Tap Zoom Image
Download ImageDETAIL
Audio Surat Al-Kahfi 1-110
1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ
وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ
Al-ḥamdu lillāhil-lażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj‘al lahū
‘iwajā(n).
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak
membuat padanya sedikit pun kebengkokan.442)
Catatan
Kaki
442) Dalam Al-Qur’an, tidak ada makna yang saling
berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.
2
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ
وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ
اَجْرًا حَسَنًاۙ
Qayyimal liyunżira
ba'san syadīdam mil ladunhu wa yubasysyiral-mu'minīnal-lażīna ya‘malūnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā(n).
(Dia
menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang
sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin
yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.
3
مّٰكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
Mākiṡīna fīhi abadā(n).
Mereka kekal di dalamnya
untuk selama-lamanya.
4
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ
Wa yunżiral-lażīna
qāluttakhażallāhu waladā(n).
(Dia
menurunkan Al-Qur’an itu) juga agar Dia memberi peringatan kepada orang-orang
yang berkata, “Allah mengangkat seorang anak.”
5
مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ
كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا
Mā lahum bihī min
‘ilmiw wa lā li'ābā'ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqūlūna
illā każibā(n).
Mereka sama sekali
tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula nenek moyang mereka.
Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya
mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
6
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ
يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
Fa la‘allaka bākhi‘un
nafsaka ‘alā āṡārihim illam yu'minū bihāżal-ḥadīṡi asafā(n).
Maka, boleh jadi
engkau (Nabi Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Qur’an).
7
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا
لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
Innā ja‘alnā mā
‘alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu ‘amalā(n).
Sesungguhnya Kami
telah menjadikan apa yang ada di atas bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami
menguji mereka siapakah di antaranya yang lebih baik perbuatannya.
8
وَاِنَّا لَجٰعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ
Wa innā lajā‘ilūna mā
‘alaihā ṣa‘īdan juruzā(n).
Kami benar-benar akan
menjadikan (pula) apa yang di atasnya sebagai tanah yang tandus lagi kering.
9
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا
مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Am ḥasibta anna aṣḥābal-kahfi war-raqīmi kānū min āyātinā ‘ajabā(n).
Apakah engkau mengira
bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan (yang mempunyai) raqīm443) benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda
(kebesaran) Kami?
Catatan
Kaki
443) Sebagian mufasir memahami raqīm sebagai nama
anjing dan sebagian yang lain menafsirkannya sebagai batu prasasti berisi
catatan tentang agama tauhid atau nama-nama mereka.
10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ
اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
Iż awal-fityatu
ilal-kahfi fa qālū rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi' lanā
min amrinā rasyadā(n).
(Ingatlah)
ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami
petunjuk untuk segala urusan kami.”
11
فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ
Faḍarabnā ‘alā āżānihim fil-kahfi sinīna ‘adadā(n).
Maka, Kami tutup
telinga mereka di dalam gua itu444) selama
bertahun-tahun.
Catatan
Kaki
444) Allah Swt. menidurkan mereka selama 309 tahun
qamariah dalam gua itu (lihat ayat 25 surah ini) sehingga mereka tidak dapat
dibangunkan oleh suara apa pun.
12
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا
لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ
Ṡumma ba‘aṡnāhum lina‘lama ayyul-ḥizbaini aḥṣā limā labiṡū amadā(n).
Kemudian Kami
bangunkan mereka supaya Kami mengetahui manakah di antara dua golongan itu445) yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka
tinggal (dalam gua itu).
Catatan
Kaki
445) Dua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu
sendiri yang berselisih tentang berapa lama mereka tinggal dalam gua itu.
13
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ
فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Naḥnu naquṣṣu ‘alaika naba'ahum bil-ḥaqq(i), innahum fityatun āmanū birabbihim wa zidnāhum hudā(n).
Kami menceritakan
kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan
petunjuk kepada mereka.
14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا
رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا
لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Wa rabaṭnā ‘alā qulūbihim iż qāmū fa qālū rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan nad‘uwa min dūnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā(n).
Kami meneguhkan hati
mereka ketika mereka berdiri446) lalu berkata,
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan menyeru Tuhan selain
Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, kami telah mengucapkan perkataan
yang sangat jauh dari kebenaran.”
Catatan
Kaki
446) Bangun dan menghadap Raja Dikyanus yang zalim
dan sombong.
15
هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ
لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ
Hā'ulā'i
qaumunattakhażū min dūnihī ālihah(tan), lau lā ya'tūna ‘alaihim bisulṭānim bayyin(in), faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi
każibā(n).
(Salah
seorang dari para pemuda itu berkata kepada yang lain,) “Mereka itu kaum kami
yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka
tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka,
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?
16
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ
فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ
وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Wa iżi‘tazaltumūhum wa
mā ya‘budūna illallāha fa'wū ilal-kahfi yansyur lakum rabbukum mir raḥmatihī wa yuhayyi' lakum min amrikum mirfaqā(n).
