Al-Qur'an Surat Al A’raf 1-206 - الأعراف (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio)
0LIKE
3LOVE
1WOW

Tap Zoom Image

Download Image

DETAIL


 

1





الۤمّۤصۤ ۚ





Alif lām mīm ād.



Alif Lām Mīm ād.





2





كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِيْ صَدْرِكَ حَرَجٌ
مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهٖ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ





Kitābun unzila ilaika
falā yakun fī
adrika arajum minhu litunżira
bihī wa żikrā lil-mu'minīn(a).



(Inilah)
Kitab yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad), maka janganlah engkau sesak
dada karenanya supaya dengan (kitab itu) engkau memberi peringatan, dan menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang beriman.





3





اِتَّبِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا
تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ





Ittabi‘ū mā unzila
ilaikum mir rabbikum wa lā tattabi‘ū min dūnihī auliyā'(a), qalīlam mā
tażakkarūn(a).



Ikutilah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti pelindung
267) selain Dia. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.



Catatan
Kaki



267) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





4





وَكَمْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَا فَجَاۤءَهَا بَأْسُنَا
بَيَاتًا اَوْ هُمْ قَاۤىِٕلُوْنَ





Wa kam min qaryatin
ahlaknāhā fa jā'ahā ba'sunā bayātan au hum qā'ilūn(a).



Betapa banyak negeri
yang telah Kami binasakan. Siksaan Kami datang (menimpa penduduknya) pada malam
hari atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari.





5





فَمَا كَانَ دَعْوٰىهُمْ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَآ اِلَّآ اَنْ
قَالُوْٓا اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ





Famā kāna da‘wāhum iż
jā'ahum ba'sunā illā an qālū innā kunnā
ālimīn(a).



Maka, ketika siksaan
Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain hanyalah ucapan
“Sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim.”





6





فَلَنَسْـَٔلَنَّ الَّذِيْنَ اُرْسِلَ اِلَيْهِمْ وَلَنَسْـَٔلَنَّ
الْمُرْسَلِيْنَۙ





Fa
lanas'alannal-lażīna ursila ilaihim wa lanas'alannal-mursalīn(a).



Pasti akan Kami tanyai
umat yang kepada mereka telah diutus para rasul. Pasti akan Kami tanyai (pula)
para rasul.





7





فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَّمَا كُنَّا غَاۤىِٕبِيْنَ





Fa lanaquṣṣanna ‘alaihim bi‘ilmiw wa mā kunnā gā'ibīn(a).



Kemudian, pasti akan
Kami kabarkan (hal itu) kepada mereka berdasarkan ilmu (Kami). Sedikit pun Kami
tidak pernah gaib (jauh dari mereka).





8





وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ





Wal-waznu
yauma'iżinil-
aqq(u), faman aqulat mawāzīnuhū fa
ulā'ika humul-mufli
ūn(a).



Timbangan pada hari
itu (menjadi ukuran) kebenaran. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya,
mereka itulah orang yang beruntung.





9





وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا
اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ





Wa man khaffat
mawāzīnuhū fa ulā'ikal-lażīna khasirū anfusahum bimā kānū bi'āyātinā ya
limūn(a).



Siapa yang ringan
timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya
sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.





10





وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا
مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ࣖ





Wa laqad makkannākum
fil-ar
i wa ja‘alnā lakum fīhā ma‘āyisy(a), qalīlam mā
tasykurūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan Kami sediakan di sana
(bumi) penghidupan untukmu. (Akan tetapi,) sedikit sekali kamu bersyukur





11





وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا
لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ
يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ





Wa laqad khalaqnākum umma awwarnākum umma qulnā lil-malā'ikatisjudū
li'ādama fa sajadū illā iblīs(a), lam yakum minas-sājidīn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu.
Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka
pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang
bersujud.





12





قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠
خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ





Qāla mā mana‘aka allā
tasjuda iż amartuk(a), qāla ana khairum minh(u), khalaqtanī min nāriw wa
khalaqtahū min
īn(in).



Dia (Allah) berfirman,
“Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku
menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau
menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”





13





قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ
فِيْهَا فَاخْرُجْ اِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِيْنَ





Qāla fahbi minhā famā yakūnu laka an tatakabbara fīhā fakhruj innaka mina-āgirīn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri
di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”





14





قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ





Qāla anirnī ilā yaumi yub‘aūn(a).



Ia (Iblis) menjawab,
“Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan.”





15





قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ





Qāla innaka minal-munarīn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu.”





16





قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ
الْمُسْتَقِيْمَۙ





Qāla fabimā agwaitanī
la'aq‘udanna lahum
irāakal-mustaqīm(a).



Ia (Iblis) menjawab,
“Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka
dari jalan-Mu yang lurus.





17





ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ
اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ





umma la'ātiyannahum mim baini aidīhim wa min
khalfihim wa ‘an aimānihim wa ‘an syamā'ilihim, wa lā tajidu ak
arahum syākirīn(a).



Kemudian, pasti aku
akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri
mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”





18





قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ
مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ





Qālakhruj minhā
maż'ūmam mad
ūrā(n), laman tabi‘aka minhum la'amla'anna
jahannama minkum ajma‘īn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh,
siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam
dengan kamu semua.”





19





وَيٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ
حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ
الظّٰلِمِيْنَ





Wa yā ādamuskun anta
wa zaujukal-jannata fa kulā min
aiu syi'tumā wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā mina-ālimīn(a).



(Allah
berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu,
makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”





20





فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ
عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ
الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ





Fa waswasa
lahumasy-syai
ānu liyubdiya lahumā mā wūriya ‘anhumā min
sau'ātihimā wa qāla mā nahākumā rabbukumā ‘an hāżihisy-syajarati illā an takūnā
malakaini au takūnā minal-khālidīn(a).



Maka, setan
membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya
sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak
melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak
senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang
kekal (dalam surga).”





21





وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ





Wa qāsamahumā innī
lakumā laminan-nā
iīn(a).



Ia (setan) bersumpah
kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk
para pemberi nasihat.”





22





فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ
لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ
وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ
وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ





Fa dallāhumā
bigurūr(in), falammā żāqasy-syajarata badat lahumā sau'ātuhumā wa
afiqā yakhifāni ‘alaihimā miw waraqil-jannah(ti), wa nādāhumā
rabbuhumā alam anhakumā ‘an tilkumasy-syajarati wa aqul lakumā innasy-syai
āna lakumā ‘aduwwum mubīn(un).



Ia (setan)
menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi
(buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah
Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa
sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”





23





قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ





Qālā rabbanā alamnā anfusanā wa illam tagfir lanā wa taramnā lanakūnanna minal-khāsirīn(a).



Keduanya berkata, “Ya
Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak
mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang
yang rugi.”





24





قَالَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى
الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ





Qālahbiū ba‘ukum liba‘in ‘aduww(un), wa
lakum fil-ar
i mustaqarruw wa matā‘un ilā īn(in).



Dia (Allah) berfirman,
“Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada
tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”





25





قَالَ فِيْهَا تَحْيَوْنَ وَفِيْهَا تَمُوْتُوْنَ وَمِنْهَا
تُخْرَجُوْنَ ࣖ





Qāla fīhā tayauna wa fīhā tamūtūna wa minhā tukhrajūn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan
dikeluarkan (dibangkitkan).”





26





يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ
سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ
اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ





Yā banī ādama qad
anzalnā ‘alaikum libāsay yuwārī sau'ātikum wa rīsyā(n), wa libāsut-taqwā żālika
khair(un), żālika min āyātillāhi la‘allahum yażżakkarūn(a).



Wahai anak cucu Adam,
sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu
(sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan)
Allah agar mereka selalu ingat.





27





يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ
اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا
سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا
تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا
يُؤْمِنُوْنَ





Yā banī ādama lā
yaftinannakumusy-syai
ānu kamā akhraja abawaikum minal-jannati yanzi‘u
‘anhumā libāsahumā liyuriyahumā sau'ātihimā, innahū yarākum huwa wa qabīluhū
min
aiu lā taraunahum, innā
ja‘alnasy-syayā
īna auliyā'a lil-lażīna lā yu'minūn(a).



Wahai anak cucu Adam,
janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah
mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk
memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan
para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong
268) bagi orang-orang yang tidak beriman.



Catatan
Kaki



268) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





28





وَاِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً قَالُوْا وَجَدْنَا عَلَيْهَآ
اٰبَاۤءَنَا وَاللّٰهُ اَمَرَنَا بِهَاۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَأْمُرُ
بِالْفَحْشَاۤءِۗ اَتَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Wa iżā fa‘alū fāisyatan qālū wajadnā ‘alaihā ābā'anā wallāhu amaranā bihā, qul
innallāha lā ya'muru bil-fa
syā'(i), ataqūlūna ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).



Apabila mereka
melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami mendapati nenek moyang kami
melakukan yang demikian dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kekejian.
269) Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak
kamu ketahui?”



Catatan
Kaki



269) Maksud melakukan kekejian di sini adalah
syirik, tawaf bertelanjang di sekeliling Ka‘bah, dan sebagainya.





29





قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِۗ وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ
عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا
بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَۗ





Qul amara rabbī
bil-qis
(i), wa aqīmū wujūhakum ‘inda kulli masjidiw
wad‘ūhu mukhli
īna lahud-dīn(a), kamā bada'akum ta‘ūdūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Tuhanku memerintahkan aku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada
Allah) di setiap masjid dan berdoalah kepada-Nya dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya. Kamu akan kembali kepada-Nya sebagaimana Dia telah menciptakan kamu
pada permulaan.”





30





فَرِيْقًا هَدٰى وَفَرِيْقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلٰلَةُ
ۗاِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ
وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ





Farīqan hadā wa
farīqan
aqqa ‘alaihimu-alālah(tu), innahumuttakhażusy-syayāīna auliyā'a min dūnillāhi wa yasabūna annahum muhtadūn(a).



Sekelompok (manusia)
telah diberi-Nya petunjuk dan sekelompok (lainnya) telah pasti kesesatan atas
mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung
270) selain Allah. Mereka mengira bahwa mereka adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.



Catatan
Kaki



270) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





31





۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ





Yā banī ādama khużū
zīnatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulū wasyrabū wa lā tusrifū, innahū lā yu
ibbul-musrifīn(a).



Wahai anak cucu Adam,
pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta
minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan.





32





قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ
لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى
الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ
الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ





Qul man arrama zīnatallāhil-latī akhraja li‘ibādihī wa-ayyibāti minar-rizq(i), qul hiya lil-lażīna āmanū
fil-
ayātid-dun-yā khāliatay yaumal-qiyāmah(ti), każālika nufaṣṣilul-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan (dari) Allah yang telah Dia
sediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, ‘Semua
itu adalah untuk orang-orang yang beriman (dan juga tidak beriman) dalam
kehidupan dunia, (tetapi ia akan menjadi) khusus (untuk mereka yang beriman saja)
pada hari Kiamat.’” Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat
itu kepada kaum yang mengetahui.





33





قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا
بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ
مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Qul innamā arrama rabbiyal-fawāisya mā ahara minhā wa mā baana wal-ima wal-bagya bigairil-aqqi wa an tusyrikū
billāhi mā lam yunazzil bihī sul
ānaw wa an taqūlū ‘alallāhi
mā lā ta‘lamūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang
tampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, dan perbuatan melampaui batas
tanpa alasan yang benar. (Dia juga mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan bukti pembenaran untuk itu dan
(mengharamkan) kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.”





34





وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا
يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ





Wa likulli ummatin
ajal(un), fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).



Setiap umat mempunyai
ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan
sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.





35





يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ
يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْۙ فَمَنِ اتَّقٰى وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Yā banī ādama immā
ya'tiyannakum rusulum minkum yaqu
ṣṣūna ‘alaikum āyātī,
famanittaqā wa a
laa falā khaufun ‘alaihim
wa lā hum ya
zanūn(a).



Wahai anak cucu Adam,
jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan
kepadamu ayat-ayat-Ku, siapa pun yang bertakwa dan melakukan perbaikan, tidak
ada rasa takut menimpa mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.





36





وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَآ
اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ





Wal-lażīna każżabū
bi'āyātinā wastakbarū ‘anhā ulā'ika a
ṣḥābun-nār(i), hum fīhā
khālidūn(a).



Orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.





37





فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ
كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِۗ
حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا
كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا
عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ





Faman alamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bi'āyātih(ī), ulā'ika
yanāluhum na
ībuhum minal-kitāb(i), attā iżā jā'athum rusulunā yatawaffaunahum, qālū aina mā kuntum
tad‘ūna min dūnillāh(i), qālū
allū ‘annā wa syahidū ‘alā anfusihim annahum kānū
kāfirīn(a).



Siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang
mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian (yang telah
ditentukan) dari ketetapan Allah (di dunia) sehingga apabila datang kepada
mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut nyawanya, mereka (para
malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?”
Mereka (orang-orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.”
Mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah
orang-orang kafir.





