا فَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ وَمِنْهُمْ مَّنْ
كَفَرَ ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا اقْتَتَلُوْاۗ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا
يُرِيْدُ ࣖ





Tilkar-rusulu faḍḍalnā ba‘ahum ‘alā ba‘(in), minhum man
kallamallāhu wa rafa‘a ba‘
ahum darajāt(in), wa ātainā ‘īsabna
maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birū
il-qudus(i), wa lau syā'allāhu
maqtatalal-lażīna mim ba‘dihim mim ba‘di mā jā'athumul-bayyinātu wa
lākinikhtalafū fa minhum man āmana wa minhum man kafar(a), wa lau syā'allāhu
maqtatalū, wa lākinnallāha yaf‘alu mā yurīd(u).



Para rasul itu Kami
lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di antara mereka ada yang
Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa
derajat. Kami telah menganugerahkan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang
sangat jelas (mukjizat) dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril).
Seandainya Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan
saling membunuh setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka
berselisih sehingga ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang
kufur. Andaikata Allah menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Namun,
Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.





254





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا
رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا
خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū anfiqū mimmā razaqnākum min qabli ay ya'tiya yaumul lā bai‘un fīhi wa lā
khullatuw wa lā syafā‘ah(tun), wal-kāfirūna humu
-ālimūn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu
sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari
itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat.
Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.





255





اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا
تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ
مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ
اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ
اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا
يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ





Allāhu lā ilāha illā
huw(a), al-
ayyul-qayyūm(u), lā ta'khużuhū sinatuw wa lā
naum(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-ar
(i), man żal-lażī
yasyfa‘u ‘indahū illā bi'iżnih(ī), ya‘lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa
lā yu
īūna bisyai'im min ‘ilmihī
illā bimā syā'(a), wasi‘a kursiyyuhus-samāwāti wal-ar
(a), wa lā ya'ūduhū ifuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aīm(u).



Allah, tidak ada tuhan
selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia
tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di
sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa
yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari
ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya)
meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah
yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.





256





لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ
الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ
اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ
عَلِيْمٌ





Lā ikrāha fid-dīn(i),
qat tabayyanar-rusydu minal-gayy(i), famay yakfur bi
-āgūti wa yu'mim billāhi fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuqā, lanfiāma lahā, wallāhu samī‘un ‘alīm(un).



Tidak ada paksaan
dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari
jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut
79) dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.



Catatan
Kaki



79) Kata tagut disebutkan untuk setiap yang
melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena itu, setan, dajal, penyihir,
penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., dan penguasa yang
tirani dinamakan tagut.





257





اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ
الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ
الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ
اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ





Allāhu waliyyul-lażīna
āmanū yukhrijuhum mina
-ulumāti ilan-nūr(i),
wal-lażīna kafarū auliyā'uhumu
-āgūtu yukhrijuhum
minan-nūri ila
-ulumāt(i), ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).



Allah adalah pelindung
orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju
cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang kufur, pelindung-pelindung mereka
adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan mereka (orang-orang kafir itu) dari cahaya
menuju aneka kegelapan. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.





258





اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ
اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ
وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ
يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ
الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ





Alam tara ilal-lażī ājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk(a), iż qāla ibrāhīmu
rabbiyal-lażī yu
yī wa yumīt(u), qāla ana uyī wa umīt(u), qāla ibrāhīmu fa innallāha ya'tī bisy-syamsi
minal-masyriqi fa'ti bihā minal-magribi fabuhital-lażī kafar(a), wallāhu lā
yahdil-qauma
-ālimīn(a).



Tidakkah kamu
memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah
menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika
Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu)
berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau
begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah
ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim.





259





اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى
عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ
اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ
يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى
طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ
وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا
ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ
اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Au kal-lażī marra ‘alā
qaryatiw wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urūsyihā, qāla annā yu
yī hāżihillāhu ba‘da mautihā, fa'amātahullāhu mi'ata ‘āmin umma ba‘aah(ū), qāla kam labit(a), qāla labitu yauman au ba‘a yaum(in), qāla bal
labi
ta mi'ata ‘āmin fanur ilā a‘āmika wa syarābika lam yatasannah, wanur ilā imārik(a), wa linaj‘alaka āyatal lin-nāsi wanur ilal-‘iāmi kaifa nunsyizuhā umma naksūhā lamā(n), falammā tabayyana lah(ū), qāla a‘lamu
annallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Atau, seperti orang
yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi
(reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali
(negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus
tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama
engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau
setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama
seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi)
lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan
menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah
tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian
Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah
nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
80)



Catatan
Kaki



80) Sains tidak bisa menjelaskan bagaimana orang
yang ditidurkan selama seratus tahun dan makanannya tetap dalam keadaan utuh
seperti sedia kala, sementara keledainya telah menjadi tulang belulang, lalu
tulang belulang itu dikumpulkan dan atas kuasa Allah Swt. dapat hidup kembali.