Karena kamu juga telah
meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah
ke dalam gua itu. (Dengan demikian,) niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan bagimu sesuatu yang berguna bagi urusanmu.”447)
Catatan
Kaki
447) Perkataan ini terjadi antara mereka itu
sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah Swt.
17
۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ
ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ
فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ
الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ
Wa tarasy-syamsa iżā ṭala‘at tazāwaru ‘an kahfihim żātal-yamīni wa iżā garabat taqriḍuhum żātasy-syimāli wa hum fī fajwatim minh(u), żālika min āyātillāh(i),
may yahdillāhu fa huwal-muhtadi wa may yuḍlil falan tajida lahū
waliyyam mursyidā(n).
Engkau akan melihat
matahari yang ketika terbit condong ke sebelah kanan dari gua mereka dan yang
ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat
yang luas di dalamnya (gua itu). Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Siapa yang Allah memberinya petunjuk, dialah yang mendapat
petunjuk. Siapa yang Dia sesatkan, engkau tidak akan menemukan seorang penolong
pun yang dapat memberinya petunjuk.
18
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ
ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ
بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا
وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
Wa taḥsabuhum aiqāẓaw wa hum ruqūd(un), wa nuqallibuhum żātal-yamīni
wa żātasy-syimāl(i), wa kalbuhum bāsiṭun żirā‘aihi bil-waṣīd(i), lawiṭṭala‘ta ‘alaihim lawallaita minhum firāraw wa
lamuli'ta minhum ru‘bā(n).
Engkau mengira mereka
terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua kaki depannya di muka pintu
gua. Seandainya menyaksikan mereka, tentu engkau akan berpaling melarikan
(diri) dari mereka dan pasti akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ
قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ
يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ
بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى
طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ
بِكُمْ اَحَدًا
Wa każālika ba‘aṡnāhum liyatasā'alū bainahum, qāla qā'ilum minhum kam labiṡtum, qālū labiṡnā yauman au ba‘ḍa yaum(in), qālū
rabbukum a‘lamu bimā labiṡtum, fab‘aṡū aḥadakum biwariqikum hāżihī ilal-madīnati falyanẓur ayyuhā azkā ṭa‘āman falya'tikum birizqim minhu walyatalaṭṭaf wa lā yusy‘iranna bikum aḥadā(n).
Demikianlah, Kami
membangunkan mereka agar saling bertanya di antara mereka (sendiri). Salah
seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?”
Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Mereka
(yang lain lagi) berkata, “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di
sini). Maka, utuslah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini. Hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, lalu
membawa sebagian makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa pun.
20
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ
يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا
Innahum iy yaẓharū ‘alaikum yarjumūkum au yu‘īdūkum fī millatihim wa lan tufliḥū iżan abadā(n).
Sesungguhnya jika
mereka (mengetahui dan) menangkapmu, niscaya mereka akan melemparimu dengan
batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Jika demikian, niscaya kamu
tidak akan beruntung selama-lamanya.”
21
وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ
اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ
بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ
اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ
عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Wa każālika a‘ṡarnā ‘alaihim liya‘lamū anna wa‘dallāhi ḥaqquw wa annas-sā‘ata lā raiba fīhā, iż yatanāza‘ūna bainahum
amrahum fa qālubnū ‘alaihim bun-yānā(n), rabbuhum a‘lamu bihim, qālal-lażīna
galabū ‘alā amrihim lanattakhiżanna ‘alaihim masjidā(n).
Demikian (pula) Kami
perlihatkan (penduduk negeri) kepada mereka agar mengetahui bahwa janji Allah
benar dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. (Hal itu
terjadi) ketika mereka (penduduk negeri) berselisih tentang urusan (penghuni
gua). Kemudian mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua itu).
Tuhannya lebih mengetahui (keadaan) mereka (penghuni gua).” Orang-orang yang
berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid
di atasnya.”
22
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ
خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ
وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا
يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا
ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Sayaqūlūna ṡalāṡatur rābi‘uhum kalbuhum, wa yaqūlūna khamsatun
sādisuhum kalbuhum rajmam bil-gaib(i), wa yaqūlūna sab‘atuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur rabbī a‘lamu bi‘iddatihim mā ya‘lamuhum
illā qalīl(un), falā tumāri fīhim illā mirā'an ẓāhirā(n), wa lā
tastafti fīhim minhum aḥadā(n).
Kelak (sebagian orang)
mengatakan, “(Jumlah mereka) tiga (orang). Yang keempat adalah anjingnya.”
(Sebagian lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang). Yang keenam adalah
anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib. (Sebagian lain lagi)
mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang). Yang kedelapan adalah anjingnya.”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada
yang mengetahui (jumlah) mereka kecuali sedikit.” Oleh karena itu, janganlah
engkau (Nabi Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan yang
jelas-jelas saja (ringan). Janganlah engkau minta penjelasan tentang mereka
(penghuni gua itu) kepada siapa pun dari mereka (Ahlulkitab).
23
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Wa lā taqūlanna
lisyai'in innī fā‘ilun żālika gadā(n).
