Al-Qur'an Surat Al-Ma'idah 1-120 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio)
0LIKE
3LOVE
1WOW

Tap Zoom Image

Download Image

DETAIL


 

1





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ اُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيْمَةُ
الْاَنْعَامِ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَاَنْتُمْ
حُرُمٌۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū aufū
bil-‘uqūd(i), uḥillat lakum bahīmatul-an‘āmi illā mā yutlā ‘alaikum gaira
muḥilliṣ-ṣaidi wa antum ḥurum(un), innallāha yaḥkumu mā yurīd(u).



Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah janji-janji!
192) Dihalalkan bagimu hewan ternak, kecuali yang akan
disebutkan kepadamu (keharamannya) dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai dengan yang Dia kehendaki.



Catatan Kaki



192) Maksud janji di sini adalah janji kepada Allah Swt. untuk
mengikuti ajaran-Nya dan janji kepada manusia dalam muamalah.





2





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ
الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ
الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا
حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ
صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tuḥillū
sya‘ā'irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā'ida wa lā
āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagūna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā(n), wa iżā ḥalaltum
faṣṭādū, wa lā yajrimannakum syana'ānu qaumin an ṣaddūkum ‘anil- asjidil-ḥarāmi
an ta‘tadū, wa ta‘āwanū ‘alal-birri wat-taqwā, wa lā ta‘āwanū ‘alal-iṡmi
wal-‘udwān(i), wattaqullāh(a), innallāha syadīdul-‘iqāb(i).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah,
193) jangan
(melanggar kehormatan) bulan-bulan haram,
194) jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban)
195) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda),196) dan
jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari
karunia dan rida Tuhannya!
197) Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram),
berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum,
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat
siksaan-Nya.



Catatan Kaki



193) Syiar-syiar kesucian Allah ialah segala amalan yang
dilakukan dalam rangka ibadah haji, seperti tata cara melakukan tawaf dan sa’i,
serta tempat-tempat mengerjakannya, seperti Ka‘bah, Safa, dan Marwah. 194) Bulan haram ialah Zulkaidah, Zulhijah, Muharam,
dan Rajab. Pada bulan-bulan itu dilarang melakukan peperangan. 195) Hadyu ialah hewan yang disembelih sebagai
pengganti (dam) pekerjaan wajib yang ditinggalkan atau sebagai denda karena
melanggar hal-hal yang terlarang di dalam ibadah haji.
196)
Qalā’id ialah hewan hadyu yang diberi kalung sebagai tanda bahwa
hewan itu telah ditetapkan untuk dibawa ke Ka‘bah. 197)
Yang dimaksud dengan karunia di sini ialah keuntungan yang diberikan Allah Swt.
dalam perjalanan ibadah haji, sedangkan keridaan-Nya ialah pahala yang
diberikannya atas ibadah haji.





3





حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ
اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ
وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ
عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ
اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ
وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ
مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Ḥurrimat ‘alaikumul-maitatu wad-damu
wa laḥmul-khinzīri wa mā uhilla ligairillāhi bihī wal-munkhaniqatu
wal-mauqūżatu wal-mutaraddiyatu wan-naṭīḥatu wa mā akalas-sabu‘u illā mā
żakkaitum, wa mā żubiḥa ‘alan-nuṣubi wa an tastaqsimū bil-azlām(i), żālikum
fisq(un), al-yauma ya'isal-lażīna kafarū min dīnikum falā takhsyauhum
wakhsyaun(i), al-yauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni‘matī wa
raḍītu lakumul-islāma dīnā(n), fa maniḍṭurra fī makhmaṣatin gaira mutajānifil
li'iṡm(in), fa innallāha gafūrur raḥīm(un).



Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih.
198) (Diharamkan
pula) apa yang disembelih untuk berhala. (Demikian pula) mengundi nasib dengan
azlām (anak panah),
199) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini200) orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku
ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang terpaksa karena lapar, bukan
karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.



Catatan Kaki



198) Hewan yang tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan diterkam
binatang buas hukumnya halal apabila sempat disembelih sebelum mati. 199) Al-Azlām artinya ‘anak panah yang tidak memakai
bulu’. Orang Arab Jahiliah menggunakannya untuk mengundi apakah melakukan
sesuatu atau tidak. Mereka mengambil tiga buah anak panah: yang pertama ditulis
“lakukanlah”, yang kedua ditulis “jangan lakukan”, dan yang ketiga dibiarkan
kosong. Ketiganya lalu diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan di dalam
Ka‘bah. Apabila hendak melakukan sesuatu, mereka meminta juru kunci Ka‘bah
untuk mengambil sebuah anak panah. Mereka akan menaati apa pun yang tertulis pada
anak panah yang terambil. Akan tetapi, jika yang terambil adalah anak panah
yang kosong, mereka akan mengulang undian. 200)
Maksud kata hari ini adalah pada waktu haji wada‘.





4





يَسْـَٔلُوْنَكَ
مَاذَآ اُحِلَّ لَهُمْۗ قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۙ وَمَا عَلَّمْتُمْ
مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ تُعَلِّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللّٰهُ
فَكُلُوْا مِمَّآ اَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهِ ۖوَاتَّقُوا
اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ





Yas'alūnaka māżā uḥilla lahum, qul
uḥilla lakumuṭ-ṭayyibāt(u), wa mā ‘allamtum minal-jawāriḥi mukallibīna
tu‘allimūnahunna mimmā ‘allamakumullāhu fa kulū mimmā amsakna ‘alaikum
ważkurusmallāhi ‘alaih(i), wattaqullāh(a), innallāha sarī‘ul-ḥisāb(i).



Mereka bertanya kepadamu (Nabi
Muhammad), “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Yang dihalalkan
bagimu adalah (makanan-makanan) yang baik dan (buruan yang ditangkap) oleh
binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut
apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka, makanlah apa yang ditangkapnya
untukmu
201) dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya).
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”



Catatan Kaki



201) Maksudnya adalah hewan buruan yang ditangkap oleh binatang
pemburu yang sengaja dilepas oleh pemiliknya untuk berburu dan binatang pemburu
itu tidak memakannya.





5





اَلْيَوْمَ
اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ
لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖوَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الْمُؤْمِنٰتِ
وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ اِذَآ
اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ وَلَا
مُتَّخِذِيْٓ اَخْدَانٍۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ
ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ࣖ





Al-yauma uḥilla lakumuṭ-ṭayyibāt(u),
wa ṭa‘āmul-lażīna ūtul-kitāba ḥillul lakum, wa ṭa‘āmukum ḥillul lahum,
wal-muḥṣanātu minal-mu'mināti wal-muḥṣanātu minal-lażīna ūtul-kitāba min
qablikum iżā ātaitumūhunna ujūrahunna muḥṣinīna gaira musāfiḥīna wa lā
muttakhiżī akhdān(in), wa may yakfur bil-īmāni faqad ḥabiṭa ‘amaluh(ū), wa huwa
fil-ākhirati minal-khāsirīn(a).



Pada hari ini dihalalkan bagimu
segala (makanan) yang baik. Makanan (sembelihan) Ahlulkitab itu halal bagimu
dan makananmu halal (juga) bagi mereka. (Dihalalkan bagimu menikahi)
perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang
beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang
yang diberi kitab suci sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka
untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina, dan tidak untuk menjadikan
(mereka) pasangan gelap (gundik). Siapa yang kufur setelah beriman, maka
sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.





6





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ
وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ
اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ
مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ
اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا
طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ
اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qumtum
ilaṣ-ṣalāti fagsilū wujūhakum wa aidiyakum ilal-marāfiqi wamsaḥū biru'ūsikum wa
arjulakum ilal-ka‘bain(i), wa in kuntum junuban faṭṭahharū, wa in kuntum marḍā
au ‘alā safarin au jā'a aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam
tajidū mā'an fa tayammamū ṣa‘īdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum
minh(u), mā yurīdullāhu liyaj‘ala ‘alaikum min ḥarajiw wa lākiy yurīdu
liyuṭahhirakum wa liyutimma na‘matahū ‘alaikum la‘allakum tasykurūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan
tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai
kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit,
202) dalam
perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh
203) perempuan,
lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu
sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.



Catatan Kaki



202) Maksudnya, sakit yang membuatnya tidak boleh terkena air. 203) Lihat catatan kaki surah an-Nisā’ (4): 43.





7





وَاذْكُرُوْا
نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمِيْثَاقَهُ الَّذِيْ وَاثَقَكُمْ بِهٖٓ ۙاِذْ
قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ
ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ





Ważkurū ni‘matallāhi ‘alaikum wa
mīṡāqahul-lażī wāṡaqakum bih(ī), iż qultum sami‘nā wa aṭa‘nā, wattaqullāh(a),
innallāha ‘alīmum biżātiṣ-ṣudūr(i).



Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan
perjanjian-Nya
204) yang telah Dia ikatkan kepadamu ketika kamu
mengatakan, “Kami mendengar dan kami menaati.” Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.



Catatan Kaki



204) Maksudnya, perjanjian untuk mendengar dan taat kepada Nabi
Muhammad saw. dalam kondisi apa pun yang diikrarkan pada waktu baiat (sumpah
setia).





8





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ
هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū kūnū
qawwāmīna lillāhi syuhadā'a bil-qisṭi wa lā yajrimannakum syana'ānu qamin ‘alā
allā ta‘dilū, i‘dilū, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh(a), innallāha khabīrum
bimā ta‘malūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang
bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat
pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap
apa yang kamu kerjakan.





9





وَعَدَ
اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ
وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ





Wa‘adallāhul-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāt(i), lahum magfiratuw wa ajrun ‘aẓīm(un).



Allah telah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan beramal saleh (bahwa) bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar.





10





وَالَّذِيْنَ
كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ





Wal-lażīna kafarū wa każżabū
bi'āyātinā ulā'ika aṣḥābul-jaḥīm(i).



Adapun orang-orang yang kufur dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni (neraka) Jahim.





11





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ
اَنْ يَّبْسُطُوْٓا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۚ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ࣖ





Yā ayyuhal-lażīna āmanużkurū
ni‘matallāhi ‘alaikum iż hamma qaumun ay yabsuṭū ilaikum aidiyahum fa kaffa
aidiyahum ‘ankum, wattaqullāh(a), wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu'minūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
ingatlah nikmat Allah (yang dianugerahkan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud
hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Dia menahan tangan (mencegah) mereka
dari kamu. Bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya
orang-orang mukmin itu bertawakal.