260





وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ
قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ
فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى
كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا
ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ





Wa iż qāla ibrāhīmu
rabbi arinī kaifa tu
yil-mautā, qāla awalam tu'min, qāla balā wa lākil
liya
ma'inna qalbī, qāla fakhuż arba‘atam mina-airi faurhunna ilaika ummaj‘al ‘alā kulli jabalim minhunna juz'an ummad‘uhunna ya'tīnaka sa‘yā(n), wa‘lam annallāha ‘azīzun akīm(un).



(Ingatlah)
ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah
engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia
(Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah
kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu
bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
81)



Catatan
Kaki



81) Sains tidak bisa menjelaskan bagaimana burung
yang telah dipotong-potong dan bagian-bagian tubuhnya disebar di tempat-tempat
yang saling berjauhan dapat dihidupkan kembali oleh Allah Swt.





261





مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ
اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ
عَلِيْمٌ





Maalul-lażīna yunfiqūna amwālahum fī sabīlillāhi kamaali abbatin ambatat sab‘a sanābila fī kulli
sumbulatim mi'atu
abbah(tin), wallāhu yuā‘ifu limay yasyā'(u), wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).



Perumpamaan
orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti
(orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.





262





اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَآ اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّلَآ اَذًىۙ لَّهُمْ
اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Allażīna yunfiqūna
amwālahum fī sabīlillāhi
umma lā yutbi‘ūna mā anfaqū mannaw wa lā ażā(n),
lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Orang-orang yang
menginfakkan harta mereka di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang
mereka infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
penerima), bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih.





263





۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ
يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ





Qaulum ma‘rūfuw wa
magfiratun khairum min
adaqatiy yatba‘uhā ażā(n), wallāhu ganiyyun alīm(un).



Perkataan yang baik
dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang
menyakiti. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.





264





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ
بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا
يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ
عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā tub
ilū adaqātikum bil-manni
wal-ażā, kal-lażī yunfiqu mālahū ri'ā'an-nāsi wa lā yu'minu billāhi wal-yaumil-ākhir(i),
fa ma
aluhū kamaali afwānin ‘alaihi turābun fa'aābahū wābilun
fatarakahū
aldā(n), lā yaqdirūna ‘alā syai'im mimmā kasabū,
wallāhu lā yahdil-qaumal-kāfirīn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena
riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu,
lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali.
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum kafir.





265





وَمَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاۤءَ
مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ
اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا
وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ





Wa maalul-lażīna yunfiqūna amwālahumubtigā'a marātillāhi wa tabītam min anfusihim kamaali jannatim birabwatin aābahā wābilun fa'ātat
ukulahā
i‘fain(i), fa'illam yuibhā wābilun faall(un), wallāhu bimā ta‘malūna baīr(un).



Perumpamaan orang-orang
yang menginfakkan harta mereka untuk mencari rida Allah dan memperteguh jiwa
mereka adalah seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, lalu ia (kebun itu) menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya, hujan gerimis (pun memadai).
82) Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.



Catatan
Kaki



82) Diumpamakan dengan dataran tinggi karena
dataran tinggi yang lebih dingin berpotensi mendapatkan awan hujan lebih banyak
daripada dataran rendah sehingga tanamannya lebih subur. Kalaupun tidak ada
hujan lebat, gerimis pun cukup untuk membasahi tanahnya.





266





اَيَوَدُّ اَحَدُكُمْ اَنْ تَكُوْنَ لَهٗ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ
وَّاَعْنَابٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ لَهٗ فِيْهَا مِنْ كُلِّ
الثَّمَرٰتِۙ وَاَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهٗ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاۤءُۚ فَاَصَابَهَآ
اِعْصَارٌ فِيْهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ
الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ ࣖ





Ayawaddu aadukum an takūna lahū jannatum min nakhīliw wa a‘nābin tajrī min
ta
tihal-anhār(u), lahū fīhā min kulli-amarāt(i), wa aābahul-kibaru wa lahū żurriyyatun
u‘afā'(u), fa'aābahā i‘ārun fīhi nārun fataraqat, każālika
yubayyinullāhu lakumul-āyāti la‘allakum tatafakkarūn(a).