Jangan sekali-kali
engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan hal itu besok,”
24
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا
نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
Illā ay yasyā'allāh(u),
ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbī li'aqraba min hāżā
rasyadā(n).
kecuali (dengan
mengatakan), “Insyaallah.” Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan
katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih
dekat kebenarannya daripada ini.”
25
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ
وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Wa labiṡū fī kahfihim ṡalāṡa mi'atin sinīna wazdādū
tis‘ā(n).
Mereka tinggal dalam
gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
26
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ
وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا
Qulillāhu a‘lamu bimā
labiṡū, lahū gaibus-samāwāti wal-arḍ(i), abṣir bihī wa asmi‘, mā lahum min dūnihī miw
waliyy(in), wa lā yusyriku fī ḥukmihī aḥadā(n).
Katakanlah, “Allah
lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua). Milik-Nya semua yang
tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah
tajam pendengaran-Nya. Tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia
dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan.”
27
وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا
مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا
Watlu mā ūḥiya ilaika min kitābi rabbik(a), lā mubaddila likalimātih(ī), wa
lan tajida min dūnihī multaḥadā(n).
Bacakanlah (Nabi
Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak
ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan dapat menemukan
tempat berlindung selain kepada-Nya.
28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ
بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ
تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ
عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
Waṣbir nafsaka ma‘al-lażīna yad‘ūna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi
yurīdūna wajhahū wa lā ta‘du ‘aināka ‘anhum, turīdu zīnatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā tuṭi‘ man agfalnā qalbahū
‘an żikrinā wattaba‘a hawāhu wa kāna amruhū furuṭā(n).
Bersabarlah engkau
(Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang
hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta
menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.
29
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ
وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ
بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ
يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا
Wa qulil-ḥaqqu mir rabbikum, faman syā'a falyu'miw wa man syā'a falyakfur,
innā a‘tadnā liẓ-ẓālimīna nārā(n), aḥāṭa bihim surādiquhā, wa iy yastagīṡū yugāṡū bimā'in kal-muhli yasywil-wujūh(a), bi'sasy-syarāb(u),
wa sā'at murtafaqā(n).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki
(beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki (kufur), biarlah
dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim
yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan
meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang
menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang
paling jelek.
30
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا
نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًاۚ
Innal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti innā lā nuḍī‘u ajra man aḥsana ‘amalā(n).
Sesungguhnya mereka
yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik.
31
اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ
الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّيَلْبَسُوْنَ
ثِيَابًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى
الْاَرَاۤىِٕكِۗ نِعْمَ الثَّوَابُۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا ࣖ
Ulā'ika lahum jannātu
‘adnin tajrī min taḥtihimul-anhāru yuḥallauna fīhā min asāwira min żahabiw wa yalbasūna ṡiyāban khuḍram min sundusiw wa istabraqim muttaki'īna fīhā
‘alal-arā'ik(i), ni‘maṡ-ṡawāb(u), wa ḥasunat murtafaqā(n).
Mereka itulah yang
memperoleh surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Dalam surga
itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari
sutra halus dan sutra tebal. Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas
dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang
indah.
32
۞ وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا
جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا
زَرْعًاۗ
Waḍrib lahum maṡalar rajulaini ja‘alnā li'aḥadihimā jannataini min a‘nābiw wa ḥafafnāhumā binakhliw
wa ja‘alnā bainahumā zar‘ā(n).
Berikanlah (Nabi
Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, yaitu dua orang laki-laki. Kami
berikan kepada salah satunya (yang kufur) dua kebun anggur. Kami kelilingi
kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan Kami buatkan ladang di antara
kedua (kebun) itu.
33
كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ اٰتَتْ اُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِّنْهُ
شَيْـًٔاۙ وَّفَجَّرْنَا خِلٰلَهُمَا نَهَرًاۙ
Kiltal-jannataini ātat
ukulahā wa lam taẓlim minhu syai'ā(n), wa fajjarnā khilālahumā
naharā(n).
Kedua kebun itu
menghasilkan buahnya dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun. Kami pun
alirkan sungai dengan deras di celah-celah kedua (kebun) itu.
34
وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ
اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا
Wa kāna lahū ṡamar(un), fa qāla liṣāḥibihī wa huwa yuḥāwiruhū ana akṡaru minka mālaw wa a‘azzu
nafarā(n).
Dia (orang kafir itu)
juga memiliki kekayaan besar. Dia lalu berkata kepada kawannya (yang beriman)
ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan
pengikutku lebih kuat.”
35
وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ قَالَ مَآ
اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ
Wa dakhala jannatahū
wa huwa ẓālimul linafsih(ī), qāla mā aẓunnu an tabīda hāżihī abadā(n).
Dia memasuki kebunnya
dengan sikap menzalimi dirinya sendiri (karena angkuh dan kufur). Dia berkata,
“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
36
وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ
اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا
Wa mā aẓunnus-sā‘ata qā'imataw wa la'ir rudittu ilā rabbī la'ajidanna
khairam minhā munqalabā(n).
aku kira hari Kiamat
tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan
mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini.”