12





۞
وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ
اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ
الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ
وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ
وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ





Wa laqad akhażallāhu mīṡāqa banī
isrā'īl(a), wa ba‘aṡnā minhumuṡnai ‘asyara naqībā(n), wa qālallāhu innī
ma‘akum, la'in aqamtumuṣ-ṣalāta wa ātaitumuz-zakāta wa āmantum birusulī wa
‘azzartumūhum wa aqraḍtumullāha qarḍan ḥasanal la'ukaffiranna ‘ankum
sayyi'ātikum wa la'udkhilannakum jannātin tajrī min taḥtihal-anhār(u), faman
kafara ba‘da żālika minkum faqad ḍalla sawā'as-sabīl(i).



Sungguh, Allah benar-benar telah
mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas
orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika
kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
205) pasti
akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu
setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”



Catatan Kaki



205) Pinjaman yang baik kepada Allah maksudnya adalah
menginfakkan harta di jalan Allah Swt., baik infak wajib maupun sunah.





13





فَبِمَا
نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ لَعَنّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوْبَهُمْ قٰسِيَةً ۚ
يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖۙ وَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا
بِهٖۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰى خَاۤىِٕنَةٍ مِّنْهُمْ اِلَّا قَلِيْلًا
مِّنْهُمْ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ





Fabimā naqḍihim mīṡāqahum la‘annāhum
wa ja‘alnā qulūbahum qāsiyah(tan), yuḥarrifūnal-kalima ‘am mawāḍi‘ih(ī), wa
nasū ḥaẓẓam mimmā żukkirū bih(ī), wa lā tazālu taṭṭali‘u ‘alā khā'inatim minhum
illā qalīlam minhum fa‘fu ‘anhum waṣfaḥ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn(a).



(Namun,) karena mereka melanggar janjinya,
Kami melaknat mereka dan Kami menjadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka
mengubah firman-firman (Allah) dari tempat-tempatnya
206) dan
mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada
mereka. Engkau (Nabi Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari
mereka, kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat).
Maka, maafkanlah mereka dan biarkanlah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
muhsin.



Catatan Kaki



206) Maksudnya, mengubah teks ayat dengan cara mendahulukan,
mengakhirkan, menambahkan, atau mengurangi, dan memalingkan makna kalimat dari
pemahaman yang sesungguhnya.





14





وَمِنَ
الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰٓى اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظًّا
مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ
اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا
يَصْنَعُوْنَ





Wa minal-lażīna qālū innā naṣārā
akhażnā mīṡāqahum fa nasū ḥaẓẓam mimmā żukkirū bih(ī), fa agrainā
bainahumul-‘adāwata wal-bagḍā'a ilā yaumil-qiyāmah(ti), wa saufa
yunabbi'uhumullāhu bimā kānū yaṣna‘ūn(a).



Dari orang-orang yang mengatakan,
“Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani,” Kami telah mengambil perjanjian. Kemudian,
mereka melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Maka,
Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat.
Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.





15





يٰٓاَهْلَ
الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا
كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ
مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ





Yā ahlal-kitābi qad jā'akum rasūlunā
yubayyinu lakum kaṡīram mimmā kuntum tukhfūna minal-kitābi wa ya‘fū ‘an
kaṡīr(in), qad jā'akum minallāhi nūruw wa kitābum mubīn(un).



Wahai Ahlulkitab, sungguh rasul Kami
telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang
kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh,
telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci
207) yang
jelas.



Catatan Kaki



207) Cahaya dari Allah Swt. maksudnya adalah Nabi Muhammad saw.,
sedangkan kitab suci maksudnya adalah Al-Qur’an.





16





يَّهْدِيْ
بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ
الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيْمٍ





Yahdī bihillāhi manittaba‘a
riḍwānahū subulas-salāmi wa yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nūri bi'iżnihī wa
yahdīhim ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).



Dengannya (kitab suci) Allah
menunjukkan kepada orang yang mengikuti rida-Nya jalan-jalan keselamatan,
mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus.





17





لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ قُلْ
فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ
ابْنَ مَرْيَمَ وَاُمَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۗوَلِلّٰهِ مُلْكُ
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Laqad kafaral-lażīna qālū innallāha
huwal-masīḥubnu maryam(a), qul famay yamliku minallāhi syai'an in arāda ay
yuhlikal-masīḥabna maryama wa ummahū wa man fil-arḍi jamī‘ā(n), wa lillāhi
mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, yakhluqu mā yasyā'(u), wallāhu ‘alā
kulli syai'in qadīr(un).



Sungguh, benar-benar telah kufur
orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Jika benar begitu,) siapakah yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Almasih putra
Maryam, ibunya, dan seluruh yang berada di bumi?” Milik Allahlah kerajaan
langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





18





وَقَالَتِ
الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ ۗ قُلْ
فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ
يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ





Wa qālatil-yahūdu wan-naṣārā naḥnu
abnā'ullāhi wa aḥibbā'uh(ū), qul falima yu‘ażżibukum biżunūbikum, bal antum
basyarum mimman khalaq(a), yagfiru limay yasyā'u wa yu‘ażżibu may yasyā'(u), wa
lillāhi mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, wa ilaihil-maṣīr(u).



Orang Yahudi dan orang Nasrani
berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah,
“(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?
Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia
ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia
kehendaki (pula). Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di
antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali.”





19





يٰٓاَهْلَ
الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ
الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ
جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ





Yā ahlal-kitābi qad jā'akum rasūlunā
yubayyinu lakum ‘alā fatratim minar-rusuli an taqūlū mā jā'anā mim basyīriw wa
lā nażīr(in), faqad jā'akum basyīruw wa nażīr(un), wallāhu ‘alā kulli syai'in
qadīr(un).



Wahai Ahlulkitab, sungguh rasul Kami
telah datang kepadamu untuk memberi penjelasan setelah beberapa saat
terhentinya (pengutusan) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan, “Tidak ada
yang datang kepada kami, baik pembawa berita gembira maupun pemberi
peringatan.” Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





20





وَاِذْ
قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ
جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَاۤءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًاۙ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ
يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ





Wa iż qāla mūsā liqaumihī yā
qaumiżkurū ni‘matallāhi ‘alaikum iż ja‘ala fīkum ambiyā'a wa ja‘alakum
mulūkā(n), wa ātākum mā lam yu'ti aḥadam minal-‘ālamīn(a).



(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada
kaumnya, “Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat
nabi-nabi di antaramu, menjadikanmu (terhormat seperti) para raja, dan
menganugerahkan kepadamu apa yang belum pernah Dia anugerahkan kepada seorang
pun di antara umat yang lain.





21





يٰقَوْمِ
ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا
تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ





Yā qaumidkhulul-arḍal-muqaddasatal-latī
kataballāhu lakum wa lā tartaddū ‘alā adbārikum fa tanqalibū khāsirīn(a).



Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci
(Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu
208) dan
janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi
orang-orang yang rugi.”



Catatan Kaki



208) Maksudnya, tanah Palestina ditentukan Allah Swt. bagi kaum
Yahudi selama mereka beriman dan taat kepada Allah Swt. Ketika Nabi Muhammad
saw. sudah diutus Allah Swt., sementara mereka menolak untuk beriman kepadanya,
ketentuan itu pupus bagi orang Yahudi.





22





قَالُوْا
يٰمُوْسٰٓى اِنَّ فِيْهَا قَوْمًا جَبَّارِيْنَۖ وَاِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَا
حَتّٰى يَخْرُجُوْا مِنْهَاۚ فَاِنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ





Qālū yā mūsā inna fīhā qauman
jabbārīn(a), wa innā lan nadkhulahā ḥattā yakhrujū minhā, fa iy yakhrujū minhā
fa innā dākhilūn(a).



Mereka berkata, “Wahai Musa,
sesungguhnya di dalamnya (negeri itu) ada orang-orang yang sangat kuat dan
kejam. Kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar
dari sana, kami pasti akan masuk.”





23





قَالَ
رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا
عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى
اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Qāla rajulāni minal-lażīna yakhāfūna
an‘amallāhu ‘alaihimadkhulū ‘alaihimul-bāb(a), fa iżā dakhaltumūhu fa innakum
gālibūn(a), wa ‘alallāhi fa tawakkalū in kuntum mu'minīn(a).



Berkatalah dua orang laki-laki di
antara mereka yang bertakwa, yang keduanya telah diberi nikmat oleh Allah,
“Masukilah pintu gerbang negeri itu untuk (menyerang) mereka (penduduk
Baitulmaqdis). Jika kamu memasukinya, kamu pasti akan menang. Bertawakallah
hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang mukmin.”





24





قَالُوْا
يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ
اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ





Qālū yā mūsā innā lan nadkhulahā
abadam mā dāmū fīhā, fażhab anta wa rabbuka fa qātilā innā hāhunā qā‘idūn(a).



Mereka berkata, “Wahai Musa,
sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih
ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu
berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.”





25





قَالَ
رَبِّ اِنِّيْ لَآ اَمْلِكُ اِلَّا نَفْسِيْ وَاَخِيْ فَافْرُقْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ





Qāla rabbi innī lā amliku illā nafsī
wa akhī fafruq bainanā wa bainal-qaumil-fāsiqīn(a).



Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, aku
tidak mempunyai kekuasaan apa pun, kecuali atas diriku sendiri dan saudaraku.
Oleh sebab itu, pisahkanlah antara kami dan kaum yang fasik itu.”





26





قَالَ
فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً ۚيَتِيْهُوْنَ فِى
الْاَرْضِۗ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ





Qāla fa innahā muḥarramatun ‘alaihim
arba‘īna sanah(tan), yatīhūna fil-arḍ(i), falā ta'sa ‘alal qaumil-fāsiqīn(a).



(Allah) berfirman, “(Jika demikian,)
sesungguhnya (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun.
(Selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka, janganlah engkau
(Musa) bersedih atas (nasib) kaum yang fasik itu.”





27





۞
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ
لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ





Watlu ‘alaihim naba'abnai ādama
bil-ḥaqqi iż qarrabā qurbānan fa tuqubbila min aḥadihimā wa lam yutaqabbal
minal-ākhar(i), qāla la'aqtulannak(a), qāla innamā yataqabbalullāhu
minal-muttaqīn(a).



Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada
mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya
mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan
membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal)
dari orang-orang yang bertakwa.





28





لَىِٕنْۢ
بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ
لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ





La'im basaṭta ilayya yadaka
litaqtulanī mā ana bibāsiṭiy yadiya ilaika li'aqtulak(a), innī akhāfullāha
rabbal-‘ālamīn(a).



Sesungguhnya jika engkau (Qabil)
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan
tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan
semesta alam.





29





اِنِّيْٓ
اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْۤاَ بِاِثْمِيْ وَاِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ
النَّارِۚ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَۚ





Innī urīdu an tabū'a bi'iṡmī wa
iṡmika fa takūna min aṣḥābin-nār(i), wa żālika jazā'uẓ-ẓālimīn(a).