Apakah salah seorang
di antara kamu ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. Kemudian,
datanglah masa tua, sedangkan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil.
Lalu, kebun itu ditiup angin kencang yang mengandung api sehingga terbakar.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
memikirkan(-nya).





267





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا
كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ
مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū anfiqū min
ayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum
minal-ar
(i), wa lā tayammamul-khabīa minhu tunfiqūna wa lastum bi'ākhiżīhi illā an tugmiū fīh(i), wa‘lamū annallāha ganiyyun amīd(un).



Wahai orang-orang yang
beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.





268





اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ
ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ
عَلِيْمٌ ۖ





Asy-syaiānu ya‘idukumul-faqra wa ya'murukum bil-fasyā'(i), wallāhu ya‘idukum magfiratam minhu wa falā(n), wallāhu wāsi'un ‘alīm(un).



Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir),
sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Maha Luas lagi
Maha Mengetahui.





269





يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ
فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا
الْاَلْبَابِ





Yu'til-ikmata may yasyā'(u), wa may yu'tal-ikmata faqad ūtiya khairan kaīrā(n), wa mā yażżakkaru
ilā ulul-albāb(i).



Dia (Allah)
menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi
hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang
dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab.





270





وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ نَّفَقَةٍ اَوْ نَذَرْتُمْ مِّنْ
نَّذْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُهٗ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ





Wa mā anfaqtum min
nafaqatin au nażartum min nażrin fa innallāha ya‘lamuh(ū), wa mā li
-ālimīna min anār(in).



Infak apa pun yang
kamu berikan atau nazar apa pun yang kamu janjikan sesungguhnya Allah
mengetahuinya. Bagi orang-orang zalim tidak ada satu pun penolong (dari azab
Allah).





271





اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا
وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ
سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ





In tubdu-adaqāti fani‘immā hiy(a), wa in tukhfūhā wa
tu'tūhal-fuqarā'a fahuwa khairul lakum, wa yukaffiru ‘ankum min sayyi'ātikum,
wallāhu bimā ta‘malūna khabīr(un).



Jika kamu menampakkan
sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan
memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan
menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.





272





۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ
يَّشَاۤءُ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗوَمَا تُنْفِقُوْنَ
اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ
اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ





Laisa ‘alaika hudāhum
wa lākinnallāha yahdī may yasyā'(u), wa mā tunfiqū min khairin fa li'anfusikum,
wa mā tunfiqūna illabtigā'a wajhillāh(i), wa mā tunfiqū min khairiy yuwaffa
ilaikum wa antum lā tu
lamūn(a).



Bukanlah kewajibanmu
(Nabi Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allahlah yang
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk
menerima petunjuk). Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, (manfaatnya) untuk
dirimu (sendiri). Kamu (orang-orang mukmin) tidak berinfak, kecuali karena
mencari rida Allah. Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, niscaya kamu akan
diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi.





273





لِلْفُقَرَاۤءِ الَّذِيْنَ اُحْصِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَا
يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى الْاَرْضِۖ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ اَغْنِيَاۤءَ
مِنَ التَّعَفُّفِۚ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمٰهُمْۚ لَا يَسْـَٔلُوْنَ النَّاسَ
اِلْحَافًا ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ࣖ





Lil-fuqarā'il-lażīna uḥṣirū fī sabīlillāhi lā yastaī‘ūna arban fil-ari yasabuhumul-jāhilu agniyā'a
minat-ta‘affuf(i), ta‘rifuhum bisīmāhum, lā yas'alūnan-nāsa il
āfā(n), wa mā tunfiqū min khairin fa innallāha bihī ‘alīm(un).



(Apa
pun yang kamu infakkan) diperuntukkan bagi orang-orang fakir yang terhalang
(usahanya karena jihad) di jalan Allah dan mereka tidak dapat berusaha di bumi.
Orang yang tidak mengetahuinya mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya
karena mereka memelihara diri dari mengemis. Engkau (Nabi Muhammad) mengenal
mereka dari ciri-cirinya (karena) mereka tidak meminta secara paksa kepada orang
lain. Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Tahu tentang
itu.





274





اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ
سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Allażīna yunfiqūna
amwālahum bil-laili wan-nahāri sirraw wa ‘alāniyatan falahum ajruhum ‘inda
rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Orang-orang yang
menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun
terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut
pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.