37
قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ
خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًاۗ
Qāla lahū ṣāḥibuhū wa huwa yuḥāwiruhū akafarta
bil-lażī khalaqaka min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma sawwāka rajulā(n).
Kawannya (yang
beriman) berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau
ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air
mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?
38
لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ
اَحَدًا
Lākinna huwallāhu
rabbī wa lā usyriku birabbī aḥadā(n).
Akan tetapi, aku
(percaya bahwa) Dia adalah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan Tuhanku.
39
وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ
لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا
وَّوَلَدًاۚ
Wa lau lā iż dakhalta
jannataka qulta mā syā'allāh(u), lā quwwata illā billāh(i), in tarani ana
aqalla minka mālaw wa waladā(n).
Mengapa ketika engkau
memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Mā syā’allāh, lā quwwata illā billāh”
(sungguh, ini semua kehendak Allah. Tidak ada kekuatan apa pun kecuali dengan
[pertolongan] Allah). Jika engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit
daripadamu,
40
فَعَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يُّؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّنْ جَنَّتِكَ
وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَتُصْبِحَ صَعِيْدًا زَلَقًاۙ
Fa ‘asā rabbī ay
yu'tiyani khairam min jannatika wa yursila ‘alaihā ḥusbānam minas-samā'i fa tuṣbiḥa ṣa‘īdan zalaqā(n).
mudah-mudahan Tuhanku
akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini) dan
mengirimkan petir dari langit ke kebunmu sehingga (kebun itu) menjadi tanah
yang licin
41
اَوْ يُصْبِحَ مَاۤؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيْعَ لَهٗ طَلَبًا
Au yuṣbiḥa mā'uhā gauran falan tastaṭī‘a lahū ṭalabā(n).
atau airnya menjadi
surut ke dalam tanah sehingga engkau tidak akan dapat menemukannya lagi.”
42
وَاُحِيْطَ بِثَمَرِهٖ فَاَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ
اَنْفَقَ فِيْهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ
لَمْ اُشْرِكْ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا
Wa uḥīṭa biṡamarihī fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi ‘alā mā anfaqa fīhā wa
hiya khāwiyatun ‘alā ‘urūsyihā wa yaqūlu yā laitanī lam usyrik birabbī aḥadā(n).
Harta kekayaannya
dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda sangat
menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedangkan pohon
anggur roboh bersama penyangganya dan dia berkata, “Aduhai, seandainya saja
dahulu aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.”
43
وَلَمْ تَكُنْ لَّهٗ فِئَةٌ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ
وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًاۗ
Wa lam takul lahū
fi'atuy yanṣurūnahū min dūnillāhi wa mā kāna muntaṣirā(n).
Tidak ada (lagi)
baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah dan dia pun tidak
dapat membela dirinya.
44
هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلّٰهِ الْحَقِّۗ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا
وَّخَيْرٌ عُقْبًا ࣖ
Hunālikal-walāyatu
lillāhil-ḥaqq(i), huwa khairun ṡawābaw wa khairun ‘uqbā(n).
Di sana pertolongan
itu hanya milik Allah Yang Maha Benar. Dia adalah (pemberi) pahala terbaik dan
(pemberi) kesudahan terbaik.
45
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ
اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ
هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا
Waḍrib lahum maṡalal-ḥayātid-dun-yā kamā'in
anzalnāhu minas-samā'i fakhtalaṭa bihī nabātul-arḍi fa aṣbaḥa hasyīman tażrūhur-riyāḥ(u), wa kānallāhu ‘alā kulli syai'im muqtadirā(n).
Buatkanlah untuk
mereka (umat manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, yaitu ibarat air (hujan)
yang Kami turunkan dari langit sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi,
kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering kerontang yang diterbangkan oleh
angin. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
46
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ
وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Al-mālu wal-banūna
zīnatul-ḥayātid-dun-yā, wal-bāqiyātuṣ-ṣāliḥātu khairun ‘inda
rabbika ṡawābaw wa khairun amalā(n).
Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi
(pahalanya)448) adalah lebih baik balasannya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Catatan
Kaki
448) Di antara contoh amal kebajikan yang abadi
pahalanya adalah melaksanakan rukun Islam dengan benar dan membaca tasbih,
tahmid, dan zikir-zikir lainnya.
47
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ
وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًاۚ
Wa yauma
nusayyirul-jibāla wa taral-arḍa bārizah(tan), wa ḥasyarnāhum falam nugādir minhum aḥadā(n).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung (untuk dihancurkan) dan
engkau melihat bumi itu rata. Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia) dan tidak
Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.
48
وَعُرِضُوْا عَلٰى رَبِّكَ صَفًّاۗ لَقَدْ جِئْتُمُوْنَا كَمَا
خَلَقْنٰكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖبَلْ زَعَمْتُمْ اَلَّنْ نَّجْعَلَ لَكُمْ
مَّوْعِدًا
Wa ‘uriḍū ‘alā rabbika ṣaffā(n), laqad ji'tumūnā kamā khalaqnākum
awwala marratim bal za‘amtum allan naj‘ala lakum mau‘idā(n).