Sesungguhnya aku ingin engkau
kembali (kepada-Nya) dengan (membawa) dosa (karena membunuh)-ku dan dosamu (sebelum
itu) sehingga engkau akan termasuk penghuni neraka. Itulah balasan bagi
orang-orang yang zalim.”





30





فَطَوَّعَتْ
لَهٗ نَفْسُهٗ قَتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَصْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ





Fa ṭawwa‘at lahū nafsuhū qatla
akhīhi fa qatalahū fa aṣbaḥa minal-khāsirīn(a).



Kemudian, hawa nafsunya (Qabil)
mendorong dia untuk membunuh saudaranya.
209) Maka, dia pun (benar-benar)
membunuhnya sehingga dia termasuk orang-orang yang rugi.



Catatan Kaki



209) Sifat-sifat manusia yang dikhawatirkan malaikat (surah al-Baqarah
[2]: 30) mulai muncul pada anak Adam.





31





فَبَعَثَ
اللّٰهُ غُرَابًا يَّبْحَثُ فِى الْاَرْضِ لِيُرِيَهٗ كَيْفَ يُوَارِيْ سَوْءَةَ
اَخِيْهِ ۗ قَالَ يٰوَيْلَتٰٓى اَعَجَزْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِثْلَ هٰذَا الْغُرَابِ
فَاُوَارِيَ سَوْءَةَ اَخِيْۚ فَاَصْبَحَ مِنَ النّٰدِمِيْنَ ۛ





Fa ba‘aṡallāhu gurābay yabḥaṡu
fil-arḍi liyuriyahū kaifa yuwārī sau'ata akhīh(i), qāla yā wailatā a‘ajazta an
akūna miṡla hāżal-gurābi fa uwāriya sau'ata akhī, fa aṣbaḥa minan-nādimīn(a).



Kemudian, Allah mengirim seekor
burung gagak untuk menggali tanah supaya Dia memperlihatkan kepadanya (Qabil)
bagaimana cara mengubur mayat saudaranya.
210) (Qabil) berkata, “Celakalah
aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku
dapat mengubur mayat saudaraku?” Maka, jadilah dia termasuk orang-orang yang
menyesal.



Catatan Kaki



210) Allah Swt. mengajarkan kepada manusia ilmu dan kemampuan
untuk mengembangkan kehidupannya dengan mempelajari perilaku hewan, tumbuhan,
dan fenomena alam lainnya.





32





مِنْ
اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ
نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ
النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا
ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ
بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ





Min ajli żālik(a), katabnā ‘alā banī
isrā'īla annahū man qatala nafsam bigairi nafsin au fasādin fil-arḍi fa
ka'annamā qatalan-nāsa jamī‘ā(n), wa man aḥyāhā fa ka'annamā aḥyan-nāsa
jamī‘ā(n), wa laqad jā'athum rusulunā bil-bayyināt(i), ṡumma inna kaṡīram
minhum ba‘da żālika fil-arḍi lamusrifūn(a).



Oleh karena itu, Kami menetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena
(orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat
kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
211) Sebaliknya,
siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah
datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas.
Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di
bumi.



Catatan Kaki



211) Maksudnya, membunuh seorang manusia sama dengan
menghalalkan pembunuhan terhadap seluruh manusia. Sebaliknya, menjaga
kehormatan seorang manusia sama dengan menjaga kehormatan seluruh manusia.





33





اِنَّمَا
جَزٰۤؤُا الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَسْعَوْنَ فِى
الْاَرْضِ فَسَادًا اَنْ يُّقَتَّلُوْٓا اَوْ يُصَلَّبُوْٓا اَوْ تُقَطَّعَ
اَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ مِّنْ خِلَافٍ اَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْاَرْضِۗ ذٰلِكَ
لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ





Innamā jazā'ul-lażīna
yuḥāribūnallāha wa rasūlahū wa yas‘auna fil-arḍi fasādan ay yuqattalū au
yuṣallabū au tuqaṭṭa‘a aidīhim wa arjuluhum min khilāfin au yunfau
minal-arḍ(i), żālika lahum khizyun fid-dun-yā wa lahum fil-ākhirati ‘ażābun
‘aẓīm(un).



Balasan bagi orang-orang yang
memerangi Allah dan rasul-Nya serta membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh,
disalib, dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari
tempat kediamannya. Yang demikian itu merupakan kehinaan bagi mereka di dunia
dan di akhirat (kelak) mereka mendapat azab yang sangat berat,
212)



Catatan Kaki



212) Ayat ini berkenaan dengan penjelasan Allah Swt. tentang
ḥirābah, yaitu tindak kekerasan secara terang-terangan untuk mengambil harta,
membunuh, dan menimbulkan rasa takut, seperti perampokan dan terorisme.





34





اِلَّا
الَّذِيْنَ تَابُوْا مِنْ قَبْلِ اَنْ تَقْدِرُوْا عَلَيْهِمْۚ فَاعْلَمُوْٓا
اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ





Illal-lażīna tābū min qabli an
taqdirū ‘alaihim, fa‘lamū annallāha gafūrur raḥīm(un).



kecuali orang-orang yang bertobat
sebelum kamu dapat menangkapnya. Maka, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.





35





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ
وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha
wabtagū ilaihil-wasīlata wa jāhidū fī sabīlihī la‘allakum tufliḥūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan
berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.





36





اِنَّ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ اَنَّ لَهُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا وَّمِثْلَهٗ
مَعَهٗ لِيَفْتَدُوْا بِهٖ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَا تُقُبِّلَ
مِنْهُمْ ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Innal-lażīna kafarū lau anna lahum
mā fil-arḍi jamī‘aw wa miṡlahū ma‘ahū liyaftadū bihī min ‘ażābi yaumil-qiyāmati
mā tuqubbila minhum, wa lahum ‘ażābun alīm(un).



Sesungguhnya orang-orang yang kufur,
seandainya memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah (lagi) dengan
sebanyak itu untuk menebus diri mereka dari azab hari Kiamat, niscaya semua
(tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Bagi mereka azab yang sangat
pedih.





37





يُرِيْدُوْنَ
اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنْهَا ۖوَلَهُمْ
عَذَابٌ مُّقِيْمٌ





Yurīdūna ay yakhrujū minan-nāri wa
mā hum bikhārijīna minhā, wa lahum ‘ażābun muqīm(un).



Mereka ingin keluar dari neraka,
tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Bagi mereka azab yang kekal.





38





وَالسَّارِقُ
وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْٓا اَيْدِيَهُمَا جَزَاۤءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَالًا
مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ





Was-sāriqu was-sāriqatu faqṭa‘ū
aidiyahumā jazā'am bimā kasabā nakālam minallāh(i), wallāhu ‘azīzun ḥakīm(un).



Laki-laki maupun perempuan yang
mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka
lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.





39





فَمَنْ
تَابَ مِنْۢ بَعْدِ ظُلْمِهٖ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللّٰهَ يَتُوْبُ عَلَيْهِ ۗاِنَّ
اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Faman tāba mim ba‘di ẓulmihī wa
aṣlaḥa fa innallāha yatūbu ‘alaih(i), innallāha gafūrur raḥīm(un).



Maka, siapa yang bertobat setelah
melakukan kezaliman dan memperbaiki diri, sesungguhnya Allah menerima tobatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





40





اَلَمْ
تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يُعَذِّبُ مَنْ
يَّشَاۤءُ وَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ





Alam ta‘lam annallāha lahū
mulkus-samāwāti wal-arḍ(i), yu‘ażżibu may yasyā'u wa yagfiru limay yasyā'(u),
wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Tidakkah engkau tahu bahwa
sesungguhnya milik Allahlah kerajaan langit dan bumi? Dia menyiksa siapa yang
Dia kehendaki dan mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.





41





۞
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِ
مِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِاَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوْبُهُمْ
ۛ وَمِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا ۛ سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ سَمّٰعُوْنَ لِقَوْمٍ
اٰخَرِيْنَۙ لَمْ يَأْتُوْكَ ۗ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْۢ بَعْدِ مَوَاضِعِهٖۚ
يَقُوْلُوْنَ اِنْ اُوْتِيْتُمْ هٰذَا فَخُذُوْهُ وَاِنْ لَّمْ تُؤْتَوْهُ
فَاحْذَرُوْا ۗوَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ فِتْنَتَهٗ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهٗ مِنَ
اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَمْ يُرِدِ اللّٰهُ اَنْ يُّطَهِّرَ
قُلُوْبَهُمْ ۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖوَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ
عَظِيْمٌ





Yā ayyuhar-rasūlu lā
yaḥzunkal-lażīna yusāri‘ūna fil-kufri minal-lażīna qālū āmannā bi'afwāhihim wa
lam tu'min qulūbuhum - wa minal-lażīna hādū - sammā‘ūna lil-każibi sammā‘ūna
liqaumin ākharīna lam ya'tūk(a), yuḥarrifūnal-kalima mim ba‘di mawāḍi‘ih(ī),
yaqūlūna in ūtītum hāżā fa khuż­hu wa illam tu'tauhu faḥżarū, wa may
yuridillāhu fitnatahū falan tamlika lahū minallāhi syai'ā(n), ulā'ikal-lażīna
lam yuridillāhu ay yuṭahhira qulūbahum, lahum fid-dun-yā khizyuw wa lahum
fil-ākhirati ‘ażābun ‘aẓīm(un).



Wahai Rasul (Muhammad), janganlah
engkau disedihkan oleh orang-orang yang bersegera dalam kekufuran, yaitu
orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah
beriman,” padahal hati mereka belum beriman, dan juga orang-orang Yahudi.
(Mereka adalah) orang-orang yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong
lagi sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah
datang kepadamu. Mereka mengubah firman-firman (Allah) setelah berada di
tempat-tempat yang (sebenar)-nya. Mereka mengatakan, “Jika ini yang diberikan
kepada kamu, terimalah. Jika kamu diberi yang bukan ini, hati-hatilah.” Siapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya, maka sekali-kali engkau tidak akan mampu
menolak sesuatu pun dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak
hendak menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat
akan mendapat azab yang sangat berat.





42





سَمّٰعُوْنَ
لِلْكَذِبِ اَكّٰلُوْنَ لِلسُّحْتِۗ فَاِنْ جَاۤءُوْكَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ اَوْ
اَعْرِضْ عَنْهُمْ ۚوَاِنْ تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَنْ يَّضُرُّوْكَ شَيْـًٔا ۗ
وَاِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِيْنَ





Sammā‘ūna lil-każibi akkālūna
lis-suḥt(i), fa in jā'ūka faḥkum bainahum au a‘riḍ ‘anhum, wa in tu‘riḍ ‘anhum
falay yaḍurrūka syai'ā(n), wa in ḥakamta faḥkum bainahum bil-qisṭ(i), innallāha
yuḥibbul-muqsiṭīn(a).