38





قَالَ ادْخُلُوْا فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ
الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِى النَّارِۙ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ
اُخْتَهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙقَالَتْ اُخْرٰىهُمْ
لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا
مِّنَ النَّارِ ەۗ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ





Qāladkhulū fī umamin
qad khalat min qablikum minal-jinni wal-insi fin-nār(i), kullamā dakhalat
ummatul la‘anat ukhtahā,
attā iżaddārakū fīhā jamī‘ā(n), qālat ukhrāhum
li'ūlāhum rabbanā hā'ulā'i a
allūnā fa ātihim ‘ażāban i‘fam minan-nār(i), qāla likullin i‘fuw wa lākil lā ta‘lamūn(a).



Allah berfirman,
“Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum
kamu dari (golongan) jin dan manusia.” Setiap kali suatu umat masuk, dia
melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah
orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu, “Ya
Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang
berlipat ganda kepada mereka.” Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan
(siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui.”





39





وَقَالَتْ اُوْلٰىهُمْ لِاُخْرٰىهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا
مِنْ فَضْلٍ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ ࣖ





Wa qālat ūlāhum
li'ukhrāhum famā kāna lakum ‘alainā min fa
lin fa żūqul-‘ażāba
bimā kuntum taksibūn(a).



Orang yang (masuk)
terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan, “Kamu tidak mempunyai
kelebihan sedikit pun atas kami. Maka, rasakanlah azab itu karena perbuatan
yang telah kamu lakukan.”





40





اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى
يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ





Innal-lażīna każżabū
bi'āyātinā wastakbarū ‘anhā lā tufatta
u lahum abwābus-samā'i
wa lā yadkhulūnal-jannata
attā yalijal-jamalu fī sammil-khiyā(i), wa każālika najzil-mujrimīn(a).



Sesungguhnya (bagi)
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit
271) dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke
dalam lubang jarum.
272) Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat durhaka.



Catatan
Kaki



271) Maksudnya, doa dan amal mereka tidak diterima
oleh Allah Swt.
272) Maksudnya, mereka tidak mungkin masuk surga
sebagaimana unta mustahil masuk ke dalam lubang jarum.





41





لَهُمْ مِّنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍۗ
وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ





Lahum min jahannama
mihāduw wa min fauqihim gawāsy(in), wa każālika najzi
-ālimīn(a).



Bagi mereka
(disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam dan di atas mereka ada
selimut (dari api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang zalim.





42





وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُكَلِّفُ
نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا
خٰلِدُوْنَ





Wal-lażīna āmanū wa
‘amilu
-āliāti lā nukallifu nafsan illā wus‘ahā, ulā'ika aṣḥābul-jannah(ti), hum fīhā khālidūn(a).



(Adapun)
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani
seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga.
Mereka kekal di dalamnya.





43





وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِيْ مِنْ
تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُۚ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ لَقَدْ جَاۤءَتْ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۗ وَنُوْدُوْٓا اَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ
اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ





Wa naza‘nā mā fī udūrihim min gillin tajrī min tatihimul-anhār(u), wa qālul-amdu lillāhil-lażī hadānā lihāżā, wa mā kunnā linahtadiya lau lā
an hadānallāh(u), laqad jā'at rusulu rabbinā bil-
aqq(i), wa nūdū an
tilkumul-jannatu ūri
tumūhā bimā kuntum ta‘malūn(a).



Kami mencabut rasa
dendam dari dalam dada mereka, (di surga) mengalir di bawah mereka
sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan
kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak
menunjukkan kami. Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.”
Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena
apa yang selalu kamu kerjakan.”





44





وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ اَصْحٰبَ النَّارِ اَنْ قَدْ
وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُّمْ مَّا وَعَدَ
رَبُّكُمْ حَقًّا ۗقَالُوْا نَعَمْۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَيْنَهُمْ اَنْ
لَّعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ





Wa nādā aṣḥābul-jannati aṣḥāban-nāri an qad wajadnā mā wa‘adanā rabbunā aqqan fahal wajattum mā wa‘ada rabbukum aqqā(n), qālū na‘am, fa ażżana mu'ażżinum bainahum al la‘natullāhi
‘ala
-ālimīn(a).



Para penghuni surga
menyeru para penghuni neraka, “Sungguh, kami telah mendapati sesuatu (surga)
yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah mendapati (pula)
sesuatu (azab) yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab,
“Benar.” Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah
bagi orang-orang yang zalim.”





45





اَلَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا
عِوَجًاۚ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ كٰفِرُوْنَۘ





Al-lażīna yauddūna ‘an sabīlillāhi wa yabgūnahā ‘iwajā(n), wa hum bil-ākhirati
kāfirūn(a).



(Mereka
adalah) orang-orang yang menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta
menginginkan jalan itu menjadi bengkok dan mereka itu orang-orang yang
mengingkari (kehidupan) akhirat.





46





وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌۚ وَعَلَى الْاَعْرَافِ رِجَالٌ
يَّعْرِفُوْنَ كُلًّا ۢ بِسِيْمٰىهُمْۚ وَنَادَوْا اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ اَنْ
سَلٰمٌ عَلَيْكُمْۗ لَمْ يَدْخُلُوْهَا وَهُمْ يَطْمَعُوْنَ





Wa bainahumā ijāb(un), wa ‘alal-a‘rāfi rijāluy ya‘rifūna kullam bisīmāhum, wa
nādau a
ṣḥābal-jannati an salāmun ‘alaikum, lam yadkhulūhā
wa hum ya
ma‘ūn(a).



Di antara keduanya
(para penghuni surga dan neraka) ada batas pemisah dan di atas tempat yang
tertinggi (al-a‘rāf)
273) ada orang-orang yang saling mengenal
dengan tandanya masing-masing. Mereka menyeru para penghuni surga, “Salāmun
‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Mereka belum dapat
memasukinya, padahal mereka sangat ingin (memasukinya).



Catatan
Kaki



273) Kata a‘rāf adalah bentuk jamak dari ‘urf yang
berarti ‘sesuatu yang tinggi’ atau ‘sesuatu yang terhormat’. Pembatas antara
surga dan neraka disebut dengan a‘rāf karena posisinya yang tinggi.





47





۞ وَاِذَا صُرِفَتْ اَبْصَارُهُمْ تِلْقَاۤءَ اَصْحٰبِ النَّارِۙ
قَالُوْا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ





Wa iżā urifat abāruhum tilqā'a aṣḥābin-nāri qālū rabbanā
lā taj‘alnā ma‘al-qaumi
-ālimīn(a).



Apabila pandangan
mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, “Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau tempatkan kami bersama kaum yang zalim itu.”





48





وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ الْاَعْرَافِ رِجَالًا يَّعْرِفُوْنَهُمْ
بِسِيْمٰىهُمْ قَالُوْا مَآ اَغْنٰى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ
تَسْتَكْبِرُوْنَ





Wa nādā aṣḥābul-a‘rāfi rijālay ya‘rifūnahum bisīmāhum qālū mā agnā ‘ankum
jam‘ukum wa mā kuntum tastakbirūn(a).



Orang-orang di atas
tempat yang tertinggi (al-a‘rāf) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan
tanda-tanda (khusus) sambil berkata, “Tidak ada manfaatnya bagimu (harta) yang
kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan.





49





اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللّٰهُ
بِرَحْمَةٍۗ اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَآ اَنْتُمْ
تَحْزَنُوْنَ





Ahā'ulā'il-lażīna
aqsamtum lā yanāluhumullāhu bira
mah(tin),
udkhulul-jannata lā khaufun ‘alaikum wa lā antum ta
zanūn(a).



Itukah orang-orang
yang kamu telah bersumpah (ketika kamu hidup di dunia), bahwa mereka tidak akan
diberi rahmat oleh Allah?” (Allah berfirman,) “Masuklah kamu ke dalam surga!
Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.”





50





وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ النَّارِ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ اَنْ اَفِيْضُوْا
عَلَيْنَا مِنَ الْمَاۤءِ اَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۗقَالُوْٓا اِنَّ
اللّٰهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكٰفِرِيْنَۙ





Wa nādā aṣḥābun-nāri aṣḥābal-jannati an afīū ‘alainā minal-mā'i au mimmā razaqakumullāh(u), qālū innallāha arramahumā ‘alal-kāfirīn(a).



Para penghuni neraka
menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki
apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya (air dan rezeki) bagi
orang-orang kafir.”





51





الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَهْوًا وَّلَعِبًا
وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۚ فَالْيَوْمَ نَنْسٰىهُمْ كَمَا نَسُوْا
لِقَاۤءَ يَوْمِهِمْ هٰذَاۙ وَمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَجْحَدُوْنَ





Al-lażīnattakhażū
dīnahum lahwaw wa la‘ibaw wa garrathumul-
ayātud-dun-yā,
fal-yauma nansāhum kamā nasū liqā'a yaumihim hāżā, wa mā kānū bi'āyātinā yaj
adūn(a).



(Mereka
adalah) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai kelengahan dan permainan
serta mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada hari ini (Kiamat),
Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini
dan karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.





52





وَلَقَدْ جِئْنٰهُمْ بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى
وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ





Wa laqad ji'nāhum
bikitābin fa
ṣṣalnāhu ‘alā ‘ilmin hudaw wa ramatal liqaumiy yu'minūn(a).



Sungguh, Kami telah
mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami jelaskan secara
terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman.





53





هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا تَأْوِيْلَهٗۗ يَوْمَ يَأْتِيْ
تَأْوِيْلُهٗ يَقُوْلُ الَّذِيْنَ نَسُوْهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُ
رَبِّنَا بِالْحَقِّۚ فَهَلْ لَّنَا مِنْ شُفَعَاۤءَ فَيَشْفَعُوْا لَنَآ اَوْ
نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ قَدْ خَسِرُوْٓا
اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ





Hal yanurūna illā ta'wīlah(ū), yauma ya'tī ta'wīluhū yaqūlul-lażīna nasūhu
min qablu qad jā'at rusulu rabbinā bil-
aqq(i), fahal lanā min
syufa‘ā'a fa yasyfa‘ū lanā au nuraddu fa na‘mala gairal-lażī kunnā na‘mal(u),
qad khasirū anfusahum wa
alla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).



Tidakkah mereka
menunggu kecuali takwilnya (terwujudnya kebenaran Al-Qur’an). Pada hari bukti
kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata,
“Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah
pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau
agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti
perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Sungguh, mereka telah merugikan
diri sendiri dan telah hilang lenyap dari mereka apa pun yang dahulu mereka
ada-adakan.





54





اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ
فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ
النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ
مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ
رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ





Inna
rabbakumullāhul-lażī khalaqas-samāwāti wal-ar
a fī sittati ayyāmin ummastawā ‘alal-‘arsy(i), yugsyil-lailan-nahāra yalubuhū aīā(n), wasy-syamsa wal-qamara wan-nujūma musakhkharātim bi'amrih(ī),
alā lahul-khalqu wal-amr(u), tabārakallāhu rabbul-‘ālamīn(a).



Sesungguhnya Tuhanmu
adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
274) kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy.275) Dia menutupkan malam pada siang yang
mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang
tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan
urusan. Maha Berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam.



Catatan
Kaki



274) Allah menciptakan alam semesta dalam enam
masa yang prosesnya sepanjang sejarah alam semesta, seperti yang dijelaskan
dalam surah an-Nāzi‘āt (79): 27
33. 275) Bersemayam di atas ʻArasy adalah satu sifat Allah yang wajib diimani sesuai dengan keagungan
Allah Swt. dan kesucian-Nya.





55





اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِيْنَۚ





Ud‘ū rabbakum taarru‘aw wa khufūyah(tan), innahū lā yuibbul-mu‘tadīn(a).



Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.





56





وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ
خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ





Wa lā tufsidū fil-ari ba‘da iihā wad‘ūhu khaufaw wa
ama‘ā(n), inna ramatallāhi qarībum minal-musinīn(a).



Janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan
orang-orang yang berbuat baik.





57





وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ
رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ
مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ
الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ





Wa huwal-lażī
yursilur-riyā
a busyram baina yadai ramatih(ī), attā iżā aqallat saāban iqālan suqnāhu libaladim mayyitin fa anzalnā
bihil-mā'a fa akhrajnā bihī min kulli
-amarāt(i), każālika nukhrijul-mautā la‘allakum tażakkarūn(a).



Dialah yang mendatangkan
angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan)
sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke
suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu.
Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat.





58





وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ
وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ
لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ ࣖ





Wal-baladu-ayyibu yakhruju nabātuhū bi'iżni rabbih(ī),
wal-lażī khabu
a lā yakhruju illā nakidā(n), każālika nuarriful-āyāti liqaumiy yasykurūn(a).



Tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur,
tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami jelaskan berulang kali
tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.





59





لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ
اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ
عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ





Laqad arsalnā nūan ilā qaumihī fa qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin
gairuh(ū), innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin ‘a
īm(in).



Sungguh, Kami telah
mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya
(kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang
besar (hari Kiamat).





60





قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ ضَلٰلٍ
مُّبِيْنٍ





Qālal mala'u min
qaumihī innā lanarāka fī
alālim mubīn(in).



Pemuka-pemuka dari
kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu (berada) dalam
kesesatan yang nyata.”





61





قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ ضَلٰلَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ
رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ





Qāla yā qaumi laisa bī
alālatuw wa lākinnī rasūlum mir rabbil-‘ālamīn(a).



Dia (Nuh) menjawab,
“Hai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah rasul
dari Tuhan semesta alam.





62





اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنْصَحُ لَكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ
اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Uballigukum risālāti
rabbī wa an
au lakum wa a‘lamu
minallāhi mā lā ta‘lamūn(a).