Mereka (akan) dibawa
ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman,) “Sungguh, kamu telah
datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali. Bahkan
kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagimu waktu (berbangkit untuk
memenuhi) perjanjian.”
49
وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا
فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ
صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا
حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ
Wa wuḍi‘al-kitābu fa taral-mujrimīna musyfiqīna mimmā fīhi wa yaqūlūna
yā wailatanā mā lihāżal-kitābi lā yugādiru ṣagīrataw wa lā kabīratan
illā aḥṣāhā, wa wajadū mā ‘amilū ḥaḍirā(n), wa lā yaẓlimu rabbuka aḥadā(n).
Diletakkanlah kitab
(catatan amal pada setiap orang), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa
merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata,
“Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang
besar, kecuali mencatatnya.” Mereka mendapati (semua) apa yang telah mereka
kerjakan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.
50
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا
اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ
اَفَتَتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗٓ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَكُمْ
عَدُوٌّۗ بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا
Wa iż qulnā
lil-malā'ikatisjudū li'ādama fa sajadū illā iblīs(a), kāna minal-jinni fa
fasaqa ‘an amri rabbih(ī), afa tattakhiżūnahū wa żurriyyatahū auliyā'a min dūnī
wa hum lakum ‘aduww(un), bi'sa liẓ-ẓālimīna badalā(n).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada Adam!”
Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Dia termasuk (golongan) jin, kemudian
dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan
keturunannya sebagai penolong449) selain Aku,
padahal mereka adalah musuhmu? Dia (Iblis) seburuk-buruk pengganti (Allah) bagi
orang-orang zalim.
Catatan
Kaki
449) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
51
۞ مَآ اَشْهَدْتُّهُمْ خَلْقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَا
خَلْقَ اَنْفُسِهِمْۖ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّيْنَ عَضُدًا
Mā asyhattuhum
khalqas-samāwāti wal-arḍi wa lā khalqa anfusihim, wa mā kuntu muttakhiżal-muḍillīna ‘aḍudā(n).
Aku tidak menghadirkan
mereka (Iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi,
tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri. Aku tidak menjadikan mereka yang
telah menyesatkan itu sebagai penolong.
52
وَيَوْمَ يَقُوْلُ نَادُوْا شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ
فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَّوْبِقًا
Wa yauma yaqūlu nādū
syurakā'iyal-lażīna za‘amtum fa da‘auhum falam yastajībū lahum wa ja‘alnā
bainahum maubiqā(n).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Dia berfirman, “Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu anggap
(dapat menyelamatkanmu dari siksaan-Ku).” Mereka lalu memanggilnya, tetapi
mereka (sekutu-sekutu itu) tidak membalas (seruan) mereka. Kami jadikan di
antara mereka (yang menyembah dan disembah) tempat kebinasaan (neraka).
53
وَرَاَ الْمُجْرِمُوْنَ النَّارَ فَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ
مُّوَاقِعُوْهَا وَلَمْ يَجِدُوْا عَنْهَا مَصْرِفًا ࣖ
Wa ra'al-mujrimūnan
nāra fa ẓannū annahum muwāqi‘ūhā wa lam yajidū ‘anhā maṣrifā(n).
Orang yang berdosa itu
melihat neraka, lalu merasa yakin akan jatuh ke dalamnya (seketika itu juga).
Mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya.
54
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ
مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Wa laqad ṣarrafnā fī hāżal-qur'āni lin-nāsi min kulli maṡal(in), wa kānal-insānu akṡara syai'in jadalā(n).
Sungguh, Kami telah
menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang
kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang
paling banyak membantah.
55
وَمَا مَنَعَ النَّاسَ اَنْ يُّؤْمِنُوْٓا اِذْ جَاۤءَهُمُ
الْهُدٰى وَيَسْتَغْفِرُوْا رَبَّهُمْ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ
الْاَوَّلِيْنَ اَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا
Wa mā mana‘an-nāsa ay
yu'minū iż jā'ahumul-hudā wa yastagfirū rabbahum illā an ta'tiyahum
sunnatul-awwalīna au ya'tiyahumul-‘ażābu qubulā(n).
Tidak ada yang
menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka
dan untuk memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali akan datang kepada mereka
ketetapan (Allah yang telah berlaku pada) umat yang terdahulu atau datang
kepada mereka azab yang nyata.450)
Catatan
Kaki
450) Di antara bentuk siksaan Allah Swt. adalah
yang tidak langsung diberikan kepada hamba-Nya yang berdosa, tetapi ditunda
sesuai kehendak Allah Swt.
56
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ
وَمُنْذِرِيْنَۚ وَيُجَادِلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوْا
بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَمَآ اُنْذِرُوْا هُزُوًا
Wa mā
nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn(a), wa yujādilul-lażīna
kafarū bil-bāṭili liyudḥiḍū bihil-ḥaqqa wattakhażū āyātī wa mā unżirū huzuwā(n).