Mereka (orang-orang Yahudi itu)
sangat suka mendengar berita bohong lagi banyak memakan makanan yang haram.
Maka, jika mereka datang kepadamu (Nabi Muhammad untuk meminta putusan),
berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari mereka. Jika engkau
berpaling, mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Akan tetapi, jika
engkau memutuskan (perkara mereka), putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang adil.





43





وَكَيْفَ
يُحَكِّمُوْنَكَ وَعِنْدَهُمُ التَّوْرٰىةُ فِيْهَا حُكْمُ اللّٰهِ ثُمَّ
يَتَوَلَّوْنَ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ ۗوَمَآ اُولٰۤىِٕكَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ





Wa kaifa yuḥakkimūnaka wa
‘indahumut-taurātu fīhā ḥukmullāhi ṡumma yatawallauna mim ba‘di żālik(a), wa mā
ulā'ika bil-mu'minīn(a).



Bagaimana mereka menjadikanmu
sebagai hakim mereka, sedangkan mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada)
hukum Allah, kemudian mereka berpaling (dari putusanmu) setelah itu? Mereka benar-benar
bukanlah orang-orang mukmin.





44





اِنَّآ
اَنْزَلْنَا التَّوْرٰىةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ
الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ
بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا
تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا
ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ





Innā anzalnat-taurāta fīhā hudaw wa
nūr(un), yaḥkumu bihan-nabiyyūnal-lażīna aslamū lil-lażīna hādū war-rabbāniyyūna
wal-aḥbāru bimastuḥfiẓū min kitābillāhi wa kānū ‘alaihi syuhadā'(a), falā
takhsyawun-nāsa wakhsyauni wa lā tasytarū bi'āyātī ṡamanan qalīlā(n), wa mal
lam yaḥkum bimā anzalallāhu fa ulā'ika humul-kāfirūn(a).



Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Taurat. Di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Dengannya para nabi, yang berserah
diri (kepada Allah), memberi putusan atas perkara orang Yahudi. Demikian pula
para rabi dan ulama-ulama mereka (juga memberi putusan) sebab mereka
diperintahkan (oleh Allah untuk) menjaga kitab Allah dan mereka merupakan
saksi-saksi terhadapnya. Oleh karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga
yang murah. Siapa yang tidak memutuskan (suatu urusan) menurut ketentuan yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
213)



Catatan Kaki



213) Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah
Swt. ada tiga macam: (a) karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah Swt.,
orang yang semacam ini kafir (surah al-Mā’idah [5]: 44); (b) karena menuruti
hawa nafsu dan merugikan orang lain, dinamakan zalim (surah al-Mā’idah [5]:
45); dan (c) karena fasik, sebagaimana terdapat dalam ayat 47 surah ini.





45





وَكَتَبْنَا
عَلَيْهِمْ فِيْهَآ اَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ
وَالْاَنْفَ بِالْاَنْفِ وَالْاُذُنَ بِالْاُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّۙ
وَالْجُرُوْحَ قِصَاصٌۗ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهٖ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهٗ ۗوَمَنْ
لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ





Wa katabnā ‘alaihim fīhā annan-nafsa
bin-nafsi wal-‘aina bil-‘aini wal-anfa bil-anfi wal-użuna bil-użuni was-sinna
bis-sinni wal-jurūḥa qiṣāṣ(un), faman taṣaddaqa bihī fa huwa kaffāratul lah(ū),
wa mal lam yaḥkum bimā anzalallāhu fa ulā'ika humuẓ-ẓālimūn(a).



Kami telah menetapkan bagi mereka
(Bani Israil) di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka-luka (pun) ada kisasnya (balasan yang sama). Siapa yang melepaskan
(hak kisasnya), maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Siapa yang tidak
memutuskan (suatu urusan) menurut ketentuan yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang zalim.





46





وَقَفَّيْنَا
عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ
مِنَ التَّوْرٰىةِ ۖوَاٰتَيْنٰهُ الْاِنْجِيْلَ فِيْهِ هُدًى وَّنُوْرٌۙ
وَّمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةً
لِّلْمُتَّقِيْنَۗ





Wa qaffainā ‘alā āṡārihim bi‘īsabni
maryama muṣaddiqal limā baina yadaihi minat-taurāh(ti), wa ātaināhul-injīla
fīhi hudaw wa nūr(un), wa muṣaddiqal limā baina yadaihi minat-taurāti wa hudaw
wa mau‘iẓatal lil-muttaqīn(a).



Kami meneruskan jejak mereka (para
nabi Bani Israil) dengan (mengutus) Isa putra Maryam yang membenarkan apa
(kitab suci) yang sebelumnya, yaitu Taurat. Kami menurunkan Injil kepadanya
(yang) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya; yang membenarkan kitab suci
yang sebelumnya, yaitu Taurat; dan menjadi petunjuk serta pengajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.





47





وَلْيَحْكُمْ
اَهْلُ الْاِنْجِيْلِ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فِيْهِۗ وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ
بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ





Walyaḥkum ahlul-injīli bimā
anzalallāhu fīh(i), wa mal lam yaḥkum bimā anzalallāhu fa ulā'ika
humul-fasiqūn(a).



Hendaklah pengikut Injil memutuskan
(urusan) menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
214) Siapa
yang tidak memutuskan (suatu urusan) menurut ketentuan yang diturunkan Allah,
maka mereka itulah orang-orang fasik.



Catatan Kaki



214) Hukum ini berlaku sampai Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad
saw.





48





وَاَنْزَلْنَآ
اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا
تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا
مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً
وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ





Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi
muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan ‘alaihi faḥkum
bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi‘ ahwā'ahum ‘ammā jā'aka minal-ḥaqq(i),
likullin ja‘alnā minkum syir‘ataw wa minhājā(n), wa lau syā'allāhu laja‘alakum
ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt(i),
ilallāhi marji‘ukum jamī‘an fa yunabbi'ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūn(a).



Kami telah menurunkan kitab suci
(Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai
pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan
kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang
diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan
(meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di
antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Seandainya Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah
hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka,
berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua
kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu
perselisihkan.





49





وَاَنِ
احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ
بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ





Wa aniḥkum bainahum bimā anzalallāhu
wa lā tattabi‘ ahwā'ahum waḥżarūhum ay yaftinūka ‘am ba‘ḍi mā anzalallāhu
ilaik(a), fa in tawallau fa‘lam annamā yurīdullāhu ay yuṣībahum biba‘ḍi
żunūbihim, wa inna kaṡīram minan-nāsi lafāsiqūn(a).



Hendaklah engkau memutuskan (urusan)
di antara mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau
mengikuti hawa nafsu mereka. Waspadailah mereka agar mereka tidak dapat
memperdayakan engkau untuk meninggalkan sebagian apa yang telah diturunkan
Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada
mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Sesungguhnya banyak dari manusia
adalah orang-orang yang fasik.





50





اَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ
يُّوْقِنُوْنَ ࣖ





Afaḥukmul-jāhiliyyati yabgūn(a), wa
man aḥsanu minallāhi ḥukmal liqaumiy yūqinūn(a).



Apakah hukum jahiliah yang mereka
kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang meyakini (agamanya)?





51





۞
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى
اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ
فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā
tattakhiżul-yahūda wan-naṣārā auliyā'(a), ba‘ḍuhum auliyā'u ba‘ḍ(in), wa may
yatawallahum minkum fa innahū minhum, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(-mu).
215) Sebagian
mereka menjadi teman setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang
menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.



Catatan Kaki



215) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





52





فَتَرَى
الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يُّسَارِعُوْنَ فِيْهِمْ يَقُوْلُوْنَ
نَخْشٰٓى اَنْ تُصِيْبَنَا دَاۤىِٕرَةٌ ۗفَعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَ
بِالْفَتْحِ اَوْ اَمْرٍ مِّنْ عِنْدِهٖ فَيُصْبِحُوْا عَلٰى مَآ اَسَرُّوْا
فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ نٰدِمِيْنَۗ





Fa taral-lażīna fī qulūbihim maraḍuy
yusāri‘ūna fīhim yaqūlūna nakhsyā an tuṣībanā dā'irah(tun), fa ‘asallāhu ay
ya'tiya bil-fatḥi au amrim min ‘indihī fa yuṣbiḥū ‘alā mā asarrū fī anfusihim
nādimīn(a).



Maka, kamu akan melihat orang-orang
yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya
berkata, “Kami takut akan tertimpa mara bahaya.” Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya
sehingga mereka menyesali apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.





53





وَيَقُوْلُ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ
اَيْمَانِهِمْۙ اِنَّهُمْ لَمَعَكُمْۗ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَاَصْبَحُوْا
خٰسِرِيْنَ





Wa yaqūlul-lażīna āmanū
ahā'ulā'il-lażīna aqsamū billāhi jahda aimānihim, innahum lama‘akum, ḥabiṭat
a‘māluhum fa aṣbaḥū khāsirīn(a).



Orang-orang yang beriman akan
berkata, “Inikah orang yang bersumpah dengan (nama) Allah secara
sungguh-sungguh bahwa mereka benar-benar beserta kamu?” Segala amal mereka
menjadi sia-sia sehingga mereka menjadi orang-orang yang rugi.





54





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى
اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا
يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ
يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū may yartadda
minkum ‘an dīnihī fa saufa ya'tillāhu biqaumiy yuḥibbuhum wa yuḥibbūnah(ū),
ażillatin ‘alal-mu'minīna a‘izzatin ‘alal-kāfirīn(a), yujāhidūna fī sabīlillāhi
wa lā yakhāfūna laumata lā'im(in), żālika faḍlullāhi yu'tīhi may yasyā'(u),
wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).



Wahai orang-orang yang beriman,
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang
kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada celaan orang yang
mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia
kehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.





55





اِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ
الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رٰكِعُوْنَ





Innamā waliyyukumullāhu wa rasūluhū
wal-lażīna āmanul-lażīna yuqīmūnaṣ-ṣalāta wa yu'tūnaz-zakāta wa hum rāki‘ūn(a).



Sesungguhnya penolongmu hanyalah
Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang menegakkan salat dan
menunaikan zakat seraya tunduk (kepada Allah).





56





وَمَنْ
يَّتَوَلَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ
هُمُ الْغٰلِبُوْنَ ࣖ





Wa may yatawallallāha wa rasūlahū
wal-lażīna āmanū fa inna ḥizballāhi humul-gālibūn(a).



Siapa yang menjadikan Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, sesungguhnya para
pengikut Allah itulah yang akan menjadi pemenang.