Aku sampaikan kepadamu
risalah (amanat) Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Aku mengetahui dari
Allah apa yang tidak kamu ketahui.





63





اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى
رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ





Awa‘ajibtum an jā'akum
żikrum mir rabbikum ‘alā rajulim minkum liyunżirakum wa litattaqū wa la‘allakum
tur
amūn(a).



Apakah kamu (tidak
percaya dan) heran bahwa telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu
kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu,
agar kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?”





64





فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ فِى الْفُلْكِ
وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا
عَمِيْنَ ࣖ





Fa każżabūhu fa
anjaināhu wal-lażīna ma‘ahū fil-fulki wa agraqnal-lażīna każżabū bi'āyātinā,
innahum kānū qauman ‘amīn(a).



(Karena)
mereka mendustakannya (Nuh), Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya).





65





۞ وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا
اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ





Wa ilā ‘ādin akhāum hūdā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin gairuh(ū),
afalā tattaqūn(a).



(Kami
telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai
kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Tidakkah kamu
bertakwa?”





66





قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا
لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ





Qālal-mala'ul-lażīna
kafarū min qaumihī innā lanarāka fī safāhatiw wa innā lana
unnuka minal-kāżibīn(a).



Para pemuka yang kufur
di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu dalam
keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menduga bahwa kamu termasuk para
pembohong.”





67





قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ
رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ





Qāla yā qaumi laisa bī
safāhatuw wa lākinnī rasūlum mir rabbil-‘ālamīn(a).



Dia (Hud) berkata,
“Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini
adalah rasul dari Tuhan semesta alam.





68





اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ





Uballigukum risālāti
rabbī wa ana lakum nā
iun amīn(un).



Aku sampaikan kepadamu
risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap kamu adalah penasihat yang
tepercaya.





69





اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى
رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ
بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا
اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ





Awa‘ajibtum an jā'akum
żikrum mir rabbikum ‘alā rajulim minkum liyunżirakum, ważkurū iż ja‘alakum
khulafā'a mim ba‘di qaumi nū
iw wa zādakum fil-khalqi basah(tan), fażkurū ālā'allāhi la‘allakum tufliūn(a).



Apakah kamu (tidak
percaya dan) heran bahwa telah datang kepadamu tuntunan dari Tuhanmu atas
seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi peringatan kepadamu?
Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang
berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam penciptaan (berupa) tubuh
yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.”





70





قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا
كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ
الصّٰدِقِيْنَ





Qālū aji'tanā
lina‘budallāha wa
dahū wa nażara mā kāna ya‘budu ābā'unā, fa'tinā
bimā ta‘idunā in kunta mina
ādiqīn(a).



Mereka berkata,
“Apakah engkau (wahai Hud) datang kepada kami agar kami menyembah Allah semata
dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka,
datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan kepada kami jika kamu termasuk
orang-orang yang benar.”





71





قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ
اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ
مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ
مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ





Qāla qad waqa‘a
‘alaikum mir rabbikum rijsuw wa ga
ab(un), atujādilūnanī
fī asmā'in sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā nazzalallāhu bihā min sul
ān(in), fantairū innī ma‘akum minal-muntairīn(a).



Dia (Hud) berkata,
“Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah
kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu
beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun
hujah (alasan pembenaran) untuk itu? Maka, tunggulah (azab dan kemarahan itu)!
Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.”





72





فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا
وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا
مُؤْمِنِيْنَ ࣖ





Fa anjaināhu
wal-lażīna ma‘ahū bira
matim minnā wa qaa‘nā dābiral-lażīna każżabū bi'āyātinā wa mā kānū mu'minīn(a).



Maka, Kami selamatkan
dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya karena rahmat yang besar dari Kami,
dan Kami binasakan sampai akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami dan mereka bukanlah orang-orang mukmin.





73





وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا
اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ
رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ
اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Wa ilā amūda akhāhum āliā(n), qāla yā qaumi‘budullāha
mā lakum min ilāhin gairuh(ū), qad jā'atkum bayyinatum mir rabbikum, hāżihī nāqatullāhi
lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī ar
illāhi wa lā tamassūhā
bisū'in fa ya'khużakum ‘ażābun alīm(un).



Kami telah mengutus)
kepada (kaum) Samud saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia. Sungguh, telah datang
kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini adalah unta betina Allah untuk
kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah ia makan di bumi Allah dan janganlah
kamu mengganggunya dengan keburukan apa pun sehingga kamu ditimpa siksa yang
sangat pedih.”





74





وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ
وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا
وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا
تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ





Ważkurū iż ja‘alakum
khulafā'a mim ba‘di ‘ādiw wa bawwa'akum fil-ar
i tattakhiżūna min suhūlihā
qu
ūraw wa tanitūnal-jibāla buyūtā(n),
fażkurū ālā'allāhi wa lā ta‘
au fil-ari mufsidīn(a).



Ingatlah ketika
(Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah ‘Ad dan
memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya
bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka,
ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi
dengan berbuat kerusakan.





75





قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ
لِلَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا لِمَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّ صٰلِحًا
مُّرْسَلٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قَالُوْٓا اِنَّا بِمَآ اُرْسِلَ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ





Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū
min qaumihī lil-lażīnastu
‘ifū liman āmana minhum ata‘lamūna anna āliam mursalum mir rabbih(ī), qālū innā bimā
ursila bihī mu'minūn(a).



Pemuka-pemuka yang menyombongkan
diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang
telah beriman di antara mereka, “Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi
rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami beriman kepada apa
(wahyu) yang dibawanya.”





76





قَالَ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْٓا اِنَّا بِالَّذِيْٓ اٰمَنْتُمْ
بِهٖ كٰفِرُوْنَ





Qālal-lażīnastakbarū
innā bil-lażī āmantum bihī kāfirūn(a).



Orang-orang yang
menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengingkari apa yang kamu imani.”





77





فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوْا
يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ





Fa ‘aqarun-nāqata wa
‘atau ‘an amri rabbihim wa qālū yā
āliu'tinā bimā ta‘idunā in kunta minal-mursalīn(a).



Lalu, mereka memotong
unta betina itu dan mereka melampaui batas terhadap perintah Tuhan mereka, dan
mereka berkata, “Wahai Saleh, datangkanlah kepada kami apa (ancaman siksa) yang
engkau janjikan kepada kami jika engkau termasuk orang-orang yang diutus (Allah).”





78





فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ
جٰثِمِيْنَ





Fa
akhażathumur-rajfatu fa a
baū fī dārihim jāimīn(a).



Maka, gempa (dahsyat)
menimpa mereka sehingga mereka menjadi (mayat-mayat yang) bergelimpangan di
dalam (reruntuhan) tempat tinggal mereka.





79





فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ
رِسَالَةَ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُحِبُّوْنَ النّٰصِحِيْنَ





Fa tawallā ‘anhum wa
qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālata rabbī wa na
atu lakum wa lākil lā tuibbūnan-nāiīn(a).



Maka, dia (Saleh)
meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku telah
menyampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku telah menasihatimu,
tetapi kamu tidak menyukai para pemberi nasihat.”





80





وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا
سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ اَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ





Wa lūan iż qāla liqaumihī ata'tūnal-fāisyata mā sabaqakum
bihā min a
adim minal-‘ālamīn(a).



(Kami
juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) ketika dia berkata kepada
kaumnya, “Apakah kamu mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dikerjakan
oleh seorang pun sebelum kamu di dunia ini?





81





اِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ
النِّسَاۤءِۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ





Innakum
lata'tūnar-rijāla syahwatam min dūnin-nisā'(i), bal antum qaumum musrifūn(a).



Sesungguhnya kamu
benar-benar mendatangi laki-laki untuk melampiaskan syahwat, bukan kepada
perempuan, bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas.”





82





وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهٖٓ اِلَّآ اَنْ قَالُوْٓا
اَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ قَرْيَتِكُمْۚ اِنَّهُمْ اُنَاسٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ





Wa mā kāna jawāba
qaumihī illā an qālū akhrijūhum min qaryatikum, innahum unāsuy yata
ahharūn(a).



Tidak ada jawaban
kaumnya selain berkata, “Usirlah mereka (Lut dan pengikutnya) dari negerimu
ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menganggap dirinya suci.”





83





فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَهْلَهٗٓ اِلَّا امْرَاَتَهٗ كَانَتْ مِنَ
الْغٰبِرِيْنَ





Fa anjaināhu wa ahlahū
illamra'atahū kānat minal-gābirīn(a).



Maka, Kami selamatkan
dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk (orang-orang
kafir) yang tertinggal.





84





وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ





Wa amarnā ‘alaihim maarā(n), fanur kaifa kāna ‘āqibatul-mujrimīn(a).



Kami hujani mereka
dengan hujan (batu). Perhatikanlah, bagaimana kesudahan para pendurhaka.





85





وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا
اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ
رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ
اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ





Wa ilā madyana akhāhum
syu‘aibā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin gairuh(ū), qad
jā'atkum bayyinatum mir rabbikum fa auful-kaila wal-mīzāna wa lā tabkhasun-nāsa
asy-yā'ahum wa lā tufsidū fil-ar
i ba‘da iihā, żālikum khairul lakum in kuntum mu'minīn(a).



Kepada penduduk
Madyan,
276) Kami (utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada
bagimu tuhan (yang disembah) selain Dia. Sungguh, telah datang kepadamu bukti
yang nyata dari Tuhanmu. Maka, sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan
janganlah merugikan (hak-hak) orang lain sedikit pun. Jangan (pula) berbuat
kerusakan di bumi setelah perbaikannya.
277) Itulah lebih
baik bagimu, jika kamu beriman.”



Catatan
Kaki



276) Madyan pada mulanya adalah nama putra Nabi
Ibrahim a.s. dari istri beliau yang ketiga, Qatura. Madyan menikah dengan putri
Nabi Lut a.s. Selanjutnya, kata Madyan dipakai sebagai sebutan bagi suku yang
berasal dari keturunan Madyan. Mereka tinggal di pantai Laut Merah sebelah
tenggara Gurun Sinai, yaitu antara Hijaz, tepatnya Tabuk Saudi Arabia dan Teluk
Aqabah.
277) Yakni perbaikan melalui syariat dan aturan
yang dibawa oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para penerusnya.





86





وَلَا تَقْعُدُوْا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوْعِدُوْنَ وَتَصُدُّوْنَ
عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِهٖ وَتَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۚ وَاذْكُرُوْٓا
اِذْ كُنْتُمْ قَلِيْلًا فَكَثَّرَكُمْۖ وَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ





Wa lā taq‘udū bikulli irāin tū‘idūna wa tauddūna ‘an sabīlillāhi man āmana bihī wa tabgūnahā ‘iwajā(n), ważkurū
iż kuntum qalīlan fa ka
ṡṡarakum, wanurū kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).



Janganlah kamu duduk
di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang
beriman dari jalan Allah, serta ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu
dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Perhatikanlah,
bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.





87





وَاِنْ كَانَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْكُمْ اٰمَنُوْا بِالَّذِيْٓ
اُرْسِلْتُ بِهٖ وَطَاۤىِٕفَةٌ لَّمْ يُؤْمِنُوْا فَاصْبِرُوْا حَتّٰى يَحْكُمَ
اللّٰهُ بَيْنَنَاۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحٰكِمِيْنَ ۔





Wa in kāna ā'ifatum minkum āmanū bil-lażī ursiltu bihī wa ā'ifatul lam tu'minū fabirū attā yakumallāhu bainanā, wa huwa khairul-ākimīn(a).



Jika ada segolongan di
antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya dan
ada (pula) segolongan yang tidak beriman, bersabarlah sampai Allah menetapkan
keputusan di antara kita. Dia adalah pemberi putusan yang terbaik.





88





۞ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ
لَنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ
لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ كُنَّا كٰرِهِيْنَ





Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū
min qaumihī lanukhrijannaka yā syu‘aibu wal-lażīna āmanū ma‘aka min qaryatinā
au lata‘ūdunna fī millatinā, qāla awalau kunnā kārihīn(a).



Para pemuka yang
sombong dari kaumnya berkata, “Wahai Syu
ʻaib, sungguh, kami
akan mengusirmu bersama orang-orang yang beriman kepadamu dari negeri kami,
kecuali engkau benar-benar kembali kepada agama kami.” Syu
ʻaib berkata, “Apakah (kami kembali padanya) meskipun kami
membenci(-nya)?





89





قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنْ عُدْنَا فِيْ
مِلَّتِكُمْ بَعْدَ اِذْ نَجّٰىنَا اللّٰهُ مِنْهَاۗ وَمَا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ
نَّعُوْدَ فِيْهَآ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّنَاۗ وَسِعَ رَبُّنَا
كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًاۗ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَاۗ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفٰتِحِيْنَ





Qadiftarainā ‘alallāhi
każiban in ‘udnā fī millatikum ba‘da iż najjānallāhu minhā, wa mā yakūnu lanā
an na‘ūda fīhā illā ay yasyā'allāhu rabbunā, wasi‘a rabbunā kulla syai'in
‘ilmā(n), ‘alallāhi tawakkalnā, rabbanafta
bainanā wa baina
qauminā bil-
aqqi wa anta khairul-fātiīn(a).