275





اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا
يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ
قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى
فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ
اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ





Allażīna
ya'kulūnar-ribā lā yaqūmūna illā kamā yaqūmul-lażī yatakhabba
uhusy-syaiānu minal-mass(i), żālika bi'annahum qālū
innamal-bai‘u mi
lur-ribā, wa aallallāhul-bai‘a wa arramar-ribā, faman jā'ahū mau‘iatum mir rabbihī
fantahā falahū mā salaf(a), wa amruhū ilallāh(i), wa man ‘āda fa ulā'ika a
ṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).



Orang-orang yang
memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang
yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka
berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya
peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka.
Mereka kekal di dalamnya.





276





يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ ۗ وَاللّٰهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ





Yamaqullāhur-ribā wa yurbi-adaqāt(i), wallāhu lā yuibbu kulla kaffārin aīm(in).



Allah menghilangkan
(keberkahan dari) riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap
orang yang sangat kufur lagi bergelimang dosa.





277





اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَقَامُوا
الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Innal-lażīna āmanū wa
‘amilu
-āliāti wa aqāmu-alāta wa ātuz-zakāta
lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum ya
zanūn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, beramal saleh, menegakkan salat, dan menunaikan
zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.





278





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَذَرُوْا مَا
بَقِيَ مِنَ الرِّبٰوٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanuttaqullāha wa żarū mā baqiya minar-ribā in kuntum mu'minīn(a).



Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang mukmin.





279





فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا فَأْذَنُوْا بِحَرْبٍ مِّنَ اللّٰهِ
وَرَسُوْلِهٖۚ وَاِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ اَمْوَالِكُمْۚ لَا تَظْلِمُوْنَ
وَلَا تُظْلَمُوْنَ





Fa'illam taf‘alū
fa'żanū bi
arbim minallāhi wa rasūlih(ī), wa in tubtum
falakum ru'ūsu amwālikum, lā ta
limūna wa lā tulamūn(a).



Jika kamu tidak
melaksanakannya, ketahuilah akan terjadi perang (dahsyat) dari Allah dan
Rasul-Nya. Akan tetapi, jika kamu bertobat, kamu berhak atas pokok hartamu.
Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).





280





وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍ ۗ وَاَنْ
تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ





Wa in kāna żū ‘usratin
fana
iratun ilā maisarah(tin), wa an taaddaqū khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).



Jika dia (orang yang
berutang itu) dalam kesulitan, berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh
kelapangan. Kamu bersedekah (membebaskan utang) itu lebih baik bagimu apabila
kamu mengetahui(-nya).





281





وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗثُمَّ
تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ࣖ





Wattaqū yauman
turja‘ūna fīhi ilallāh(i),
umma tuwaffā kullu nafsim mā kasabat wa hum lā
yu
lamūn(a).



Waspadalah terhadap
suatu hari (kiamat) yang padanya kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian, setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
telah dilakukannya dan mereka tidak dizalimi.





282





يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ
اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ وَلْيَكْتُبْ بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ
بِالْعَدْلِۖ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللّٰهُ
فَلْيَكْتُبْۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ
رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔاۗ فَاِنْ كَانَ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ
سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ
وَلِيُّهٗ بِالْعَدْلِۗ وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِّجَالِكُمْۚ فَاِنْ
لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّامْرَاَتٰنِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ
الشُّهَدَۤاءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰىهُمَا فَتُذَكِّرَ اِحْدٰىهُمَا الْاُخْرٰىۗ
وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَۤاءُ اِذَا مَا دُعُوْا ۗ وَلَا تَسْـَٔمُوْٓا اَنْ
تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰٓى اَجَلِهٖۗ ذٰلِكُمْ اَقْسَطُ عِنْدَ
اللّٰهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنٰىٓ اَلَّا تَرْتَابُوْٓا اِلَّآ اَنْ
تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ
جُنَاحٌ اَلَّا تَكْتُبُوْهَاۗ وَاَشْهِدُوْٓا اِذَا تَبَايَعْتُمْ ۖ وَلَا
يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ەۗ وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهٗ فُسُوْقٌۢ
بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna
āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubūh(u), walyaktub
bainakum kātibum bil-‘adl(i), wa lā ya'ba kātibun ay yaktuba kamā
‘allamahullāhu falyaktub, walyumlilil-lażī ‘alaihil-
aqqu walyattaqillāha rabbahū wa lā yabkhas minhu syai'ā(n),
fa'in kānal-lażī ‘alaihil-
aqqu safīhan au a‘īfan au lā yastaī‘u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhū bil-‘adl(i), wastasyhidū
syahīdaini mir rijāliūkum, fa'illam yakūnā rajulaini farajuluw wamra'atāni
mimman tar
auna minasy-syuhadā'i an tailla idāhumā fatużakkira idāhumal-ukhrā, wa lā ya'basy-syuhadā'u iżā mā du‘ū, wa lā tas'amū
an taktubūhu
agīran au kabīran ilā ajalih(ī), żālikum aqsau ‘indallāhi wa aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā
an takūna tijāratan
āiratan tudīrūnahā
bainakum falaisa ‘alaikum junā
un allā taktubūhā, wa asyhidū iżā tabāya‘tum,
wa lā yu
ārra kātibuw wa lā syahīd(un), wa in taf‘alū
fa'innahū fusūqum bikum, wattaqullāh(a), wa yu‘allimukumullāh(u), wallāhu
bikulli syai'in ‘alīm(un).



Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kamu berutang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu mencatatnya. Hendaklah seorang pencatat di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Janganlah pencatat menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajar-kan kepadanya. Hendaklah dia mencatat(-nya) dan orang yang
berutang itu mendiktekan(-nya). Hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya,
dan janganlah dia menguranginya sedikit pun. Jika yang berutang itu orang yang
kurang akalnya, lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri,
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Mintalah kesaksian dua orang
saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki,
(boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang
kamu sukai dari para saksi (yang ada) sehingga jika salah seorang (saksi
perempuan) lupa, yang lain mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu menolak
apabila dipanggil. Janganlah kamu bosan mencatatnya sampai batas waktunya, baik
(utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah,
lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu pada
ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perniagaan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu. Maka, tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
mencatatnya. Ambillah saksi apabila kamu berjual beli dan janganlah pencatat
mempersulit (atau dipersulit), begitu juga saksi. Jika kamu melakukan (yang
demikian), sesungguhnya hal itu suatu kefasikan padamu. Bertakwalah kepada
Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.





283





۞ وَاِنْ كُنْتُمْ عَلٰى سَفَرٍ وَّلَمْ تَجِدُوْا كَاتِبًا
فَرِهٰنٌ مَّقْبُوْضَةٌ ۗفَاِنْ اَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِى
اؤْتُمِنَ اَمَانَتَهٗ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ ۗ وَلَا تَكْتُمُوا
الشَّهَادَةَۗ وَمَنْ يَّكْتُمْهَا فَاِنَّهٗٓ اٰثِمٌ قَلْبُهٗ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ࣖ





Wa in kuntum ‘alā
safariw wa lam tajidū kātiban fa ri
ānum maqbūah(tun), fa'in amina ba‘ukum ba‘an falyu'addil-lażi'tumina amānatahū walyattaqillāha rabbah(ū),
wa lā taktumusy syahādah(ta), wa may yaktumhā fa'innahū ā
imun qalbuh(ū), wallāhu bimā ta‘malūna ‘alīm(un).



Jika kamu dalam
perjalanan, sedangkan kamu tidak mendapatkan seorang pencatat, hendaklah ada
barang jaminan yang dipegang. Akan tetapi, jika sebagian kamu memercayai
sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian karena siapa yang menyembunyikannya, sesungguhnya
hatinya berdosa. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.





284





لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ
تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ
فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Lillāhi mā
fis-samāwāti wa mā fil-ar
(i), wa in tubdū mā fī anfusikum au tukhfūhu
yu
āsibkum bihillāh(u), fayagfiru limay yasyā'u
wa yu‘ażżibu may yasyā'(u), wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Milik Allahlah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada
di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya
bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun
yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





285





اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ
وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ
وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا
وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ





Āmanar-rasūlu bimā
unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu'minūn(a), kullun āmana billāhi wa malā'ikatihī
wa kutubihī wa rusulih(ī), lā nufarriqu baina a
adim mir rusulih(ī),
wa qālū sami‘nā wa a
a‘nā, gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maīr(u).



Rasul (Muhammad)
beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami
dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat
(kami) kembali.”





286





لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا
كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ
نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا
لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ
مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ





Lā yukallifullāhu
nafsan illā wus‘ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā
tu'ākhiżnā in nasīnā au akh
a'nā, rabbanā wa lā tamil ‘alainā iran kamā amaltahū ‘alal-lażīna
min qablinā, rabbanā wa lā tu
ammilnā mā lā āqata lanā bih(ī), wa‘fu
‘annā, wagfir lanā, war
amnā, anta maulānā fanurnā ‘alal qaumil-kāfirīn(a).



Allah tidak membebani
seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari
(kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas
(kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah
Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami,
dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam
menghadapi kaum kafir.”



 



Audio Surat Al-Baqarah (1-286)



Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Al-Baqarah 1-286 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.


Fitur & Koleksi