57





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا
وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ
اَوْلِيَاۤءَۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā
tattakhiżul-lażīnattakhażū dīnakum huzuwaw wa la‘ibam minal-lażīna ūtul-kitāba
min qablikum wal-kuffāra auliyā'(a), wattaqullāha in kuntum mu'minīn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menjadikan orang-orang yang menjadikan agamamu bahan ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab suci sebelummu
dan orang-orang kafir, sebagai teman setia(-mu).
216) Bertakwalah
kepada Allah jika kamu orang-orang mukmin.



Catatan Kaki



216) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





58





وَاِذَا
نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًا ۗذٰلِكَ بِاَ
نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ





Wa iżā nādaitum
ilaṣ-ṣalātittakhażūhā huzuwaw wa la‘ibā(n), żālika bi'annahum qaumul lā ya‘qilūn(a).



Apabila kamu menyeru untuk
(melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengerti.





59





قُلْ
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ هَلْ تَنْقِمُوْنَ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ
وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلُۙ وَاَنَّ اَكْثَرَكُمْ
فٰسِقُوْنَ





Qul yā ahlal-kitābi hal tanqimūna
minnā illā an āmannā billāhi wa mā unzila ilainā wa mā unzila min qabl(u), wa
anna akṡarakum fāsiqūn(a).



Katakanlah, “Wahai Ahlulkitab,
apakah kamu memandang kami salah hanya karena kami beriman kepada Allah, pada
apa yang diturunkan kepada kami (Al-Qur’an), pada apa yang diturunkan
sebelumnya, dan (kami yakin bahwa) sesungguhnya kebanyakan kamu adalah orang-orang
fasik?”





60





قُلْ
هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ
لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ
وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ
عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ





Qul hal unabbi'ukum bisyarrim min
żālika maṡūbatan ‘indallāh(i), mal la‘anahullāhu wa gaḍiba ‘alaihi wa ja‘ala
minhumul-qiradata wal-khanāzīra wa ‘abadaṭ-ṭāgūt(a), ulā'ika syarrum makānaw wa
aḍallu ‘an sawā'is-sabīl(i).



Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah
akan aku beritakan kepadamu tentang sesuatu yang lebih buruk pembalasannya
daripada itu
217) di sisi Allah? (Yaitu balasan) orang yang dilaknat dan
dimurkai Allah (yang) di antara mereka Dia jadikan kera dan babi.
218) (Di
antara mereka ada pula yang) menyembah Tagut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya
dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.



Catatan Kaki



217) Sesuatu yang lebih buruk pembalasannya adalah menganggap
salah keimanan kepada Allah Swt., Al-Qur’an, dan kitab suci yang diturunkan
sebelumnya. 218) Laknat ini ditimpakan kepada
orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabat (lihat surah al-Baqarah
[2]: 65).





61





وَاِذَا
جَاۤءُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَقَدْ دَّخَلُوْا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ
خَرَجُوْا بِهٖ ۗوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا يَكْتُمُوْنَ





Wa iżā jā'ūkum qālū āmannā wa qad
dakhalū bil-kufri wa hum qad kharajū bih(ī), wallāhu a‘lamu bimā kānū
yaktumūn(a).



Apabila (Ahlulkitab yang munafik)
datang kepadamu, mereka berkata, “Kami telah beriman,” padahal mereka datang
dengan kekufuran dan mereka pergi (juga) dengannya (kekufuran). Allah lebih
mengetahui apa yang selalu mereka sembunyikan.





62





وَتَرٰى
كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُوْنَ فِى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاَكْلِهِمُ
السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ





Wa tarā kaṡīram minhum yusāri‘ūna
fil-iṡmi wal-‘udwāni wa aklihimus-suḥt(a), labi'sa mā kānū ya‘malūn(a).



Kamu akan melihat banyak di antara
mereka (Ahlulkitab) berlomba-lomba dalam perbuatan dosa, permusuhan, dan
memakan (makanan) yang haram. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu
mereka kerjakan.





63





لَوْلَا
يَنْهٰىهُمُ الرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْاِثْمَ
وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ





Lau lā yanhāhumur-rabbāniyyūna
wal-aḥbāru ‘an qaulihimul-iṡma wa aklihimus-suḥt(a), labi'sa mā kānū
yaṣna‘ūn(a).



Mengapa para ulama dan pendeta tidak
melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan (makanan) yang haram?
Sungguh, itulah seburuk- buruk apa yang selalu mereka perbuat.





64





وَقَالَتِ
الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا
قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ
كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا
وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ
الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ
ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ





Wa qālatil-yahūdu yadullāhi
maglūlah(tun), gullat aidīhim wa lu‘inū bimā qālū, bal yadāhu mabsūṭatān(i),
yunfiqu kaifa yasyā'(u), wa layazīdanna kaṡīram minhum mā unzila ilaika mir
rabbika ṭugyānaw wa kufrā(n), wa alqainā bainahumul-‘adāwata wal-bagḍā'a ilā
yaumil-qiyāmah(ti), kullamā auqadū nāral lil-ḥarbi aṭfa'ahallāh(u), wa yas‘auna
fil-arḍi fasādā(n), wallāhu lā yuḥibbul-mufsidīn(a).



Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan
Allah terbelenggu (kikir).” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka
dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan. Sebaliknya, kedua tangan-Nya
terbuka (Maha Pemurah). Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki.
(Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah
kedurhakaan dan kekufuran bagi kebanyakan mereka. Kami timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan
api peperangan, Allah memadamkannya. Mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di
bumi. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.





65





وَلَوْ
اَنَّ اَهْلَ الْكِتٰبِ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ
سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاَدْخَلْنٰهُمْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ





Wa lau anna ahlal-kitābi āmanū
wattaqau lakaffarnā ‘anhum sayyi'ātihim wa la'adkhalnāhum jannātin-na‘īm(i).



Seandainya Ahlulkitab itu beriman
dan bertakwa, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentu Kami
masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.





66





وَلَوْ
اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ
مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْۗ
مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَاۤءَ مَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ





Wa lau annahum aqāmut-taurāta
wal-injīla wa mā unzila ilaihim mir rabbihim la'akalū min fauqihim wa min taḥti
arjulihim, minhum ummatum muqtaṣidah(tun), wa kaṡīrum minhum sā'a mā
ya‘malūn(a).



Seandainya mereka menegakkan (hukum)
Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka,
niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki
mereka.
219) Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang
lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka
kerjakan.



Catatan Kaki



219) Sebagai pahalanya, Allah Swt. akan memberikan rahmat-Nya
dengan menurunkan hujan dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya berlimpah
ruah.





67





۞
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ
لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ





Yā ayyuhar-rasūlu ballig mā unzila
ilaika mir rabbik(a), wa illam taf‘al famā ballagta risālatah(ū), wallāhu ya‘ṣimuka
minan-nās(i), innallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn(a).



Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang
diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah
menjaga engkau dari (gangguan) manusia.
220) Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.



Catatan Kaki



220) Maksudnya, tidak seorang pun yang dapat membunuh Nabi
Muhammad saw.





68





قُلْ
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَسْتُمْ عَلٰى شَيْءٍ حَتّٰى تُقِيْمُوا التَّوْرٰىةَ
وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗوَلَيَزِيْدَنَّ
كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا
وَّكُفْرًاۚ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ





Qul yā ahlal-kitābi lastum ‘alā
syai'in ḥattā tuqīmut-taurāta wal-injīla wa mā unzila ilaikum mir rabbikum, wa
layazīdanna kaṡīram minhum mā unzila ilaika mir rabbika ṭugyānaw wa kufrā(n),
falā ta'sa ‘alal-qaumil-kāfirīn(a).



Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
Ahlulkitab, kamu tidak menganut sesuatu pun (agama yang benar) hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan Tuhanmu
kepadamu.” Apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu pasti akan membuat banyak di
antara mereka lebih durhaka dan ingkar. Maka, janganlah engkau bersedih
terhadap kaum yang kafir itu.





69





اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالصَّابِـُٔوْنَ وَالنَّصٰرٰى مَنْ
اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ





Innal-lażīna āmanū wal-lażīna hādū
waṣ-ṣābi'ūna wan-naṣārā man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan
falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).



Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang Yahudi, Sabiin, dan Nasrani, siapa yang beriman kepada
Allah, hari Akhir, dan beramal saleh, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka
dan mereka pun tidak bersedih.





70





لَقَدْ
اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمْ رُسُلًا ۗ
كُلَّمَا جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰٓى اَنْفُسُهُمْۙ فَرِيْقًا
كَذَّبُوْا وَفَرِيْقًا يَّقْتُلُوْنَ





Laqad akhażnā mīṡāqa banī isrā'īla
wa arsalnā ilaihim rusulā(n), kullamā jā'ahum rasūlum bimā lā tahwā anfusuhum,
farīqan każżabū wa farīqay yaqtulūn(a).



Sungguh, Kami benar-benar telah
mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah mengutus rasul-rasul kepada
mereka.
221) Setiap kali rasul datang kepada mereka dengan membawa
apa yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, sebagian (dari rasul itu)
mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.



Catatan Kaki



221) Yakni janji untuk beriman kepada Allah Swt. dan
rasul-rasul-Nya.





71





وَحَسِبُوْٓا
اَلَّا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ فَعَمُوْا وَصَمُّوْا ثُمَّ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ
ثُمَّ عَمُوْا وَصَمُّوْا كَثِيْرٌ مِّنْهُمْۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا
يَعْمَلُوْنَ





Wa ḥasibū allā takūna fitnatun fa ‘amū
wa ṣammū ṡumma tāballāhu ‘alaihim ṡumma ‘amū wa ṣammū kaṡīrum minhum, wallāhu
baṣīrum bimā ya‘malūn(a).



Mereka mengira bahwa tidak akan
terjadi fitnah (azab akibat dosa-dosa mereka). Oleh karena itu, mereka menjadi
buta dan tuli. Setelah itu Allah menerima tobat mereka, kemudian banyak di
antara mereka buta dan tuli (lagi). Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan.





72





لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ
ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ
وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ





Laqad kafaral-lażīna qālū innallāha
huwal-masīḥubnu maryam(a), wa qālal-masīḥu yā banī isrā'īla‘budullāha rabbī wa
rabbakum, innahū may yusyrik billāhi faqad ḥarramallāhu ‘alaihil-jannata wa
ma'wāhun nār(u), wa mā liẓ-ẓālimīna min anṣār(in).



Sungguh, telah kufur orang-orang
yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” Almasih
(sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu!”
Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh,
Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada seorang
penolong pun bagi orang-orang zalim itu.





73





لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ ثَالِثُ ثَلٰثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ
اِلَّآ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗوَاِنْ لَّمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ
لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Laqad kafaral-lażīna qālū innallāha
ṡāliṡu ṡalāsah(tin), wa mā min ilāhin illā ilāhuw wāḥid(un), wa illam yantahū
‘ammā yaqūlūna layamassannal-lażīna kafarū minhum ‘ażābun alīm(un).