Sungguh, kami telah
mengada-adakan kebohongan besar kepada Allah jika kami kembali pada agamamu
setelah Allah menyelamatkan kami darinya. Tidaklah patut kami kembali padanya,
kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi
segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal. Wahai Tuhan kami, berilah
keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi
keputusan terbaik.”





90





وَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَىِٕنِ
اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا اِنَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ





Wa
qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī la'inittaba‘tum syu‘aiban innakum iżal
lakhāsirūn(a).



Para pemuka
orang-orang yang kufur dari kaumnya berkata (kepada sesamanya), “Sungguh, jika
kamu mengikuti Syu
ʻaib, niscaya kamu benar-benar menjadi
orang-orang yang rugi.”





91





فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ
جٰثِمِيْنَۙ





Fa
akhażathumur-rajfatu fa a
baū fī dārihim jāimīn(a).



Maka, gempa (dahsyat)
menimpa mereka sehingga mereka menjadi (mayat-mayat yang) bergelimpangan di
dalam (reruntuhan) tempat tinggal mereka.





92





الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَاۚ
اَلَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَانُوْا هُمُ الْخٰسِرِيْنَ





Al-lażīna każżabū
syu‘aiban ka'allam yagnau fīhā, al-lażīna każżabū syu‘aiban kānū
humul-khāsirīn(a).



Orang-orang yang
mendustakan Syu
ʻaib seakan-akan belum pernah tinggal di
(negeri) itu. Mereka yang mendustakan Syu
ʻaib itulah orang-orang
yang rugi.





93





فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ
رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْۚ فَكَيْفَ اٰسٰى عَلٰى قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ ࣖ





Fa tawallā ‘anhum wa
qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālāti rabbī wa na
atu lakum, fa kaifa āsā ‘alā qaumin kāfirīn(a).



(Ketika
Syu
ʻaib yakin azab akan menimpa kaum kafir,) ia
meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku benar-benar
telah menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihatimu. Maka,
bagaimana aku akan bersedih terhadap kaum kafir?”





94





وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ
اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ





Wa mā arsalnā fī
qaryatim min nabiyyin illā akhażnā ahlahā bil-ba'sā'i wa
-arrā'i la‘allahum yaḍḍarra‘ūn(a).



Kami tidak mengutus
seorang nabi pun di suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu,)
melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar
mereka (tunduk dengan) merendahkan diri.





95





ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا
وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ
بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ





umma baddalnā makānas-sayyi'atil-asanata attā ‘afau wa qālū qad massa ābā'ana-arrā'u was-sarrā'u fa akhażnāhum bagtataw wa
hum lā yasy‘urūn(a).



Kemudian, Kami ganti
penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta mereka)
bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah
merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami timpakan siksaan atas mereka
dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari.





96





وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا
فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ





Wa lau anna ahlal-qurā
āmanū wattaqau lafata
nā ‘alaihim barakātim minas-samā'i wal ardi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū yaksibūn(a).



Sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka
berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para
rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang
selalu mereka kerjakan.





97





اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا
بَيَاتًا وَّهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَۗ





Afa amina ahlul-qurā
ay ya'tiyahum ba'sunā bayātaw wa hum nā'imūn(a).



Apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari siksa Kami yang datang pada malam hari
ketika mereka sedang tidur?





98





اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى
وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ





Awa amina ahlul-qurā
ay ya'tiyahum ba'sunā
uaw wa hum yal‘abūn(a).



Atau, apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari siksa Kami yang datang pada waktu duha
(waktu menjelang tengah hari) ketika mereka sedang bermain?





99





اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ
اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ





Afa aminū
makrallāh(i), falā ya'manu makrallāhi illal-qaumul khāsirūn(a).



Atau, apakah mereka
merasa aman dari siksa Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada orang yang
merasa aman dari siksa Allah, selain kaum yang rugi.





100





اَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْاَرْضَ مِنْۢ بَعْدِ
اَهْلِهَآ اَنْ لَّوْ نَشَاۤءُ اَصَبْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْۚ وَنَطْبَعُ عَلٰى
قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَ





Awalam yahdi
lil-lażīna yari
ūnal-ara mim ba‘di ahlihā
allau nasyā'u a
abnāhum biżunūbihim, wa naba‘u ‘alā qulūbihim fahum lā yasma‘ūn(a).



Ataukah belum juga
jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah (lenyap) penduduknya,
bahwa seandainya Kami menghendaki, Kami benar-benar akan menimpakan (siksa)
kepada mereka karena dosa-dosanya? Kami akan mengunci hati mereka sehingga
mereka tidak dapat mendengar (pelajaran).





101





تِلْكَ الْقُرٰى نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤىِٕهَاۚ وَلَقَدْ
جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۚ فَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا بِمَا
كَذَّبُوْا مِنْ قَبْلُۗ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِ الْكٰفِرِيْنَ





Tilkal-qurā naquṣṣu ‘alaika min ambā'ihā, wa laqad jā'athum rusuluhum
bil-bayyināt(i), famā kānū liyu'minū bimā każżabū min qabl(u), każālika ya
ba‘ullāhu ‘alā qulūbil-kāfirīn(a).



Negeri-negeri (yang
telah Kami binasakan) itu Kami ceritakan sebagian kisahnya kepadamu (Nabi
Muhammad). Sungguh, rasul-rasul mereka telah datang dengan membawa bukti-bukti
yang nyata kepada mereka. Akan tetapi, mereka tidak mau beriman pada apa yang
telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang
yang kafir.





102





وَمَا وَجَدْنَا لِاَكْثَرِهِمْ مِّنْ عَهْدٍۚ وَاِنْ وَّجَدْنَآ
اَكْثَرَهُمْ لَفٰسِقِيْنَ





Wa mā wajadnā li'akarihim min ‘ahd(in), wa iw wajadnā akarahum lafāsiqīn(a).



Kami tidak mendapati
kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami dapati kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.





103





ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى
فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَظَلَمُوْا بِهَاۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُفْسِدِيْنَ





umma ba‘anā mim ba‘dihim mūsā
bi'āyātinā ilā fir‘auna wa mala'ihī fa
alamū bihā, fanur kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).



Kemudian, Kami utus
Musa setelah mereka dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami kepada Fir‘aun
dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu, mereka mengingkarinya. Perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.





104





وَقَالَ مُوْسٰى يٰفِرْعَوْنُ اِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ
الْعٰلَمِيْنَۙ





Wa qāla mūsa yā
fir‘aunu innī rasūlum mir rabbil-‘ālamīn(a).



Musa berkata, “Wahai
Fir‘aun, sesungguhnya aku adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam.





105





حَقِيْقٌ عَلٰٓى اَنْ لَّآ اَقُوْلَ عَلَى اللّٰهِ اِلَّا
الْحَقَّۗ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَرْسِلْ مَعِيَ
بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ





aqīqun ‘alā allā aqūla ‘alallāhi illal-aqq(a), qad ji'tukum bibayyinatim mir rabbikum fa arsil ma‘iya
banī isrā'īl(a).



Wajib atasku tidak
mengatakan (sesuatu) terhadap Allah, kecuali yang hak (benar). Sungguh, aku
datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka, lepaskanlah
Bani Israil (pergi) bersamaku.”





106





قَالَ اِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِاٰيَةٍ فَأْتِ بِهَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ
الصّٰدِقِيْنَ





Qāla in kunta ji'ta
bi'āyatin fa'ti bihā in kunta mina
ādiqīn(a).



Dia (Fir‘aun) berkata,
“Jika benar engkau membawa suatu bukti, tunjukkanlah, kalau kamu termasuk
orang-orang yang benar.”





107





فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۖ





Fa alqā ‘aāhu fa iżā hiya u‘bānum mubīn(un).



Maka, dia (Musa)
melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang
nyata.





108





وَّنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ ࣖ





Wa naza‘a yadahū fa
iżā hiya bai
ā'u lin-nāirīn(a).



Dia menarik tangannya,
tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang
melihat(-nya).





109





قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ
عَلِيْمٌۙ





Qālal-mala'u min qaumi
fir‘auna inna hāżā lasā
irum ‘alīm(un).



Para pemuka kaum
Fir‘aun berkata, “Sesungguhnya orang ini benar-benar penyihir yang sangat
pandai.





110





يُّرِيْدُ اَنْ يُّخْرِجَكُمْ مِّنْ اَرْضِكُمْ ۚ فَمَاذَا
تَأْمُرُوْنَ





Yurīdu ay yukhrijakum
min ar
ikum, fa māżā ta'murūn(a).



Dia hendak mengusir
kamu dari negerimu.” (Fir‘aun berkata,) “Maka, apa saran kamu?”





111





قَالُوْآ اَرْجِهْ وَاَخَاهُ وَاَرْسِلْ فِى الْمَدَاۤىِٕنِ
حٰشِرِيْنَۙ





Qālū arjih wa akhāhu
wa arsil fil-madā'ini
āsyirīn(a).



Mereka (para pemuka)
itu menjawab, “Beri tangguhlah dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota
beberapa orang untuk mengumpulkan (para penyihir)





112





يَأْتُوْكَ بِكُلِّ سٰحِرٍ عَلِيْمٍ





Ya'tūka bikulli sāirin ‘alīm(in).



(agar)
mereka membawa semua penyihir yang pandai kepadamu.”





113





وَجَاۤءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوْٓا اِنَّ لَنَا لَاَجْرًا
اِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغٰلِبِيْنَ





Wa jā'as-saaratu fir‘auna qālū inna lanā la'ajran in kunnā nanul-gālibīn(a).



Para penyihir datang
kepada Fir‘aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami benar-benar akan mendapat
imbalan jika kami menang?”





114





قَالَ نَعَمْ وَاِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ





Qāla na‘am wa innakum
laminal-muqarrabīn(a).



Dia (Fir‘aun)
menjawab, “Ya, bahkan sesungguhnya kamu pasti termasuk orang-orang yang
didekatkan (kedudukannya kepadaku).”





115





قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِمَّآ اَنْ تُلْقِيَ وَاِمَّآ اَنْ
نَّكُوْنَ نَحْنُ الْمُلْقِيْنَ





Qālū yā mūsā immā an
tulqiya wa immā an nakūna na
nul-mulqīn(a).



Mereka (para penyihir)
berkata, “Wahai Musa, engkaukah yang akan melemparkan (lebih dahulu) atau kami
yang melemparkan?”





116





قَالَ اَلْقُوْاۚ فَلَمَّآ اَلْقَوْا سَحَرُوْٓا اَعْيُنَ
النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوْهُمْ وَجَاۤءُوْ بِسِحْرٍ عَظِيْمٍ





Qāla alqū, falammā
alqau sa
arū a‘yunan-nāsi wastarhabūhum wa jā'ū bisirin ‘aīm(in).



Dia (Musa) menjawab,
“Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka, ketika melemparkan (tali-temali), mereka
menyihir mata orang banyak dan menjadikan mereka takut. Mereka memperlihatkan
sihir yang hebat (menakjubkan).





117





۞ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَلْقِ عَصَاكَۚ فَاِذَا
هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُوْنَۚ





Wa auainā ilā mūsā an alqi ‘aāk(a), fa iżā hiya
talqafu mā ya'fikūn(a).



Kami wahyukan kepada
Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, tiba-tiba ia menelan (habis) segala
kepalsuan mereka.





118





فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَۚ





Fa waqa‘al-aqqu wa baala mā kānū ya‘malūn(a).



Maka, terbuktilah
kebenaran dan sia-sialah segala yang mereka kerjakan.





119





فَغُلِبُوْا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوْا صٰغِرِيْنَۚ





Fa gulibū hunālika
wanqalabū
āgirīn(a).



Mereka dikalahkan di
tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.





120





وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَۙ





Wa ulqiyas-saaratu sājidīn(a).



Para penyihir itu
tersungkur dalam keadaan sujud.
278)



Catatan
Kaki



278) Mereka langsung bersujud kepada Allah Swt.
karena meyakini bahwa seruan Nabi Musa a.s. itu benar dan bukanlah sihir
sebagaimana dugaan mereka semula.





121





قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ





Qālū āmannā
birabbil-‘ālamīn(a).



Mereka berkata, “Kami
beriman kepada Tuhan semesta alam,





122





رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ





Rabbi mūsā wa
hārūn(a).



(yaitu)
Tuhannya Musa dan Harun.”





123





قَالَ فِرْعَوْنُ اٰمَنْتُمْ بِهٖ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۚ
اِنَّ هٰذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوْهُ فِى الْمَدِيْنَةِ لِتُخْرِجُوْا مِنْهَآ
اَهْلَهَاۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ





Qāla fir‘aunu āmantum
bihī qabla an āżana lakum, inna hāżā lamakrum makartumūhu fil-madīnati
litukhrijū minhā ahlahā, fa saufa ta‘lamūn(a).



Fir‘aun berkata,
“Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya
ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini untuk
mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).





124





لَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ ثُمَّ
لَاُصَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَ





La'uqaṭṭi‘anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin umma la'uallibannakum ajma‘īn(a).



Pasti akan aku potong
tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya)
kemudian sungguh akan aku salib kamu semua.”





125





قَالُوْٓا اِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا مُنْقَلِبُوْنَۙ





Qālū innā ilā rabbinā
munqalibūn(a).