Kami tidak mengutus
rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
(Akan tetapi,) orang-orang yang kufur membantah dengan (cara) yang batil agar
dengan itu mereka dapat melenyapkan sesuatu yang hak (kebenaran). Mereka
menjadikan ayat-ayat-Ku dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai
olok-olok.
57
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖ فَاَعْرَضَ
عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُۗ اِنَّا جَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ
اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًاۗ وَاِنْ تَدْعُهُمْ
اِلَى الْهُدٰى فَلَنْ يَّهْتَدُوْٓا اِذًا اَبَدًا
Wa man aẓlamu mimman żukkira bi'āyāti rabbihī fa a‘raḍa ‘anhā wa nasiya mā qaddamat yadāh(u), innā ja‘alnā ‘alā
qulūbihim akinnatan ay yafqahūhu wa fī āżānihim waqrā(n), wa in tad‘uhum
ilal-hudā falay yahtadū iżan abadā(n).
Siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia
berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?
Sesungguhnya Kami telah meletakkan penutup pada hati mereka, (sehingga mereka
tidak) memahaminya dan (meletakkan pula) sumbatan di telinga mereka. (Dengan
demikian,) kendatipun engkau (Nabi Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.
58
وَرَبُّكَ الْغَفُوْرُ ذُو الرَّحْمَةِۗ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا
كَسَبُوْا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَۗ بَلْ لَّهُمْ مَّوْعِدٌ لَّنْ يَّجِدُوْا
مِنْ دُوْنِهٖ مَوْىِٕلًا
Wa rabbukal-gafūru
żur-raḥmah(ti), lau yu'ākhiżuhum bimā kasabū la‘ajjala
lahumul-‘ażāb(a), bal lahum mau‘idul lay yajidū min dūnihī mau'ilā(n).
Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Pemilik rahmat. Seandainya Dia hendak menyiksa mereka karena
perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Akan tetapi,
bagi mereka ada waktu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan
tempat berlindung selain-Nya.
59
وَتِلْكَ الْقُرٰٓى اَهْلَكْنٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَعَلْنَا
لِمَهْلِكِهِمْ مَّوْعِدًا ࣖ
Wa tilkal-qurā
ahlaknāhum lammā ẓalamū wa ja‘alnā limahlikihim mau‘idā(n).
(Penduduk)
negeri-negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah
Kami tetapkan waktu bagi kebinasaan mereka.
60
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ
مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا
Wa iż qāla mūsā
lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma‘al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā(n).
(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada pembantunya,451) “Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan
(terus sampai) bertahun-tahun.”
Catatan
Kaki
451) Menurut sebagian mufasir, pria itu bernama
Yusya’ bin Nun, salah satu pembesar Bani Israil.
61
فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا
فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا
Falammā balagā majma‘a
bainihimā nasiyā ḥūtahumā fattakhaża sabīlahū fil-baḥri sarabā(n).
Ketika mereka sampai
ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu (ikan mereka) melompat
mengambil jalan ke laut itu.
62
فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ
لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا
Falammā jāwazā qāla
lifatāhu ātinā gadā'anā laqad laqīnā min safarinā hāżā naṣabā(n).
Ketika mereka telah
melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, “Bawalah kemari makanan
kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini.”
63
قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ
نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ
وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا
Qāla ara'aita iż
awainā ilaṣ-ṣakhrati fa innī nasītul-ḥūt(a), wa mā ansānīhu illasy-syaiṭanu an ażkurah(ū),
wattakhaża sabīlahū fil-baḥri ‘ajabā(n).
Dia (pembantunya)
menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi,
sesungguhnya aku lupa (bercerita tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuatku
lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. (Ikan) itu mengambil jalannya ke laut
dengan cara yang aneh.”
64
قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا
قَصَصًاۙ
Qāla żālika mā kunnā
nabg(i), fartaddā ‘alā āṡārihimā qaṣaṣā(n).
Dia (Musa) berkata,
“Itulah yang kita cari.” Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka
semula.
65
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ
عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا
Fa wajadā ‘abdam min
‘ibādinā ātaināhu raḥmatam min ‘indinā wa ‘allamnāhu mil ladunnā ‘ilmā(n).
Lalu, mereka berdua
bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat
kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.452)
Catatan
Kaki
452) Menurut mufasir, berdasarkan hadis, hamba di
sini ialah Nabi Khidir a.s., dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan
kenabian. Adapun yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan tentang hal gaib,
seperti yang akan diterangkan dalam ayat-ayat selanjutnya.
66
قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ
مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Qāla lahū mūsā hal
attabi‘uka ‘alā an tu‘allimani mimmā ‘ullimta rusydā(n).
Musa berkata kepadanya,
“Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar)
dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
67
قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
Qāla innaka lan tastaṭī‘a ma‘iya ṣabrā(n).
Dia menjawab,
“Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku.
68
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا
Wa kaifa taṣbiru ‘alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā(n).