Sungguh, telah kufur orang-orang
yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada
tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan, pasti orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab
yang sangat pedih.





74





اَفَلَا
يَتُوْبُوْنَ اِلَى اللّٰهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَهٗۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Afalā yatūbūna ilallāhi wa
yastagfirūnah(ū), wallāhu gafūrur raḥīm(un).



Tidakkah mereka bertobat kepada
Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, padahal Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang?





75





مَا
الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ
الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌ ۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ اُنْظُرْ
كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ





Mal-masīḥubnu maryama illā
rasūl(un), qad khalat min qablihir rusul(u), wa ummuhū ṣiddīqah(tun), kānā
ya'kulāniṭ-ṭa‘ām(a), unẓur kaifa nubayyinu lahumul-āyāti ṡummanẓur annā
yu'fakūn(a).



Almasih putra Maryam hanyalah
seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah
seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya
manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
dipalingkan (dari kebenaran).





76





قُلْ
اَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَّلَا
نَفْعًا ۗوَاللّٰهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ





Qul ata‘budūna min dūnillāhi mā lā
yamliku lakum ḍarraw wa lā naf‘ā(n), wallāhu huwas-samī‘ul-‘alīm(u).



Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa
kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kepadamu
mudarat dan tidak (pula) manfaat?” Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.





77





قُلْ
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا
تَتَّبِعُوْٓا اَهْوَاۤءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوْا مِنْ قَبْلُ وَاَضَلُّوْا
كَثِيْرًا وَّضَلُّوْا عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ ࣖ





Qul yā ahlal-kitābi lā taglū fī
dīnikum gairal-ḥaqqi wa lā tattabi‘ū ahwā'a qaumin qad ḍallū min qablu wa
aḍallū kaṡīraw wa ḍallū ‘an sawā'is-sabīl(i).



Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (urusan) agamamu tanpa hak.
Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kaum yang benar-benar tersesat sebelum kamu
dan telah menyesatkan banyak (manusia) serta mereka sendiri pun tersesat dari
jalan yang lurus.”





78





لُعِنَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ
وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ





Lu‘inal-lażīna kafarū mim banī
isrā'īla ‘alā lisāni dāwūda wa ‘īsabni maryam(a), żālika bimā ‘aṣaw wa kānū
ya‘tadūn(a).



Orang-orang yang kufur dari Bani
Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra
Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.





79





كَانُوْا
لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ





Kānū lā yatanāhauna ‘am munkarin
fa‘alūh(u), labi'sa mā kānū yaf‘alūn(a).



Mereka tidak saling mencegah
perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang
selalu mereka lakukan.





80





تَرٰى
كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۗ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ
لَهُمْ اَنْفُسُهُمْ اَنْ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَفِى الْعَذَابِ هُمْ
خٰلِدُوْنَ





Tarā kaṡīram minhum
yatawallaunal-lażīna kafarū, labi'sa mā qaddamat lahum anfusuhum an
sakhiṭallāhu ‘alaihim wa fil ‘ażābi hum khālidūn(a).



Engkau melihat banyak di antara
mereka bersekutu dengan orang-orang yang kufur (musyrik). Sungguh, itulah
seburuk-buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri (sehingga
mengakibatkan) Allah murka kepada mereka. Mereka akan kekal dalam azab.





81





وَلَوْ
كَانُوْا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالنَّبِيِّ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مَا
اتَّخَذُوْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ وَلٰكِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ





Wa lau kānū yu'minūna billāhi
wan-nabiyyi wa mā unzila ilaihi mattakhażūhum auliyā'a wa lākinna kaṡīram
minhum fāsiqūn(a).



Seandainya mereka beriman kepada
Allah, Nabi (Muhammad), dan apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak
akan menjadikan orang musyrik itu sebagai sekutu.
222) Akan
tetapi, banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.



Catatan Kaki



222) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.





82





۞
لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ
وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ
اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔





Latajidanna asyaddan-nāsi ‘adāwatal
lil-lażīna āmanul-yahūda wal-lażīna asyrakū, wa latajidanna aqrabahum
mawaddatal lil-lażīna āmanul-lażīna qālū innā naṣārā, żālika bi'anna minhum
qissīsīna wa ruhbānaw wa annahum lā yastakbirūn(a).



Pasti akan engkau dapati orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling
dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang
berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara
mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan
diri.





83





وَاِذَا
سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ تَرٰٓى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ
الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّۚ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اٰمَنَّا
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ





Wa iżā sami‘ū mā unzila ilar-rasūli
tarā a‘yunahum tafīḍu minad-dam‘i mimmā ‘arafū minal-ḥaqq(i), yaqūlūna rabbanā
āmannā faktubnā ma‘asy-syāhidīn(a).



Apabila mereka mendengar sesuatu
(Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul (Nabi Muhammad), engkau melihat mata
mereka bercucuran air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari
kitab-kitab mereka sendiri). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah
beriman. Maka, catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad).





84





وَمَا
لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَا جَاۤءَنَا مِنَ الْحَقِّۙ وَنَطْمَعُ اَنْ
يُّدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصّٰلِحِيْنَ





Wa mā lanā lā nu'minu billāhi wa mā
jā'anā minal-ḥaqq(i), wa naṭma‘u ay yudkhilanā rabbunā ma‘al-qaumiṣ-ṣāliḥīn(a).



Mengapa kami tidak beriman kepada
Allah dan kebenaran yang telah datang kepada kami, padahal kami sangat ingin
agar Tuhan kami memasukkan kami bersama kaum yang saleh?”





85





فَاَثَابَهُمُ
اللّٰهُ بِمَا قَالُوْا جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ
فِيْهَاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْمُحْسِنِيْنَ





Fa aṡābahumullāhu bimā qālū jannātin
tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, wa żālika jazā'ul-muḥsinīn(a).



Maka, Allah memberi pahala kepada
mereka atas sesuatu yang telah mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan (bagi)
orang-orang yang berbuat kebaikan.





86





وَالَّذِيْنَ
كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ ࣖ





Wal-lażīna kafarū wa każżabū
bi'āyātinā ulā'ika aṣḥābul-jaḥīm(i).



Adapun orang-orang yang kufur dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni (neraka) Jahim.





87





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحَرِّمُوْا طَيِّبٰتِ مَآ اَحَلَّ اللّٰهُ لَكُمْ
وَلَا تَعْتَدُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tuḥarrimū
ṭayyibāti mā aḥallallāhu lakum wa lā ta‘tadū, innallāha lā
yuḥibbul-mu‘tadīn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengharamkan sesuatu yang baik yang telah Allah halalkan bagi
kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.





88





وَكُلُوْا
مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ
اَنْتُمْ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ





Wa kulū mimmā razaqakumullāhu
ḥalālan ṭayyibā(n), wattaqullāhal-lażī antum bihī mu'minūn(a).



Makanlah apa yang telah Allah
anugerahkan kepadamu sebagai rezeki yang halal lagi baik, dan bertakwalah
kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu beriman.





89





لَا
يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ
بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ
مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ
رَقَبَةٍ ۗفَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ
اِذَا حَلَفْتُمْ ۗوَاحْفَظُوْٓا اَيْمَانَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ
لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ





Lā yu'ākhiżukumullāhu bil-lagwi fī
aimānikum wa lākiy yu'ākhiżukum bimā ‘aqqattumul-aimān(a), fa kaffāratuhū
iṭ‘āmu ‘asyarati masākīna min ausaṭi mā tuṭ‘imūna ahlīkum au kiswatuhum au
taḥrīru raqabah(tin), famal lam yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyām(in), żālika
kaffāratu aimānikum iżā ḥalaftum, waḥfaẓū aimānakum, każālika yubayyinullāhu
lakum āyātihī la‘allakum tasykurūn(a).



Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka, kafaratnya
(denda akibat melanggar sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari
makanan yang (biasa) kamu berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada
mereka, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Siapa yang tidak mampu
melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasa tiga hari. Itulah kafarat
sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah (dan kamu melanggarnya). Jagalah
sumpah-sumpahmu! Demikianlah Allah menjelaskan kepadamu hukum-hukum-Nya agar
kamu bersyukur (kepada-Nya).





90





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ
وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū
innamal-khamru wal-maisiru wal-anṣābu wal-azlāmu rijsum min ‘amalisy-syaiṭāni
fajtanibūhu la‘allakum tufliḥūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib
dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka,
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.





91





اِنَّمَا
يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى
الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ
فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ





Innamā yurīdusy-syaiṭānu ay yūqi‘a
bainakumul-‘adāwata wal-bagḍā'a fil-khamri wal-maisiri wa yaṣuddakum ‘an żikrillāhi
wa ‘aniṣ-ṣalāti fahal antum muntahūn(a).



Sesungguhnya setan hanya bermaksud
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui minuman keras dan
judi serta (bermaksud) menghalangi kamu dari mengingat Allah dan (melaksanakan)
salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?





92





وَاَطِيْعُوا
اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْا ۚفَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ
فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ





Wa aṭī‘ullāha wa aṭī‘ur-rasūla
waḥżarū, fa in tawallaitum fa‘lamū annamā ‘alā rasūlinal-balāgul-mubīn(u).



Taatlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka
ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah)
dengan jelas.





93





لَيْسَ
عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جُنَاحٌ فِيْمَا طَعِمُوْٓا
اِذَا مَا اتَّقَوْا وَّاٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ثُمَّ اتَّقَوْا
وَّاٰمَنُوْا ثُمَّ اتَّقَوْا وَّاَحْسَنُوْا ۗوَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ





Laisa ‘alal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti ṡummattaqau wa āmanū ṡummattaqau wa aḥsanū, wallāhu
yuḥibbul-muḥsinīn(a).



Tidak ada dosa bagi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh menyangkut sesuatu yang telah mereka
makan (dahulu sebelum turunnya aturan yang mengharamkan), apabila mereka
bertakwa dan beriman, serta mengerjakan amal-amal saleh, kemudian mereka
(tetap) bertakwa dan beriman, selanjutnya mereka (tetap juga) bertakwa dan
berbuat kebajikan. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.





94





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللّٰهُ بِشَيْءٍ مِّنَ الصَّيْدِ
تَنَالُهٗٓ اَيْدِيْكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّخَافُهٗ
بِالْغَيْبِۚ فَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū
layabluwannakumullāhu bisyai'im minaṣ-ṣaidi tanāluhū aidīkum wa rimāḥukum
liya‘lamallāhu may yakhāfuhū bil-gaib(i), fa mani‘tadā ba‘da żālika fa lahū
‘ażābun alīm(un).