Mereka (para penyihir)
menjawab, “Sesungguhnya kami hanya akan kembali kepada Tuhan kami.





126





وَمَا تَنْقِمُ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاٰيٰتِ رَبِّنَا
لَمَّا جَاۤءَتْنَا ۗرَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّتَوَفَّنَا
مُسْلِمِيْنَ ࣖ





Wa mā tanqimu minnā
illā an āmannā bi'āyāti rabbinā lammā jā'atnā, rabanā afrig ‘alainā
abraw wa tawaffanā muslimīn(a).



Engkau (Fir‘aun) tidak
menghukum kami, kecuali karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika
ayat-ayat itu datang kepada kami.” (Mereka berdoa,) “Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim
(berserah diri kepada-Mu).”





127





وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اَتَذَرُ مُوْسٰى
وَقَوْمَهٗ لِيُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَيَذَرَكَ وَاٰلِهَتَكَۗ قَالَ
سَنُقَتِّلُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَنَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْۚ وَاِنَّا فَوْقَهُمْ
قٰهِرُوْنَ





Wa qālal-mala'u min
qaumi fir‘auna atażaru mūsā wa qaumahū liyufsidū fil-ar
i wa yażaraka wa ālihatak(a), qāla sanuqattilu abnā'ahum wa
nasta
yī nisā'ahum, wa innā fauqahum qāhirūn(a).



Para pemuka dari kaum
Fir‘aun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya sehingga
mereka berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan dia (Musa) meninggalkanmu
dan tuhan-tuhanmu?” (Fir‘aun) menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak laki-laki
mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya kita berkuasa
penuh atas mereka.”





128





قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهِ اسْتَعِيْنُوْا بِاللّٰهِ وَاصْبِرُوْاۚ
اِنَّ الْاَرْضَ لِلّٰهِ ۗيُوْرِثُهَا مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ





Qāla mūsā
liqaumihista‘īnū billāhi wa
birū, innal-ara lillāh(i), yūriuhā may yasyā'u min ‘ibādih(ī), wal-‘āqibatu lil-muttaqīn(a).



Musa berkata kepada
kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi
(ini) milik Allah. Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki
di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.”





129





قَالُوْٓا اُوْذِيْنَا مِنْ قَبْلِ اَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْۢ
بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۗقَالَ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّهْلِكَ عَدُوَّكُمْ
وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ ࣖ





Qālū ūżīnā min qabli
an ta'tiyanā wa mim ba‘di mā ji'tanā, qāla ‘asā rabbukum ay yuhlika ‘aduwwakum
wa yastakhlifakum fil-ar
i fa yanura kaifa ta‘malūn(a).



Mereka (kaum Musa)
berkata, “Kami telah ditindas (oleh Fir‘aun) sebelum engkau datang kepada kami
dan setelah engkau datang.” (Musa) menjawab, “Mudah-mudahan Tuhanmu
membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu penguasa di bumi lalu Dia akan melihat
bagaimana perbuatanmu.”





130





وَلَقَدْ اَخَذْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِيْنَ وَنَقْصٍ مِّنَ
الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ





Wa laqad akhażnā āla
fir‘auna bis-sinīna wa naq
im mina-amarāti la‘allahum yażżakkarūn(a).



Sungguh, Kami telah
menghukum Fir‘aun dan kaumnya dengan (mendatangkan) kemarau panjang dan
kekurangan buah-buahan agar mereka mengambil pelajaran.





131





فَاِذَا جَاۤءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوْا لَنَا هٰذِهٖ ۚوَاِنْ
تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّطَّيَّرُوْا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗۗ اَلَآ اِنَّمَا
طٰۤىِٕرُهُمْ عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ





Fa iżā jā'athumul-asanatu qālū lanā hāżihī, wa in tuibhum sayyi'atuy yaṭṭayyarū bimūsā wa mam ma‘ah(ū), alā innamā ā'iruhum ‘indallāhi wa lākinna aksarahum lā ya‘lamūn(a).



Maka, apabila kebaikan
(kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Kami pantas mendapatkan ini
(karena usaha kami).” Jika ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan
itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya
ketentuan tentang nasib mereka (baik dan buruk) di sisi Allah, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.





132





وَقَالُوْا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهٖ مِنْ اٰيَةٍ لِّتَسْحَرَنَا
بِهَاۙ فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ





Wa qālū mahmā ta'tinā
bihī min āyatil litas
aranā bihā, famā nanu laka bimu'minīn(a).



Mereka (kaum Fir‘aun)
berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk
menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman kepadamu.”





133





فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوْفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ
وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ اٰيٰتٍ مُّفَصَّلٰتٍۗ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا
قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ





Fa arsalnā ‘alaihimu-ūfāna wal-jarāda wal-qummala wa-afādi‘a wad-dama āyātim mufaṣṣalāt(in), fastakbarū wa kānū qaumam mujrimīn(a).



Maka, Kami kirimkan
kepada mereka (siksa berupa) banjir besar, belalang, kutu, katak, dan darah
(air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas dan
terperinci. Akan tetapi, mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum
pendurhaka.





134





وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوْا يٰمُوْسَى ادْعُ
لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَۚ لَىِٕنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ
لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۚ





Wa lammā waqa‘a
‘alihimur-rijzu qālū yā mūsad‘u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indak(a), la'in
kasyafta ‘annar-rijza lanu'minanna laka wa lanursilanna ma‘aka banī isrā'īl(a).



Ketika azab (yang
telah diterangkan itu) menimpa mereka, mereka pun berkata, “Wahai Musa,
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika
engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman
kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.”





135





فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ اِلٰٓى اَجَلٍ هُمْ
بَالِغُوْهُ اِذَا هُمْ يَنْكُثُوْنَ





Falammā kasyafnā
‘anhumur-rijza ilā ajalin hum bāligūhu iżā hum yanku
ūn(a).



Namun, setelah Kami
hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi,
ternyata mereka ingkar janji.





136





فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ
بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ





Fantaqamnā minhum fa
agraqnāhum fil-yammi bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū ‘anhā gāfilīn(a).



Maka, Kami membalas
mereka (dengan siksa yang lebih berat). Kami tenggelamkan mereka di laut karena
mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang
lengah terhadapnya.





137





وَاَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ
مَشَارِقَ الْاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَتَمَّتْ
كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنٰى عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۙ بِمَا صَبَرُوْاۗ
وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهٗ وَمَا كَانُوْا
يَعْرِشُوْنَ





Wa auranal-qaumal-lażīna kānū yusta‘afūna masyāriqal-ari wa magāribahal-latī bāraknā fīhā, wa tammat kalimatu rabbikal-usnā ‘alā banī isrā'īl(a), bimā abarū, wa dammarnā mā
kāna ya
na‘u fir‘aunu wa qaumuhū wa mā kānū
ya‘risyūn(a).



Kami wariskan kepada
kaum yang selalu tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya
279) yang telah Kami berkahi. (Dengan demikian,) telah
sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. Kami hancurkan apa pun yang telah dibuat Fir‘aun
dan kaumnya serta apa pun yang telah mereka bangun.
280)



Catatan
Kaki



279) Seiring runtuhnya kerajaan Fir‘aun, negeri
Syam, Mesir, dan sekitarnya yang dahulu dikuasai Fir‘aun kini diwarisi oleh
Bani Israil.
280) Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan
Fir‘aun yang dihancurkan Allah Swt. adalah bangunan-bangunan yang mereka
dirikan dengan memperbudak Bani Israil, seperti kota Ramses, menara yang
dibangun Haman atas perintah Fir‘aun.





138





وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتَوْا عَلٰى
قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْ ۚقَالُوْا يٰمُوْسَى اجْعَلْ
لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌ ۗقَالَ اِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ





Wa jāwaznā bibanī
isrā'īlal-ba
ra fa atau ‘alā qaumiy ya‘kufūna ‘alā anāmil lahum, qālū yā mūsaj‘al lanā ilāhan kamā lahum ālihah(tun),
qāla innakum qaumun tajhalūn(a).



Kami menyeberangkan
Bani Israil (melintasi) laut itu (dengan selamat). Ketika mereka sampai kepada
suatu kaum yang masih tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata,
“Wahai Musa, buatlah untuk kami tuhan (berupa berhala) sebagaimana tuhan-tuhan
mereka.” (Musa) menjawab, “Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.”





139





اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيْهِ وَبٰطِلٌ مَّا
كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ





Inna hā'ulā'i
mutabbarum mā hum fīhi wa bā
ilum mā kānū ya‘malūn(a).



Sesungguhnya apa yang
mereka anut (kemusyrikan) akan dihancurkan dan akan sia-sia apa yang telah
mereka kerjakan.





140





قَالَ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْكُمْ اِلٰهًا وَّهُوَ فَضَّلَكُمْ
عَلَى الْعٰلَمِيْنَ





Qāla agairallāhi
abgīkum ilāhaw wa huwa fa
ḍḍalakum ‘alal-‘ālamīn(a).



Dia (Musa) berkata
(kepada kaumnya), “Apakah aku mencarikan untukmu tuhan selain Allah, padahal
Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat (pada masa itu)?”





141





وَاِذْ اَنْجَيْنٰكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ
سُوْۤءَ الْعَذَابِۚ يُقَتِّلُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْۗ
وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ ࣖ





Wa iż anjainākum min
āli fir‘auna yasūmūnakum sū'al-‘ażāb(i), yuqattilūna abnā'akum wa yasta
yūna nisā'akum wa fī żālikum balā'um mir rabbikum ‘aīm(un).



(Ingatlah
wahai Bani Israil) ketika Kami menyelamatkan kamu dari para pengikut Fir‘aun
yang menyiksa kamu dengan siksaan yang paling buruk. Mereka membunuh
anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan.
Pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari Tuhanmu.





142





۞ وَوٰعَدْنَا مُوْسٰى ثَلٰثِيْنَ لَيْلَةً وَّاَتْمَمْنٰهَا
بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيْقَاتُ رَبِّهٖٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ۚوَقَالَ مُوْسٰى
لِاَخِيْهِ هٰرُوْنَ اخْلُفْنِيْ فِيْ قَوْمِيْ وَاَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ
سَبِيْلَ الْمُفْسِدِيْنَ





Wa wā‘adnā mūsā alāīna lailataw wa atmamnāhā bi‘asyrin fa tamma mīqātu
rabbihī arba‘īna lailah(tan), wa qāla mūsā li'akhīhi hārūnakhlufnī fī qaumī wa
a
li wa lā tattabi‘
sabīlal-mufsidīn(a).



Kami telah menjanjikan
Musa (untuk memberikan kitab Taurat setelah bermunajat selama) tiga puluh
malam. Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi). Maka,
lengkaplah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Musa berkata
kepada saudaranya, (yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku,
perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan
orang-orang yang berbuat kerusakan.”





143





وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ
قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ
اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا
تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ
اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ





Wa lammā jā'a mūsā
limīqātinā wa kallamahū rabbuh(ū), qāla rabbi arinī an
ur ilaik(a), qāla lan tarānī wa lākininur ilal-jabali fa inistaqarra makānahū fa saufa tarānī, falammā
tajallā rabbuhū lil-jabali ja‘alahū dakkaw wa kharra mūsā
a‘iqā(n), falammā afāqa qāla subānaka tubtu ilaika wa
ana awwalul-mu'minīn(a).



Ketika Musa datang
untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh
hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku,
tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman,
“Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia
tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka,
ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu,
281) gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Setelah Musa sadar, dia berkata, “Maha Suci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan
aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”



Catatan
Kaki



281) Menurut sebagian mufasir, yang ditampakkan
itu adalah kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Sementara itu, sebagian yang lain
menafsirkan bahwa yang tampak itu adalah cahaya-Nya. Bagaimanapun juga,
tampaknya Allah Swt. tidaklah seperti tampaknya makhluk. Tampaknya Allah
mestilah sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang tidak dapat diukur dengan pikiran
manusia.





144





قَالَ يٰمُوْسٰٓى اِنِّى اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ
بِرِسٰلٰتِيْ وَبِكَلَامِيْ ۖفَخُذْ مَآ اٰتَيْتُكَ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ





Qāla yā mūsā inniṣṭafaituka ‘alan-nāsi birisālātī wa bikalāmī, fa khuż mā ātaituka
wa kum minasy-syākirīn(a).



Dia berfirman, “Wahai
Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia (yang lain)
untuk membawa risalah dan berbicara (langsung) dengan-Ku. Maka, berpegang
teguhlah pada apa yang Aku berikan kepadamu dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur.”





145





وَكَتَبْنَا لَهٗ فِى الْاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً
وَّتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍۚ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَّأْمُرْ قَوْمَكَ
يَأْخُذُوْا بِاَحْسَنِهَا ۗسَاُورِيْكُمْ دَارَ الْفٰسِقِيْنَ





Wa katabnā lahū
fil-alwā
i min kulli syai'im mau‘iataw wa tafīlal likulli syai'(in), fa khużhā biquwwatiw
wa'mur qaumaka ya'khużū bi'a
sanihā, sa'urīkum dāral-fāsiqīn(a).