Bagaimana engkau akan
sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang
cukup tentangnya?”
69
قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ
اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا
Qāla satajidunī in
syā'allāhu ṣābiraw wa lā a‘ṣī laka amrā(n).
Dia (Musa) berkata,
“Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan
menentangmu dalam urusan apa pun.”
70
قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ
حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ
Qāla fa inittaba‘tanī
falā tas'alnī ‘an syai'in ḥattā uḥdiṡa laka minhu żikrā(n).
Dia berkata, “Jika
engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai
aku menerangkannya kepadamu.”
71
فَانْطَلَقَاۗ حَتّٰٓى اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَاۗ
قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَاۚ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا
Fanṭalaqā, ḥattā iżā rakibā fis-safīnati khara ahā, qāla
akharaqtahā litugriqa ahlahā, laqad ji'ta syai'an imrā(n).
Kemudian, berjalanlah
keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya. Dia (Musa) berkata,
“Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau
telah berbuat suatu kesalahan yang besar.”
72
قَالَ اَلَمْ اَقُلْ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
Qāla alam aqul innaka
lan tastaṭī‘a ma‘iya ṣabrā(n).
Dia berkata, “Bukankah
sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar
bersamaku?”
73
قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ وَلَا تُرْهِقْنِيْ مِنْ
اَمْرِيْ عُسْرًا
Qāla lā tu'ākhiżnī
bimā nasītu wa lā turhiqnī min amrī ‘usrā(n).
Dia (Musa) berkata,
“Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau
membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku.”
74
فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ
اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا
۔
Fanṭalaqā, ḥattā iżā laqiyā gulāman fa qatalah(ū), qāla
aqatalta nafsan zakiyyatam bigairi nafs(in), laqad ji'ta syai'an nukrā(n).
Kemudian, berjalanlah
keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia membunuhnya. Dia
(Musa) berkata, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia
membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang
sangat mungkar.”
75
۞ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ
صَبْرًا
Qāla alam aqul laka
innaka lan tastaṭī‘a ma‘iya ṣabrā(n).
Dia berkata, “Bukankah
sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar
bersamaku?”
76
قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ
قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا
Qāla in sa'altuka ‘an
syai'im ba‘dahā falā tuṣāḥibnī, qad balagta mil
ladunnī ‘użrā(n).
Dia (Musa) berkata,
“Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau
memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar
dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku.”
77
فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَتَيَآ اَهْلَ قَرْيَةِ
ِۨاسْتَطْعَمَآ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا
جِدَارًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗقَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ
عَلَيْهِ اَجْرًا
Fanṭalaqā, ḥattā iżā atayā ahla qaryatinistaṭ‘amā ahlahā fa abau ay yuḍayyifūhumā fa wajadā fīhā
jidāray yurīdu ay yaqaḍḍa fa aqāmah(ū), qāla lau syi'ta lattakhażta ‘alaihi
ajrā(n).
Lalu, keduanya
berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua
meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya.
Kemudian, keduanya mendapati dinding (rumah) yang hampir roboh di negeri itu,
lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau
dapat meminta imbalan untuk itu.”
78
قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ
بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا
Qāla hāżā firāqu bainī
wa bainik(a), sa'unabbi'uka bita'wīli mā lam tastaṭī‘ ‘alaihi ṣabrā(n).
Dia berkata, “Inilah
(waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu
makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.
79
اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى
الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ
كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا
Ammas-safīnatu fa
kānat limasākīna ya‘malūna fil-baḥri fa arattu an a‘ībahā,
wa kāna warā'ahum malikuy ya'khużu kulla safīnatin gaṣbā(n).
Adapun perahu itu
adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud
membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja (zalim) yang
mengambil setiap perahu (yang baik) secara paksa.
80
وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ
اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ۚ
Wa ammal-gulāmu fa
kāna abawāhu mu'minaini fa khasyīnā ay yurhiqahumā ṭugyānaw wa kufrā(n).
Adapun anak itu (yang
aku bunuh), kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa
kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur.
81
فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ
زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا
Fa aradnā ay
yubdilahumā rabbuhumā khairam minhu zakātaw wa aqraba ruḥmā(n).
Maka, kami menghendaki
bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik
kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).
82
وَاَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى
الْمَدِيْنَةِ وَكَانَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا
ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا
رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا
لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًاۗ ࣖ
Wa ammal-jidāru fa
kāna ligulāmaini yatīmaini fil-madīnati wa kāna taḥtahū kanzul lahumā wa kāna abūhumā ṣāliḥā(n), fa arāda rabbuka ay yablugā asyuddahumā
wa yastakhrijā kanzahumā raḥmatam mir rabbik(a), wa mā fa‘altuhū ‘an amrī,
żālika ta'wīlu mā lam tasṭī‘ ‘alaihi ṣabrā(n).
Adapun dinding (rumah)
itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta
milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu
menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku
(sendiri). Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.”