Wahai orang-orang yang beriman,
sungguh Allah pasti akan mengujimu dengan sesuatu dari hewan buruan yang
(mudah) didapat oleh tangan dan tombakmu agar Allah mengetahui siapa yang takut
kepada-Nya, meskipun Dia gaib. Siapa yang melanggar (batas) setelah itu,
baginya azab yang pedih.





95





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ
قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ
يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ
كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ
اَمْرِهٖ ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ
ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā
taqtuluṣ-ṣaida wa antum ḥurum(un), wa man qatalahū minkum muta‘ammidan fa
jazā'um miṡlu mā qatala minan-na‘ami yaḥkumu bihī żawā ‘adlim minkum hadyam
bāligal-ka‘bati au kaffāratun ṭa‘āmu masākīna au ‘adlu żālika ṣiyāmal liyażūqa
wabāla amrih(ī), ‘afallāhu ‘ammā salaf(a), wa man ‘āda fa yantaqimullāhu
minh(u), wallāhu ‘azīzun żuntiqām(in).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu membunuh hewan buruan,
223) ketika kamu sedang berihram
(haji atau umrah). Siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, dendanya
(ialah menggantinya) dengan hewan ternak yang sepadan dengan (hewan buruan)
yang dibunuhnya menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai
hadyu (hewan kurban) yang (dibawa) sampai ke Ka‘bah
224) atau
(membayar) kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin
225) atau
berpuasa, seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu,
226) agar
dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan perbuatan
yang telah lalu.
227) Siapa kembali mengerjakannya, pasti Allah akan
menyiksanya. Allah Maha Perkasa lagi Maha Memiliki (kekuasaan) untuk membalas.



Catatan Kaki



223) Yang dimaksud hewan buruan pada ayat ini adalah hewan yang
boleh dimakan maupun tidak, kecuali burung gagak, burung elang, kalajengking,
tikus, dan anjing buas, termasuk juga ular, dalam suatu riwayat. 224) Maksud sampai ke Ka‘bah pada ayat ini adalah
yang dibawa sampai ke daerah haram untuk disembelih di sana dan dagingnya
dibagikan kepada fakir miskin. 225) Membayar
kafarat harus sepadan dengan harga hewan ternak pengganti hewan yang dibunuh
itu. 226) Puasa yang dilakukan sama jumlah
harinya dengan jumlah mud yang diberikan kepada fakir miskin, yaitu seharga
hewan yang dibunuh, dengan catatan, seorang fakir miskin mendapat satu mud
(lebih kurang 6,5 ons). 227) Maksud perbuatan
yang telah lalu dalam ayat ini adalah membunuh hewan sebelum turun ayat yang
mengharamkannya.





96





اُحِلَّ
لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهٗ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ
ۚوَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ
الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ





Uḥilla lakum ṣaidul-baḥri wa
ṭa‘āmuhū matā‘al lakum wa lis-sayyārah(ti), wa ḥurrima ‘alaikum ṣaidul-barri mā
dumtum ḥurumā(n), wattaqullāhal-lażī ilaihi tuḥsyarūn(a).



Dihalalkan bagi kamu hewan buruan
laut
228) dan makanan (yang berasal dari) laut sebagai
kesenangan bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan
atasmu (menangkap) hewan buruan darat selama kamu dalam keadaan ihram.
Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.



Catatan Kaki



228) Termasuk dalam pengertian laut di sini adalah sungai,
danau, kolam, dan sebagainya.





97





۞
جَعَلَ اللّٰهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيٰمًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ
الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَاۤىِٕدَ ۗذٰلِكَ لِتَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ
يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۙ وَاَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيْمٌ





Ja‘alallāhul-ka‘batal-baital-ḥarāma
qiyāmal lin-nāsi wasy-syahral-ḥarāma wal-hadya wal-qalā'id(a), żālika lita‘lamū
annallāha ya‘lamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa annallāha bikulli
syai'in ‘alīm(un).



Allah telah menjadikan Ka‘bah, rumah
suci itu sebagai pusat kegiatan (peribadatan dan urusan dunia)
229) bagi
manusia, dan (demikian pula) bulan haram, hadyu (hewan kurban) dan qalā’id
(hewan kurban yang diberi kalung). Yang demikian itu agar kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa pun yang ada di langit dan apa pun yang ada
di bumi dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.



Catatan Kaki



229) Ka‘bah dan sekitarnya menjadi tempat yang aman bagi manusia
untuk mengerjakan urusan-urusan yang berhubungan dengan dunia dan akhirat serta
menjadi pusat ibadah haji.





98





اِعْلَمُوْٓا
اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۙ وَاَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۗ





I‘lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i),
wa annallāha gafūrur raḥīm(un).



Ketahuilah bahwa Allah sangat keras
hukuman-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.





99





مَا
عَلَى الرَّسُوْلِ اِلَّا الْبَلٰغُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا
تَكْتُمُوْنَ





Mā ‘alar-rasūli
illal-balāg(u),wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn(a).



Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah
menyampaikan (ajaran Allah). Allah mengetahui apa pun yang kamu tampakkan dan
apa pun yang kamu sembunyikan.





100





قُلْ
لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ
فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ





Qul lā yastawil-khabīṡu waṭ-ṭayyibu
wa lau a‘jabaka kaṡratul-khabīṡ(i), fattaqullāha yā ulil-albābi la‘allakum
tufliḥūn(a).



Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya yang buruk itu
menarik hatimu. Maka, bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal
sehat agar kamu beruntung.”





101





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَسْـَٔلُوْا عَنْ اَشْيَاۤءَ اِنْ تُبْدَ لَكُمْ
تَسُؤْكُمْ ۚوَاِنْ تَسْـَٔلُوْا عَنْهَا حِيْنَ يُنَزَّلُ الْقُرْاٰنُ تُبْدَ
لَكُمْ ۗعَفَا اللّٰهُ عَنْهَا ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tas'alū
‘an asy-yā'a in tubda lakum tasu'kum, wa in tas'alū ‘anhā ḥīna
yunazzalul-qur'ānu tubda lakum, ‘afallāhu ‘anhā, wallāhu gafūrun ḥalīm(un).



Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu (niscaya) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur’an
sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan
(kamu) tentang hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.





102





قَدْ
سَاَلَهَا قَوْمٌ مِّنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ اَصْبَحُوْا بِهَا كٰفِرِيْنَ





Qad sa'alahā qaumum min qablikum
ṡumma aṣbaḥū bihā kāfirīn(a).



Sungguh, segolongan manusia sebelum
kamu telah menanyakan hal-hal serupa itu (kepada nabi mereka), kemudian mereka
menjadi kafir karenanya.





103





مَا
جَعَلَ اللّٰهُ مِنْۢ بَحِيْرَةٍ وَّلَا سَاۤىِٕبَةٍ وَّلَا وَصِيْلَةٍ وَّلَا
حَامٍ ۙوَّلٰكِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ
وَاَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ





Mā ja‘alallāhu mim baḥīratiw wa lā
sā'ibatiw wa lā waṣīlatiw wa lā ḥām(in), wa lākinnal-lażīna kafarū yaftarūna
‘alallāhil-każib(a), wa akṡaruhum lā ya‘qilūn(a).



Allah tidak pernah menetapkan
sedikit pun (aturan) menyangkut baḥīrah,
230) sā’ibah,231) waṣīlah, 232) dan
ḥām.
233) Akan tetapi, orang-orang yang kafir membuat-buat
kedustaan terhadap Allah dan kebanyakan mereka tidak mengerti.



Catatan Kaki



230) Baḥīrah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan
anak yang kelima itu jantan. Lalu, unta betina itu dibelah telinganya,
dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya. 231) Sā’ibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi
ke mana saja karena suatu nazar. Misalnya, jika orang Arab Jahiliah akan
melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, dia biasa bernazar akan
menjadikan untanya sā’ibah jika maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat. 232) Menurut satu riwayat, waṣīlah adalah domba
betina yang terlahir kembar dampit. Domba waṣīlah tidak boleh disembelih,
sedangkan saudara kembarnya yang berkelamin jantan dipersembahkan pada berhala. 233) Ḥām adalah unta jantan yang tidak boleh
diganggu-ganggu lagi karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali.
Perlakuan terhadap baḥīrah, sā’ibah, waṣīlah, dan ḥām ini adalah kepercayaan
Arab Jahiliah.





104





وَاِذَا
قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ
قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ
اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ





Wa iżā qīla lahum ta‘ālau ilā mā
anzalallāhu wa ilar-rasūli qālū ḥasbunā mā wajadnā ‘alaihi ābā'anā, awalau kāna
ābā'uhum lā ya‘lamūna syai'aw wa lā yahtadūn(a).



Apabila dikatakan kepada mereka,
“Marilah mengikuti sesuatu yang Allah turunkan dan (mengikuti) Rasul,” mereka
menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati pada nenek moyang kami.”
Apakah (mereka akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun mereka itu tidak
mengetahui sesuatu pun dan tidak (pula) mendapat petunjuk?





105





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ
اِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū ‘alaikum
anfusakum, lā yaḍurrukum man ḍalla iżahtadaitum, ilallāhi marji‘ukum jamī‘an fa
yunabbi'ukum bimā kuntum ta‘malūn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu! Orang yang sesat itu tidak akan memberimu mudarat apabila kamu
telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, lalu Dia
akan menerangkan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.





106





يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ
حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرٰنِ مِنْ
غَيْرِكُمْ اِنْ اَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَاَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ
الْمَوْتِۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِاللّٰهِ
اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۙ وَلَا
نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللّٰهِ اِنَّآ اِذًا لَّمِنَ الْاٰثِمِيْنَ





Yā ayyuhal-lażīna āmanū syahādatu bainikum
iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyatiṡnāni żawā ‘adlim minkum au ākharāni
min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut(i),
taḥbisūnahumā mim ba‘diṣ-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtabtum lā nasytarī
bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāhi innā iżal
laminal-āṡimīn(a).



Wahai orang-orang yang beriman,
persaksian di antara kamu, apabila telah datang kepada salah seorang (di
antara) kamu (tanda-tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat, adalah dua
orang yang adil di antara kamu atau dua orang selain kamu (nonmuslim) jika kamu
dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Jika kamu ragu
(akan kesaksiannya), tahanlah kedua saksi itu setelah salat agar bersumpah
dengan nama Allah, “Kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini
walaupun dia karib kerabat dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah.
Sesungguhnya jika demikian, tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa.”





107





فَاِنْ
عُثِرَ عَلٰٓى اَنَّهُمَا اسْتَحَقَّآ اِثْمًا فَاٰخَرٰنِ يَقُوْمٰنِ
مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِيْنَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْاَوْلَيٰنِ فَيُقْسِمٰنِ
بِاللّٰهِ لَشَهَادَتُنَآ اَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَآ
ۖاِنَّآ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ





Fa in ‘uṡira ‘alā annahumastaḥaqqā
iṡman fa ākharāni yaqūmāni maqāmahumā minal-lażīnastaḥaqqa ‘alaihimul-aulayāni
fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wa ma‘tadainā, innā
iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).