Kami telah menuliskan
untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat)
282) segala sesuatu
sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal. Lalu (Kami berfirman
kepadanya,) “Berpegang teguhlah padanya dengan sungguh-sungguh dan suruhlah
kaummu berpegang padanya dengan sebaik-baiknya.
283) Aku akan memperlihatkan kepadamu (kehancuran) negeri
orang-orang fasik.”
284)



Catatan
Kaki



282) Lauh adalah kepingan dari batu atau kayu yang
bertuliskan kitab Taurat yang diterima Nabi Musa a.s. setelah bermunajat di
Gunung Sinai.
283) Utamakanlah hal-hal yang wajib dahulu
daripada yang sunah dan mubah.

284)
Allah Swt. akan
memperlihatkan negeri orang-orang fasik seperti Fir‘aun, ‘Ad, dan Samud yang
hancur bersama mereka akibat kejahatan dan kefasikan mereka.





146





سَاَصْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى
الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ وَاِنْ يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا
بِهَاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۚ وَاِنْ
يَّرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ
كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ





Sa'arifu ‘an āyātiyal-lażīna yatakabbarūna fil-ari bigairil-aqq(i), wa iy yarau kulla āyatil lā yu'minū
bihā, wa iy yarau sabīlar-rusydi lā yattakhiżūhu sabīlā(n), wa iy yarau sabīlal-gayyi
yattakhiżūhu sabīlā(n), żālika bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū ‘anhā
gāfilīn(a).



Aku akan memalingkan
orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar dari
tanda-tanda (kekuasaan-Ku). Jika mereka melihat semua tanda-tanda itu, mereka
tetap tidak mau beriman padanya. Jika mereka melihat jalan kebenaran, mereka
tetap tidak mau menempuhnya. (Sebaliknya,) jika mereka melihat jalan kesesatan,
mereka menempuhnya. Demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat
Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.





147





وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ
حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۗ هَلْ يُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ࣖ





Wal-lażīna każżabū
bi'āyātinā wa liqā'il-ākhirati
abiat a‘māluhum, hal
yujzauna illā mā kānū ya‘malūn(a).



Orang-orang yang
mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan adanya pertemuan akhirat,
sia-sialah amal mereka. Bukankah mereka (tidak) akan dibalas, kecuali (sesuai
dengan) apa yang telah mereka kerjakan.





148





وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوْسٰى مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ حُلِيِّهِمْ
عِجْلًا جَسَدًا لَّهٗ خُوَارٌۗ اَلَمْ يَرَوْا اَنَّهٗ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا
يَهْدِيْهِمْ سَبِيْلًاۘ اِتَّخَذُوْهُ وَكَانُوْا ظٰلِمِيْنَ





Wattakhaża mūsā mim
ba‘dihī min
uliyyihim ‘ijlan jasadal lahū khuwār(un), alam
yarau annahū lā yukallimuhum wa lā yahdīhim sabīlā(n), ittakhażūhu wa kānū
ālimīn(a).



Kaum Musa, setelah
kepergian (Musa ke Gunung Sinai), membuat (sembahan berupa) patung anak sapi
yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara)
285) dari perhiasan
emas mereka. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak
dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan
(kebaikan) kepada mereka? (Bahkan,) mereka menjadikannya (sebagai sembahan).
Mereka adalah orang-orang zalim.



Catatan
Kaki



285) Mereka membuat patung anak sapi dari emas.
Menurut sebagian mufasir, suara yang menyerupai suara sapi itu muncul akibat
embusan angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan teknik yang dikenal
oleh Samiri waktu itu. Sebagian lagi menafsirkan bahwa patung itu benar-benar
menjadi tubuh sapi yang bernyawa dan mengeluarkan suara.





149





وَلَمَّا سُقِطَ فِيْٓ اَيْدِيْهِمْ وَرَاَوْا اَنَّهُمْ قَدْ
ضَلُّوْاۙ قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ





Wa lammā suqia fī aidīhim wa ra'au annahum qad allū, qālū la'il lam
yar
amnā rabbunā wa yagfir lanā lanakūnanna
minal-khāsirīn(a).



Setelah mereka
(sangat) menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka benar-benar sesat,
mereka berkata, “Sungguh, jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan
tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.”





150





وَلَمَّا رَجَعَ مُوْسٰٓى اِلٰى قَوْمِهٖ غَضْبَانَ اَسِفًاۙ قَالَ
بِئْسَمَا خَلَفْتُمُوْنِيْ مِنْۢ بَعْدِيْۚ اَعَجِلْتُمْ اَمْرَ رَبِّكُمْۚ
وَاَلْقَى الْاَلْوَاحَ وَاَخَذَ بِرَأْسِ اَخِيْهِ يَجُرُّهٗٓ اِلَيْهِ ۗقَالَ
ابْنَ اُمَّ اِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُوْنِيْ وَكَادُوْا يَقْتُلُوْنَنِيْۖ
فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْاَعْدَاۤءَ وَلَا تَجْعَلْنِيْ مَعَ الْقَوْمِ
الظّٰلِمِيْنَ





Wa lammā raja‘a mūsā
ilā qaumihī ga
bāna asifā(n), qāla bi'samā khalaftumūnī mim
ba‘dī, a‘ajiltum amra rabbikum, wa alqal-alwā
a wa akhaża bira'si
akhīhi yajurruhū ilaih(i), qālabna umma innal-qaumasta
‘afūnī wa kādū yaqtulūnanī, falā tusymit biyal-a‘dā'a wa lā taj‘alnī
ma‘al-qaumi
-ālimīn(a).



Ketika Musa kembali
kepada kaumnya dalam keadaan marah lagi sedih, dia berkata, “Alangkah buruknya perbuatan
yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji
Tuhanmu?”
286) Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat)
itu dan memegang kepala (menjambak) saudaranya (Harun) sambil menariknya ke
arahnya. (Harun) berkata, “Wahai anak ibuku, kaum ini telah menganggapku lemah
dan hampir saja mereka membunuhku. Oleh karena itu, janganlah engkau menjadikan
musuh-musuh menyorakiku (karena melihat perlakuan kasarmu terhadapku).
Janganlah engkau menjadikanku (dalam pandanganmu) bersama kaum yang zalim.”



Catatan
Kaki



286) Maksud pertanyaan ini adalah mempertanyakan
ketidaksabaran menanti kedatangan Nabi Musa a.s. kembali setelah bermunajat
kepada Tuhan, sehingga kaumnya membuat patung anak sapi untuk disembah
sebagaimana menyembah Allah Swt.





151





قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِاَخِيْ وَاَدْخِلْنَا فِيْ
رَحْمَتِكَ ۖوَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ࣖ





Qāla rabbigfirlī wa
li'akhī wa adkhilnā fī ra
matik(a), wa anta aramur-rāimīn(a).



Dia (Musa) berdoa, “Ya
Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku serta masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu.
Engkaulah Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”





152





اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّنْ
رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى
الْمُفْتَرِيْنَ





Innal-lażīnattakhażul-‘ijla
sayanāluhum ga
abum mir rabbihim wa żillatun fil-ayātid-dun-yā, wa każālika najzil-muftarīn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan) kelak akan
menerima kemurkaan dan kehinaan dari Tuhan mereka dalam kehidupan di dunia.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang mengada-ada.





153





وَالَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ ثُمَّ تَابُوْا مِنْۢ
بَعْدِهَا وَاٰمَنُوْٓا اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Wal-lażīna
‘amilus-sayyi'āti
umma tābū mim ba‘dihā wa āmanū inna rabbaka
mim ba‘dihā lagafūrur ra
īm(un).



Orang-orang yang
mengerjakan keburukan, kemudian setelah itu bertobat dan beriman, sesungguhnya
Tuhanmu, setelah (tobat) itu, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





154





وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُّوْسَى الْغَضَبُ اَخَذَ الْاَلْوَاحَۖ
وَفِيْ نُسْخَتِهَا هُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلَّذِيْنَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُوْنَ





Wa lammā sakata ‘am
mūsal-ga
abu akhażal-alwā(a), wa fī nuskhatihā
hudaw wa ra
matul lil-lażīna hum lirabbihim yarhabūn(a).



Setelah amarah Musa
mereda, dia mengambil (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu. Di dalam tulisannya
terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.





155





وَاخْتَارَ مُوْسٰى قَوْمَهٗ سَبْعِيْنَ رَجُلًا لِّمِيْقَاتِنَا
ۚفَلَمَّآ اَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ
مِّنْ قَبْلُ وَاِيَّايَۗ اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاۤءُ مِنَّاۚ اِنْ
هِيَ اِلَّا فِتْنَتُكَۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاۤءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَاۤءُۗ
اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْغٰفِرِيْنَ





Wakhtāra mūsā qaumahū
sab‘īna rajulal limīqātinā, falammā akhażathumur-rajfatu qāla rabbi lau syi'ta
ahlaktahum min qablu wa iyyāy(a), atuhlikunā bimā fa‘alas-sufahā'u minnā, in
hiya illā fitnatuk(a), tu
illu bihā man tasyā'u wa tahdī man tasyā'(u),
anta waliyyunā fagfir lanā war
amnā wa anta khairul-gāfirīn(a).



Musa memilih tujuh
puluh orang dari kaumnya untuk (memohon tobat kepada Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, “Ya
Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku
sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang
yang kurang akal di antara kami? (Penyembahan terhadap patung anak sapi) itu
hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan
cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki.
287) Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah
kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun.”



Catatan
Kaki



287) Perbuatan mereka membuat patung anak sapi dan
menyembahnya itu adalah suatu cobaan dari Allah Swt. untuk menguji mereka,
siapa yang kuat imannya dan siapa yang ragu-ragu. Orang yang lemah imannya
mengikuti Samiri dan menyembah patung anak sapi itu. Akan tetapi, orang yang
kuat imannya tetap teguh pendiriannya.





156





۞ وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى
الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ قَالَ عَذَابِيْٓ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ
اَشَاۤءُۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۗ فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ
يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَۚ





Waktub lanā fī
hāżihid-dun-yā
asanataw wa fil-ākhirati innā hudnā ilaik(a),
qāla ‘ażābī u
ību bihī man asyā'(u), wa ramatī wasi‘at kulla syai'(in), fa sa'aktubuhā lil-lażīna yattaqūna
wa yu'tūnaz-zakāta wal-lażīna hum bi'āyātinā yu'minūn(a).



Tetapkanlah untuk kami
kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali (bertobat)
kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang
Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa dan menunaikan zakat serta bagi
orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami.”





157





اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ
الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ
الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ
وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ
وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓ
ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ





Al-lażīna
yattabi‘ūnar-rasūlan nabiyyal-ummiyyal-lażī yajidūnahū maktūban ‘indahum
fit-taurāti wal-injīli ya'muruhum bil-ma‘rūfi wa yanhāhum ‘anil-munkari wa yu
illu lahumu-ayyibāti wa yuarrimu ‘alaihimul-khabā'ia wa yaa‘u ‘anhum irahum wal-aglālal-latī kānat ‘alaihim, fal-lażīna
āmanū bihī wa ‘azzarūhu wa na
arūhu wattaba‘un nūral-lażī unzila ma‘ah(ū),
ulā'ika humul-mufli
ūn(a).



(Yaitu,)
orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca
tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang
mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang
buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada
pada mereka.
288) Adapun orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang
diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.



Catatan
Kaki



288) Dalam syariat Nabi Muhammad saw. tidak ada
lagi beban berat yang dipikulkan kepada Bani Israil, seperti ketentuan membunuh
diri untuk bertobat, kewajiban kisas pada pembunuhan yang disengaja dan tidak
tanpa adanya alternatif membayar diat (ganti rugi), memotong anggota badan yang
melakukan kesalahan, dan membuang atau menggunting kain yang terkena najis.





158





قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ
جَمِيْعًا ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا
هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ
الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُوْنَ





Qul yā ayyuhan-nāsu
innī rasūlullāhi ilaikum jamī‘anil-lażī lahū mulkus-samāwāti wal-ar
(i), lā ilāha illā huwa yuyī wa yumīt(u), fa āminū
billāhi wa rasūlihin-nabiyyil-ummiyyil-lażī yu'minu billāhi wa kalimatihī
wattabi‘ūhu la‘allakum tahtadūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua,
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang
menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya,
(yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis) yang beriman kepada Allah dan
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”





159





وَمِنْ قَوْمِ مُوْسٰٓى اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ
يَعْدِلُوْنَ





Wa min qaumi mūsā
ummatuy yahdūna bil-
aqqi wa bihī ya‘dilūn(a).



Di antara kaum Musa
terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan (dasar)
kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil.
289)



Catatan
Kaki



289) Mereka memberi petunjuk dan menuntun dengan
berpedoman pada petunjuk dan tuntunan Allah Swt. Dalam hal mengadili perkara,
mereka selalu mencari keadilan dengan berpedoman pada petunjuk dan tuntunan
Allah Swt.





160





وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اِذِ اسْتَسْقٰىهُ قَوْمُهٗٓ اَنِ اضْرِبْ
بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۚ فَانْۢبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًاۗ قَدْ
عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْۗ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ
وَاَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰىۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا
رَزَقْنٰكُمْۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ





Wa qaṭṭa‘nāhumunatai ‘asyrata asbāan umamā(n), wa auainā ilā mūsā iżistasqāhu
qaumuhū ani
rib bi‘aākal-ajar(a), fambajasat minhunatā ‘asyrata ‘ainā(n),
qad ‘alima kullu unāsim masyrabahum, wa
allalnā ‘alaihimul-gamāma
wa anzalnā ‘alaihimul-manna was-salwā, kulū min
ayyibāti mā razaqnākum,
wa mā
alamūnā wa lākin kānū anfusahum yalimūn(a).



Kami membagi mereka
(Bani Israil) menjadi dua belas suku yang tiap-tiap mereka berjumlah besar.
Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu
itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah dari (batu) itu dua belas mata air.
Sungguh, setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Kami
naungi mereka dengan awan dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.
290) (Kami berfirman), “Makanlah yang baik-baik dari rezeki
yang telah Kami anugerahkan kepadamu.” Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi
merekalah yang selalu menzalimi dirinya sendiri.



Catatan
Kaki



290) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 57.





161





وَاِذْ قِيْلَ لَهُمُ اسْكُنُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوْا
مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُوْلُوْا حِطَّةٌ وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا
نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطِيْۤـٰٔتِكُمْۗ سَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ





Wa iżā qīla
lahumuskunū hāżihil-qaryata wa kulū minhā
aiu syi'tum wa qūlū iṭṭatuw wadkhulul-bāba sujjadan nagfir lakum khaī'ātikum, sanazīdul-musinīn(a).



(Ingatlah)
ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil), “Tinggallah di negeri ini
(Baitulmaqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)-nya di mana saja kamu kehendaki,
serta katakanlah, ‘Bebaskanlah kami dari dosa,’ lalu masukilah pintu gerbangnya
sambil membungkuk! (Jika kamu melakukan itu semua,) niscaya Kami mengampuni
kesalahan-kesalahanmu.” Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang
berbuat kebaikan.





162





فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ
قِيْلَ لَهُمْ فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا كَانُوْا
يَظْلِمُوْنَ ࣖ





Fa baddalal-lażīna alamū minhum qaulan gairal-lażī qīla lahum fa arsalnā ‘alaihim
rijzam minas-samā'i bimā kānū ya
limūn(a).



Maka, orang-orang yang
zalim di antara mereka mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak
diperintahkan kepada mereka.
291) Lalu, Kami
timpakan kepada mereka azab dari langit karena mereka selalu berbuat zalim.



Catatan
Kaki



291) Mereka diperintah untuk mengucap, “iṭṭah” (yang artinya ‘lepaskanlah kami dari dosa’),
tetapi mereka mengubah sambil mencemooh dan mengucapkannya menjadi, “
inah” (yang artinya ‘gandum’).





163





وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ
الْبَحْرِۘ اِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ اِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ
سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْ ۛ كَذٰلِكَ
ۛنَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ





Was'alhum
‘anil-qaryatil-latī kānat
āiratal-bar(i), iż ya‘dūna fis-sabti iż ta'tīhim ītānuhum yauma sabtihim syurra‘aw wa yauma lā yasbitūn(a), lā
ta'tīhim - każālika - nablūhum bimā kānū yafsuqūn(a).



Tanyakanlah kepada
mereka tentang negeri
292) yang terletak di dekat laut ketika
mereka melanggar aturan pada hari Sabat,
293) (yaitu) ketika
datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka bermunculan di
permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak
datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka karena mereka selalu
berlaku fasik.



Catatan
Kaki



292) Negeri dekat laut di sini adalah kota Eilah
yang terletak di pantai Laut Merah, antara kota Madyan dan Gunung Sinai.
293) Menurut aturan, mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabat
karena hari itu dikhususkan untuk beribadah. Aturan ini ditetapkan oleh Allah
Swt. kepada orang-orang Yahudi sesuai dengan permintaan mereka. Mereka dilarang
mengail ikan pada hari itu, tetapi sebagian mereka melanggar dengan cara yang licik.
Mereka tidak mengail, tetapi menggali kolam sehingga air masuk bersama ikan ke
dalamnya dan mereka menangkapinya pada hari berikutnya.





164





وَاِذْ قَالَتْ اُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُوْنَ قَوْمًاۙ
ۨاللّٰهُ مُهْلِكُهُمْ اَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًاۗ قَالُوْا
مَعْذِرَةً اِلٰى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ





Wa iż qālat ummatum
minhum lima ta‘i
ūna qaumā(n), allāhu muhlikuhum au mu‘ażżibuhum
‘ażāban syadīdā(n), qālū ma‘żiratan ilā rabbikum wa la‘allahum yattaqūn(a).



(Ingatlah)
ketika salah satu golongan di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati
kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?”
Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu
294) dan agar mereka bertakwa.”



Catatan
Kaki



294) Yakni alasan bahwa mereka telah melaksanakan
perintah Allah Swt. untuk memberi peringatan.





165





فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖٓ اَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ
يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْۤءِ وَاَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍۢ
بَـِٔيْسٍۢ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ





Falammā nasū mā
żukkirū bihī anjainal-lażīna yanhauna ‘anis-sū'i wa akhażnal-lażīna
alamū bi‘ażābim ba'īsim bimā kānū yafsuqūn(a).



Maka, setelah mereka
melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang
yang mencegah (orang berbuat) keburukan dan Kami timpakan kepada orang-orang
yang zalim azab yang keras karena mereka selalu berbuat fasik.





166





فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَّا نُهُوْا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ
كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ





Falammā ‘atau ‘am mā
nuhū ‘anhu qulnā lahum kūnū qiradatan khāsi'īn(a).



Kemudian, ketika
mereka bersikeras (melampaui batas) terhadap segala yang dilarang, Kami katakan
kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”





167





وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ اِلٰى يَوْمِ
الْقِيٰمَةِ مَنْ يَّسُوْمُهُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِۗ اِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيْعُ
الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Wa iż ta'ażżana
rabbuka layab‘a
anna ‘alaihim ilā yaumil-qiyāmati may yasūmuhum
sū'al-‘ażāb(i), inna rabbaka lasarī‘ul-‘iqāb(i), wa innahū lagafūrur ra
īm(un).



(Ingatlah)
ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh Dia akan mengirimkan kepada mereka
(Bani Israil) orang-orang yang akan menimpakan seburuk-buruk azab kepada mereka
sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat hukuman-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





168





وَقَطَّعْنٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اُمَمًاۚ مِنْهُمُ الصّٰلِحُوْنَ
وَمِنْهُمْ دُوْنَ ذٰلِكَ ۖوَبَلَوْنٰهُمْ بِالْحَسَنٰتِ وَالسَّيِّاٰتِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ





Wa qaṭṭa‘nāhum fil-ari umamā(n), minhumu-āliūna wa minhum dūna żālik(a),
wa balaunāhum bil-
asanāti was-sayyi'āti la‘allahum yarji‘ūn(a).



Kami membagi mereka di
bumi ini menjadi beberapa golongan. Di antaranya ada orang-orang yang saleh dan
ada (pula) yang tidak. Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan
keburukan agar mereka kembali (pada kebenaran).





169





فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَّرِثُوا الْكِتٰبَ
يَأْخُذُوْنَ عَرَضَ هٰذَا الْاَدْنٰى وَيَقُوْلُوْنَ سَيُغْفَرُ لَنَاۚ وَاِنْ
يَّأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهٗ يَأْخُذُوْهُۗ اَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ
مِّيْثَاقُ الْكِتٰبِ اَنْ لَّا يَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ
وَدَرَسُوْا مَا فِيْهِۗ وَالدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ
اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ





Fa khalafa mim
ba‘dihim khalfuw wari
ul-kitāba ya'khużūna ‘araa hāżal-adnā wa yaqūlūna sayugfaru lanā, wa iy ya'tihim ‘araum miluhū ya'khużūh(u), alam yu'khaż ‘alaihim mīāqul-kitābi allā yaqūlū ‘alallāhi illal-aqqa wa darasū mā fīh(i), wad-dārul-ākhiratu khairul lil-lażīna
yattaqūn(a), afalā ta‘qilūn(a).



Kemudian, setelah
mereka, datanglah generasi (yang lebih buruk) yang mewarisi kitab suci
(Taurat). Mereka mengambil harta benda (duniawi) yang rendah ini (sebagai ganti
dari kebenaran). Lalu, mereka berkata, “Kami akan diampuni.” Jika nanti harta
benda (duniawi) datang kepada mereka sebanyak itu, niscaya mereka akan
mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam kitab suci
(Taurat) bahwa mereka tidak akan mengatakan kepada Allah, kecuali yang benar,
dan mereka pun telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat
itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu mengerti?





170





وَالَّذِيْنَ يُمَسِّكُوْنَ بِالْكِتٰبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۗ
اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُصْلِحِيْنَ





Wal-lażīna yumassikūna
bil-kitābi wa aqāmu
-alāh(ta), innā lā nuī‘u ajral-muliīn(a).



Orang-orang yang
berpegang teguh pada kitab suci (Taurat) dan melaksanakan salat, sesungguhnya
Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang saleh.





171





۞ وَاِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَاَنَّهٗ ظُلَّةٌ
وَّظَنُّوْٓا اَنَّهٗ وَاقِعٌۢ بِهِمْۚ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ
وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ࣖ





Wa iż nataqnal-jabala
fauqahum ka'annahum
ullatuw wa annū annahū wāqi‘um
bihim, khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi la‘allakum tattaqūn(a).



(Ingatlah)
ketika Kami mengangkat gunung (dari akarnya) ke atas mereka, seakan-akan
(gunung) itu awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa
mereka. (Kami berfirman kepada mereka,) “Peganglah dengan teguh apa yang telah
Kami anugerahkan kepadamu serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut
di dalamnya agar kamu bertakwa.”





172





وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ
قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا
عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ





Wa iż akhaża rabbuka mim
banī ādama min
uhūrihim żurriyyatahum wa asyhadahum ‘alā
anfusihim, alastu birabbikum, qālū balā - syahidnā - an taqūlū yaumal-qiyāmati
innā kunnā ‘an hāżā gāfilīn(a).



(Ingatlah)
ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan
mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak)
mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”





173





اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ
وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ
الْمُبْطِلُوْنَ





Au taqūlū innamā
asyraka ābā'unā min qablu wa kunnā żurriyyatam mim ba‘dihim, afatuhlikunā bimā
fa‘alal-mub
ilūn(a).



atau agar kamu (tidak)
mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan (Tuhan) sejak
dahulu, sedangkan kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka,
apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan para pelaku kebatilan?”
295)



Catatan
Kaki



295) Supaya orang-orang musyrik itu tidak
mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan,
sedangkan mereka tidak tahu-menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah.
Mereka tidak dapat berkilah bahwa yang mereka lakukan hanyalah meniru nenek
moyang mereka sehingga mereka tidak patut disiksa.





174





وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ





Wa każālika nufaṣṣilul-āyāti wa la‘allahum yarji‘ūn(a).



Demikianlah Kami
menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu dan agar mereka kembali (kepada
kebenaran).





175





وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْٓ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا
فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَاَتْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ





Watlu ‘alaihim
naba'al-lażī ātaināhu āyātinā fansalakha minhā fa atba‘ahusy-syai
ānu fa kāna minal-gāwīn(a).



Bacakanlah (Nabi Muhammad)
kepada mereka (tentang) berita orang yang telah Kami anugerahkan ayat-ayat Kami
kepadanya. Kemudian, dia melepaskan diri dari (ayat-ayat) itu, lalu setan
mengikutinya (dan terus menggodanya) sehingga dia termasuk orang yang sesat.





176





وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى
الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ
عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ
كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ





Wa lau syi'nā
larafa‘nāhu bihā wa lākinnahū akhlada ilal-ar
i wattaba‘a hawāh(u),
fa ma
aluhū kamaalil-kalb(i), in tamil ‘alaihi yalha au tatrukūhu yalha, żālika maalul-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, faquil-qaaa la‘allahum yatafakkarūn(a).



Seandainya Kami
menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan (ayat-ayat) itu,
tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Maka,
perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya
dan jika kamu membiarkannya, dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikian itu
adalah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka,
ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.





177





سَاۤءَ مَثَلًا ۨالْقَوْمُ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا
وَاَنْفُسَهُمْ كَانُوْا يَظْلِمُوْنَ





Sā'a maalanil-qaumul-lażīna każżabū bi'āyātinā wa anfusahum kānū yalimūn(a).



Sangat buruk
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka hanya menzalimi diri
mereka sendiri.





178





مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِيْۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ
فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ





May yahdillāhu fa
huwal-muhtadī, wa may yu
lil fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).



Siapa saja yang Allah
beri petunjuk, dialah yang mendapat petunjuk dan siapa saja yang Allah
sesatkan, merekalah orang-orang yang merugi.





179





وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ
وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا
يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ
كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ





Wa laqad żara'nā
lijahannama ka
īram minal-jinni wal-ins(i), lahum qulūbul lā
yafqahūna bihā wa lahum a‘yunul lā yab
irūna bihā wa lahum āżānul
lā yasma‘ūna bihā, ulā'ika kal-an‘āmi bal hum a
all(u), ulā'ika
humul-gāfilūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk
neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak
mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak
mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang
tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti
hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.





180





وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا
الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا
يَعْمَلُوْنَ ۖ





Wa lillāhil-asmā'ul-usnā fad‘ūhu bihā, wa żarul-lażīna yulidūna fī asmā'ih(ī), sayujzauna mā kānū ya‘malūn(a).



Allah memiliki
Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut (Asmaulhusna) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan
nama-nama-Nya.
296) Mereka kelak akan mendapat balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan.