Jika terbukti kedua saksi itu
berbuat dosa,
234) maka dua orang yang lain menggantikan kedudukannya,
yaitu di antara ahli waris yang berhak dan lebih dekat kepada orang yang
meninggal, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah, “Sungguh, kesaksian kami
lebih layak diterima daripada kesaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar
batas. Sesungguhnya jika (berbuat) demikian, tentu kami termasuk orang-orang
yang zalim.”



Catatan Kaki



234) Berbuat dosa di sini maksudnya adalah melakukan kecurangan
dalam persaksiannya yang diketahui setelah dia bersumpah.





108





ذٰلِكَ
اَدْنٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِالشَّهَادَةِ عَلٰى وَجْهِهَآ اَوْ يَخَافُوْٓا اَنْ
تُرَدَّ اَيْمَانٌۢ بَعْدَ اَيْمَانِهِمْۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاسْمَعُوْا ۗوَاللّٰهُ
لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ





Żālika adnā ay ya'tū bisy-syahādati
‘alā wajhihā au yakhāfū an turadda aimānum ba‘da aimānihim, wattaqullāha
wasma‘ū, wallāhu lā yahdil qaumal-fāsiqīn(a).



Hal itu lebih dekat untuk membuat
mereka memberikan kesaksian yang sebenarnya, atau mereka merasa takut akan
dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) setelah mereka bersumpah.
235) Bertakwalah
kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik.



Catatan Kaki



235) Maksud ungkapan ini adalah bahwa sumpah saksi-saksi yang
berlainan agama itu ditolak dengan sumpah saksi-saksi yang berasal dari
kerabat, atau bisa juga berarti bahwa orang-orang yang bersumpah itu akan
mendapat balasan di dunia dan akhirat karena melakukan sumpah palsu.





109





۞
يَوْمَ يَجْمَعُ اللّٰهُ الرُّسُلَ فَيَقُوْلُ مَاذَٓا اُجِبْتُمْ ۗ قَالُوْا لَا
عِلْمَ لَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ





Yauma yajma‘ullāhur-rusula fa yaqūlu
māżā ujibtum, qālū lā ‘ilma lanā, innaka anta ‘allāmul-guyūb(i).



(Ingatlah) pada hari ketika Allah
mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban
(kaummu) terhadap (seruan)-mu?” Mereka (para rasul) menjawab, “Kami tidak tahu
(tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”





110





اِذْ
قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِيْ عَلَيْكَ وَعَلٰى
وَالِدَتِكَ ۘاِذْ اَيَّدْتُّكَ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِى
الْمَهْدِ وَكَهْلًا ۚوَاِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرٰىةَ
وَالْاِنْجِيْلَ ۚوَاِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّيْنِ كَهَيْـَٔةِ الطَّيْرِ
بِاِذْنِيْ فَتَنْفُخُ فِيْهَا فَتَكُوْنُ طَيْرًاۢ بِاِذْنِيْ وَتُبْرِئُ
الْاَكْمَهَ وَالْاَبْرَصَ بِاِذْنِيْ ۚوَاِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتٰى بِاِذْنِيْ
ۚوَاِذْ كَفَفْتُ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَنْكَ اِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ
فَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ اِنْ هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ





Iż qālallāhu yā ‘īsabna maryamażkur
ni‘matī ‘alaika wa ‘alā wālidatik(a), iż ayyattuka birūḥil-qudus(i),
tukallimun-nāsa fil-mahdi wa kahlā(n), wa iż ‘allamtukal-kitāba wal-ḥikmata
wat-taurāta wal-injīl(a), wa iż takhluqu minaṭ-ṭīni kahai'atiṭ-ṭairi bi'iżnī fa
tanfukhu fīhā fa takūnu ṭairam bi'iżnī wa tubri'ul-akmaha wal-abraṣa bi'iżnī,
wa iż tukhrijul-mautā bi'iżnī, wa iż kafaftu banī isrā'īla ‘anka iż ji'tahum
bil-bayyināti fa qālal-lażīna kafarū minhum in hāżā illā siḥrum mubīn(un).



(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai
Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku
menguatkanmu dengan Ruhulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada
waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. (Ingatlah) ketika Aku mengajarkan
menulis kepadamu, (juga) hikmah, Taurat, dan Injil. (Ingatlah) ketika engkau
membentuk dari tanah (sesuatu) seperti bentuk burung dengan seizin-Ku, kemudian
engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan
seizin-Ku. (Ingatlah) ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir
dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku. (Ingatlah) ketika engkau
mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. (Ingatlah)
ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) pada
waktu engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu
orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang
nyata.”





111





وَاِذْ
اَوْحَيْتُ اِلَى الْحَوَارِيّٖنَ اَنْ اٰمِنُوْا بِيْ وَبِرَسُوْلِيْ ۚ قَالُوْٓا
اٰمَنَّا وَاشْهَدْ بِاَنَّنَا مُسْلِمُوْنَ





Wa iż auḥaitu ilal-ḥawāriyyīna an
āminū bī wa birasūlī, qālū āmannā wasyhad bi'annanā muslimūn(a).



(Ingatlah) ketika Aku ilhamkan kepada para
pengikut setia Isa, “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka
menjawab, “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri.”





112





اِذْ
قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيْعُ رَبُّكَ اَنْ
يُّنَزِّلَ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ ۗقَالَ اتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ
كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ





Iż qālal-ḥawāriyyūna yā ‘īsabna
maryama hal yastaṭī‘u rabbuka ay yunazzila ‘alainā mā'idatam minas-samā'(i),
qālattaqullāha in kuntum mu'minīn(a).



(Ingatlah) ketika para pengikut setia Isa
berkata, “Wahai Isa putra Maryam, sanggupkah (bersediakah) Tuhanmu menurunkan
hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertak-walah kepada Allah
jika kamu orang-orang mukmin.”





113





قَالُوْا
نُرِيْدُ اَنْ نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَىِٕنَّ قُلُوْبُنَا وَنَعْلَمَ اَنْ قَدْ
صَدَقْتَنَا وَنَكُوْنَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِيْنَ





Qālū nurīdu an na'kula minhā wa
taṭma'inna qulūbunā wa na‘lama an qad ṣadaqtanā wa nakūna ‘alaihā
minasy-syāhidīn(a).



Mereka berkata, “Kami ingin makan
darinya (hidangan itu) dan agar tenteram hati kami serta agar kami yakin bahwa
engkau telah berkata benar kepada kami, dan atasnya (hidangan itu) kami
termasuk orang-orang yang menjadi saksi.”





114





قَالَ
عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً
مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً
مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ





Qāla ‘īsabnu maryamallāhumma rabbanā
anzil ‘alainā mā'idatam minas-samā'i takūnu lanā ‘īdal li'awwalinā wa ākhirinā
wa āyatam minka warzuqnā wa anta khairur-rāziqīn(a).



Isa putra Maryam berdoa, “Ya Allah
Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya)
akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama
kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu.
Berilah kami rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”





115





قَالَ
اللّٰهُ اِنِّيْ مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ
فَاِنِّيْٓ اُعَذِّبُهٗ عَذَابًا لَّآ اُعَذِّبُهٗٓ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ





Qālallāhu innī munazziluhā ‘alaikum,
famay yakfur ba‘du minkum fa innī u‘ażżibuhū ‘ażābal lā u‘ażzibuhū aḥadam
minal-‘ālamīn(a).



Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku
akan menurunkannya (hidangan itu) kepadamu. Siapa yang kufur di antaramu
setelah (turun hidangan) itu, sesungguhnya Aku akan mengazabnya dengan azab
yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara (manusia) seluruh
alam.”





116





وَاِذْ
قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ
وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالَ سُبْحٰنَكَ مَا يَكُوْنُ لِيْٓ
اَنْ اَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗاِنْ كُنْتُ قُلْتُهٗ فَقَدْ عَلِمْتَهٗ
ۗتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَآ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗاِنَّكَ اَنْتَ
عَلَّامُ الْغُيُوْبِ





Wa iż qālallāhu yā ‘īsabna maryama
a'anta qulta lin-nāsittakhiżūnī wa ummiya ilāhaini min dūnillah(i), qāla
subḥānaka mā yakūnu lī an aqūla mā laisa lī biḥaqq(in), in kuntu qultuhū faqad
‘alimtah(ū), ta‘lamu mā fī nafsī wa lā a‘lamu mā fī nafsik(a), innaka anta
‘allāmul-guyūb(i).



(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai
Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku
dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’” Dia (Isa) menjawab, “Maha Suci
Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa pun yang bukan hakku. Jika aku pernah
mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa pun
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa pun yang ada pada diri-Mu.
Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”





117





مَا
قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ
وَرَبَّكُمْ ۚوَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْهِمْ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِيْ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ ۗوَاَنْتَ عَلٰى كُلِّ
شَيْءٍ شَهِيْدٌ





Mā qultu lahum illā mā amartanī bihī
ani‘budullāha rabbī wa rabbakum, wa kuntu ‘alaihim syahīdam mā dumtu fīhim,
falammā tawaffaitanī kunta antar-raqība ‘alaihim, wa anta ‘alā kulli syai'in
syahīd(un).



Aku tidak (pernah) mengatakan kepada
mereka kecuali sesuatu yang Engkau perintahkan kepadaku, (yaitu) “Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di tengah-tengah mereka. Setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Engkau Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.





118





اِنْ
تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚوَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ
الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ





In tu‘ażżibhum fa innahum
‘ibāduk(a), wa in tagfir lahum fa innaka antal-‘azīzul-ḥakīm(u).



Jika Engkau menyiksa mereka,
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Jika Engkau mengampuni mereka,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”





119





قَالَ
اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ
تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ





Qālallāhu hāżā yaumu
yanfa‘uṣ-ṣādiqīna ṣidquhum, lahum jannātun tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna
fīhā abadā(n), raḍiyallāhu ‘anhum wa raḍū ‘anh(u), żālikal-fauzul-‘aẓīm(u).



Allah berfirman, “Ini adalah hari
yang kebenaran orang-orang yang benar bermanfaat bagi mereka. Bagi merekalah
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah
kemenangan yang agung.”





120





لِلّٰهِ
مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ ۗوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ ࣖ





Lillāhi mulkus-samāwāti wal-arḍi wa
mā fīhinn(a), wa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un).



Hanya milik Allah kerajaan langit
dan bumi serta apa pun yang ada di dalamnya. Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.





 



Audio Surat Al-Ma'idah (1-120)



Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Al-Ma'idah 1-120 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.


Fitur & Koleksi