Catatan
Kaki



296) Jangan hiraukan orang-orang yang menyembah
Allah Swt. dengan menyebut nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat
keagungan-Nya atau dengan memakai Asmaulhusna, tetapi dengan maksud menodai
nama Allah Swt. atau mempergunakan Asmaulhusna untuk nama-nama selain Allah
Swt.





181





وَمِمَّنْ خَلَقْنَآ اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ
يَعْدِلُوْنَ ࣖ





Wa mimman khalaqnā
ummatuy yahdūna bil-
aqqi wa bihī ya‘dilūn(a).



Di antara orang-orang
yang telah Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan (dasar)
kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil.





182





وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ
حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ





Wal-lażīna każżabū
bi'āyātinā sanastadrijuhum min
aiu lā ya‘lamūn(a).



Orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (menuju
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.
297)



Catatan
Kaki



297) Pembiaran tersebut dicontohkan seperti orang
yang berbuat maksiat, tetapi hidupnya terlihat makin sukses, sehingga dia makin
berani berbuat maksiat. Dia tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan justru
menuntunnya menuju kebinasaan.





183





وَاُمْلِيْ لَهُمْ ۗاِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ





Wa umlī lahum, inna
kaidī matīn(un).



Aku memberi tenggang
waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku sangat teguh.





184





اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ
هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ





Awalam yatafakkarū mā
bi
āibihim min
jinnah(tin), in huwa illā nażīrum mubīn(un).



Apakah mereka tidak
merenungkan bahwa teman mereka (Nabi Muhammad) tidak gila sedikit pun? Dia
hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas.





185





اَوَلَمْ يَنْظُرُوْا فِيْ مَلَكُوْتِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍ وَّاَنْ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ قَدِ اقْتَرَبَ
اَجَلُهُمْۖ فَبِاَيِّ حَدِيْثٍۢ بَعْدَهٗ يُؤْمِنُوْنَ





Awalam yanurū fī malakūtis-samāwāti wal-ari wa mā khalaqallāhu
min syai'iw wa an ‘asā ay yakūna qadiqtaraba ajaluhum, fa bi'ayyi
adīim ba‘dahū yu'minūn(a).



Apakah mereka tidak
memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang Allah ciptakan dan
kemungkinan telah makin dekatnya waktu (kebinasaan) mereka? Lalu, berita mana
lagi setelah ini yang akan mereka percayai?





186





مَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ ۖوَيَذَرُهُمْ فِيْ
طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ





May yulilillāhu falā hādiya lah(ū), wa yażaruhum fī ugyānihim ya‘mahūn(a).



Siapa saja yang Allah
sesatkan, tidak ada yang mampu memberinya petunjuk dan Dia akan membiarkannya
terombang-ambing dalam kesesatan.
298)



Catatan
Kaki



298) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 26.





187





يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ
اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ
ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً
ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ
اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ





Yas'alūnaka
‘anis-sā‘ati ayyāna mursāhā, qul innamā ‘ilmuhā ‘inda rabbī, lā yujallīhā
liwaqtihā illā huw(a),
aqulat fis-samāwāti wal-ar(i), lā ta'tīkum illā bagtah(tan), yas'alūnaka ka'annaka afiyyun ‘anhā, qul innamā ‘ilmuhā ‘indallāhi wa lākinna akaran nāsi lā ya‘lamūn(a).



Mereka menanyakan
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah,
“Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku. Tidak ada (seorang
pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat
berat (huru-haranya bagi makhluk yang) di langit dan di bumi. Ia tidak akan
datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan
engkau mengetahuinya. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan
tentangnya hanya ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”





188





قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا
شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ
الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ
لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ





Qul lā amliku linafsī
naf‘aw wa lā
arran illā mā syā'allāh(u), wa lau kuntu a‘lamul
gaiba-lastak
artu minal-khair(i) - wa mā massaniyas-sū'(u)
- in ana illā nażīruw wa basyīrul liqaumiy yu'minūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi
diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki. Seandainya aku mengetahui yang gaib,
niscaya aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan bahaya tidak akan
menimpaku. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum
yang beriman.”





189





۞ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ
مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَاۚ فَلَمَّا تَغَشّٰىهَا حَمَلَتْ حَمْلًا
خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖ ۚفَلَمَّآ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا
لَىِٕنْ اٰتَيْتَنَا صَالِحًا لَّنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ





Huwal-lażī khalaqakum
min nafsiw wā
idatiw waja‘ala minhā zaujahā liyaskuna ilaihā,
falammā tagasysyāhā
amalat amlan khafīfan fa
marrat bih(ī), falammā a
qalad da‘awallāha rabbahumā la'in ātaitanā ālian lanakūnanna minasy-syākirīn(a).



Dialah yang
menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan
pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah
ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun
melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami
istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami
anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”
299)



Catatan
Kaki



299) Hal ini tidak berkenaan dengan Nabi Adam,
melainkan dengan sebagian keturunannya.





190





فَلَمَّآ اٰتٰىهُمَا صَالِحًا جَعَلَا لَهٗ شُرَكَاۤءَ فِيْمَآ
اٰتٰىهُمَا ۚفَتَعٰلَى اللّٰهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ





Falammā ātāhumā ālian ja‘alā lahū syurakā'a fīmā ātāhumā, fa ta‘ālallāhu
‘ammā yusyrikūn(a).



Kemudian, setelah Dia
memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah
300) dalam (penciptaan) anak yang telah Dia anugerahkan kepada
mereka. Maka, Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.



Catatan
Kaki



300) Dalam pandangan orang musyrik, kelahiran anak
mereka bukan semata-mata karunia Allah Swt., tetapi juga atas berkat
berhala-berhala yang mereka sembah. Oleh karena itulah, mereka menamakan
anak-anak mereka dengan Abdul Uzza, Abdu Manat, Abdusy Syams, dan sebagainya.





191





اَيُشْرِكُوْنَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۖ





Ayusyrikūna mā lā
yakhluqu syai'aw wa hum yukhlaqūn(a).



Apakah mereka
mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan
sesuatu apa pun, padahal ia (berhala) sendiri diciptakan?





192





وَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ لَهُمْ نَصْرًا وَّلَآ اَنْفُسَهُمْ
يَنْصُرُوْنَ





Wa lā yastaī‘ūna lahum naraw wa lā anfusahum yanurūn(a).



(Berhala)
itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada mereka (para penyembahnya) dan
(bahkan) kepada dirinya sendiri pun ia tidak dapat memberi pertolongan.





193





وَاِنْ تَدْعُوْهُمْ اِلَى الْهُدٰى لَا يَتَّبِعُوْكُمْۗ سَوَۤاءٌ
عَلَيْكُمْ اَدَعَوْتُمُوْهُمْ اَمْ اَنْتُمْ صٰمِتُوْنَ





Wa in tad‘ūhum
ilal-hudā lā yattabi‘ūkum, sawā'un ‘alaikum ada‘autumūhum am antum
āmitūn(a).



Jika kamu (orang-orang
musyrik) menyeru mereka (berhala-berhala itu) untuk memberi petunjuk kepadamu,
mereka tidak akan memenuhi seruanmu. Sama saja (hasilnya) buatmu, apakah kamu
menyeru mereka atau berdiam diri.





194





اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ عِبَادٌ
اَمْثَالُكُمْ فَادْعُوْهُمْ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ





Innal-lażīna tad‘ūna
min dūnillāhi ‘ibādun am
ālukum fad‘ūhum falyastajībū lakum in kuntum ādiqīn(a).



Sesungguhnya
berhala-berhala yang kamu seru selain Allah adalah makhluk (yang lemah) seperti
kamu. Maka, serulah mereka, lalu biarlah mereka memenuhi seruanmu, jika kamu
orang yang benar.





195





اَلَهُمْ اَرْجُلٌ يَّمْشُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ اَيْدٍ
يَّبْطِشُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ اَعْيُنٌ يُّبْصِرُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ
اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۗ قُلِ ادْعُوْا شُرَكَاۤءَكُمْ ثُمَّ كِيْدُوْنِ
فَلَا تُنْظِرُوْنِ





Alahum arjuluy
yamsyūna bihā am lahum aidiy yab
isyūna bihā am lahum a‘yunuy
yub
irūna bihā am lahum āżānuy yasma‘ūna bihā,
qulid‘ū syurakā'akum
umma kīdūni falā tunirūn(i).



Apakah mereka
(berhala) mempunyai kaki untuk berjalan, mempunyai tangan untuk memegang dengan
keras,
301) mempunyai mata untuk melihat, atau
mempunyai telinga untuk mendengar? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Panggillah
(berhala-berhalamu) yang kamu anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu
daya (untuk mencelakakan)-ku dan jangan kamu tunda lagi.



Catatan
Kaki



301) Kata yabisyūn di sini bermakna
‘keras’, maksudnya ‘menampar’, ‘merusak’, ‘memukul dengan kasar’, dan
sebagainya.





196





اِنَّ وَلِيِّ َۧ اللّٰهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتٰبَۖ وَهُوَ
يَتَوَلَّى الصّٰلِحِيْنَ





Inna
waliyyiyallāhul-lażī nazzalal-kitāb(a), wa huwa yatawalla
-āliīn(a).



Sesungguhnya
pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an). Dia
melindungi orang-orang saleh.





197





وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ
نَصْرَكُمْ وَلَآ اَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُوْنَ





Wal-lażīna tad‘ūna min
dūnihī lā yasta
ī‘ūna narakum wa lā anfusahum
yan
urūn(a).



Berhala-berhala yang
kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong
dirinya sendiri.





198





وَاِنْ تَدْعُوْهُمْ اِلَى الْهُدٰى لَا يَسْمَعُوْاۗ وَتَرٰىهُمْ
يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ





Wa in tad‘ūhum
ilal-hudā lā yasma‘ū, wa tarāhum yan
urūna ilaika wa hum lā
yub
irūn(a).



Jika kamu menyeru
mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat
mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak
melihat.”





199





خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ
الْجٰهِلِيْنَ





Khużil-‘afwa wa'mur
bil-‘urfi wa a‘ri
‘anil-jāhilīn(a).



Jadilah pemaaf,
perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang
bodoh.





200





وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ
بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ





Wa immā yanzagannaka
minasy-syai
āni nazgun fasta‘iż billāh(i), innahū samī‘un ‘alīm(un).



Jika setan benar-benar
menggodamu dengan halus, berlindunglah kepada Allah.
302) Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.



Catatan
Kaki



302) Berlindung dengan membaca “Aʻūżu billāhi minasy syaiānir rajīm”.





201





اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ
الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ





Innal-lażīnattaqau iżā
massahum
ā'ifum minasy-syaiāni tażakkarū fa iżā hum mubirūn(a).



Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat
dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu
juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).





202





وَاِخْوَانُهُمْ يَمُدُّوْنَهُمْ فِى الْغَيِّ ثُمَّ لَا
يُقْصِرُوْنَ





Wa ikhwānuhum
yamuddūnahum fil-gayyi
umma lā yuqirūn(a).



Teman-teman mereka
(orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam kesesatan, kemudian mereka
tidak henti-hentinya (menyesatkan).





203





وَاِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِاٰيَةٍ قَالُوْا لَوْلَا
اجْتَبَيْتَهَاۗ قُلْ اِنَّمَآ اَتَّبِعُ مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ مِنْ رَّبِّيْۗ
هٰذَا بَصَاۤىِٕرُ مِنْ رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ





Wa iżā lam ta'tihim
bi'āyatin qālū lau lajtabaitahā, qul inamā attabi‘u mā yū
ā ilayya mir rabbī, hāżā baā'iru mir rabbikum wa
hudaw wa ra
matul liqaumiy yu'minūn(a).



Jika engkau (Nabi
Muhammad) tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Mengapa
tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya
mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur’an) ini adalah
bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang
beriman.”





204





وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ





Wa iżā quri'al-qur'ānu
fastami‘ū lahū wa an
itū la‘allakum turamūn(a).



Jika dibacakan
Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.





205





وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً
وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ
الْغٰفِلِيْنَ





Ważkur rabbaka fī
nafsika ta
arru‘aw wa khīfataw wa dūnal-jahri minal-qauli
bil-guduwwi wal-ā
āli wa lā takum minal-gāfilīn(a).



Ingatlah Tuhanmu dalam
hatimu dengan rendah hati dan rasa takut pada waktu pagi dan petang, dengan
tidak mengeraskan suara, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.





206





اِنَّ الَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ
عِبَادَتِهٖ وَيُسَبِّحُوْنَهٗ وَلَهٗ يَسْجُدُوْنَ ࣖ ۩





Innal-lażīna ‘inda
rabbika lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī wa yusabbi
ūnahū wa lahū yasjudūn(a).



Sesungguhnya
(malaikat) yang ada di sisi Tuhanmu tidak menyombongkan diri dari ibadah
kepada-Nya dan mereka menyucikan-Nya. Hanya kepada-Nya mereka bersujud.
303)



Catatan
Kaki



303) Ini adalah salah satu ayat sajdah yang
disunahkan bagi kita untuk bersujud setelah membaca atau mendengarnya, baik di
dalam salat maupun di luar salat. Sujud ini dinamakan sujud tilawah.



 



Audio Surat Al A’raf = الأعراف (1-206)



Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Al A’raf 1-206 - الأعراف (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.


Fitur & Koleksi