83
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنْ ذِى الْقَرْنَيْنِۗ قُلْ سَاَتْلُوْا
عَلَيْكُمْ مِّنْهُ ذِكْرًا ۗ
Wa yas'alūnaka ‘an żil
qarnain(i), qul sa'atlū ‘alaikum minhu żikrā(n).
Mereka bertanya
kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Zulqarnain. Katakanlah, “Akan aku bacakan
kepadamu sebagian kisahnya.”
84
اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَيْنٰهُ مِنْ كُلِّ
شَيْءٍ سَبَبًا ۙ
Innā makkannā lahū
fil-arḍi wa ātaināhu min kulli syai'in sababā(n).
Sesungguhnya Kami
telah memberi kedudukan kepadanya di bumi dan Kami telah memberikan jalan
kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.
85
فَاَتْبَعَ سَبَبًا
Fa atba‘a sababā(n).
Maka, dia menyusuri
suatu jalan.
86
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ
عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ
اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا
Ḥattā iżā balaga magribasy-syamsi wajadahā
tagrubu fī ‘ainin ḥami'atiw wa wajada ‘indahā qaumā(n), qulnā yā żal-qarnaini
immā an tu‘ażżiba wa immā an tattakhiża fīhim ḥusnā(n).
Hingga ketika telah
sampai ke tempat terbenamnya matahari,453) dia mendapatinya
terbenam di dalam mata air panas lagi berlumpur hitam. Di sana dia menemukan
suatu kaum (yang tidak mengenal agama). Kami berfirman, “Wahai Zulqarnain,
engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan kepada mereka (dengan mengajak
mereka beriman).”
Catatan
Kaki
453) Sampai di pantai sebelah barat, tempat
Zulqarnain melihat matahari sedang terbenam.
87
قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ
اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا
Qāla ammā man ẓalama fa saufa nu‘ażżibuhū ṡumma yuraddu ilā
rabbihī fa yu‘ażżibuhū ‘ażāban nukrā(n).
Dia (Zulqarnain)
berkata, “Adapun orang yang berbuat zalim akan kami hukum. Lalu, dia akan
dikembalikan kepada Tuhannya. Kemudian, Dia mengazabnya dengan azab yang sangat
keras.
88
وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً
ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ
Wa ammā man āmana wa
‘amila ṣāliḥan fa lahū jazā'anil-ḥusnā, wa sanaqūlu lahū min amrinā yusrā(n).
Adapun orang yang
beriman dan beramal saleh mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan dan
akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.”
89
ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا
Ṡumma atba‘a sababā(n).
Kemudian, dia
mengikuti suatu jalan (yang lain).
90
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلٰى
قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَلْ لَّهُمْ مِّنْ دُوْنِهَا سِتْرًا ۙ
Ḥattā iżā balaga maṭli‘asy-syamsi wajadahā taṭlu‘u ‘alā qaumil lam
naj‘al lahum min dūnihā sitrā(n).
Hingga ketika sampai
di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia mendapatinya terbit pada suatu
kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari
itu.454)
Catatan
Kaki
454) Menurut sebagian mufasir, golongan yang
ditemui Zulqarnain itu adalah umat yang miskin.
91
كَذٰلِكَۗ وَقَدْ اَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا
Każālik(a), wa qad aḥaṭnā bimā ladaihi khubrā(n).
Demikianlah
(kisahnya). Sungguh, Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya
(Zulqarnain).
92
ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا
Ṡumma atba‘a sababā(n).
Kemudian, dia
mengikuti suatu jalan (yang lain lagi).
93
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمَا
قَوْمًاۙ لَّا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ قَوْلًا
Ḥattā iżā balaga bainas-saddaini wajada min dūnihimā
qaumal lā yakādūna yafqahūna qaulā(n).
Hingga ketika sampai
di antara dua gunung, dia mendapati di balik keduanya (kedua gunung itu) suatu
kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.455)
Catatan
Kaki
455) Mereka tidak dapat memahami bahasa orang lain
karena bahasa mereka sangat jauh bedanya dari bahasa yang lain dan mereka pun
tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangcerdasan
mereka.
94
قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ
مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ
بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Qālū yā żal-qarnaini
inna ya'jūja wa ma'jūja mufsidūna fil-arḍi fahal naj‘alu laka
kharjan ‘alā an taj‘alā bainanā wa bainahum saddā(n).
Mereka berkata, “Wahai
Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj456) adalah (bangsa)
pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau
membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?”
Catatan
Kaki
456) Ya’juj dan Ma’juj ialah dua bangsa yang
berbuat kerusakan di bumi.
95
قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ
بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ۙ
Qāla mā makkannī fīhi
rabbī fa a‘īnūnī biquwwatin aj‘al bainakum wa bainahum radmā(n).
Dia (Zulqarnain)
berkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadaku oleh Tuhanku lebih baik (daripada
apa yang kamu tawarkan). Maka, bantulah aku dengan kekuatan agar aku dapat
membuatkan tembok penghalang antara kamu dan mereka.
96
اٰتُوْنِيْ زُبَرَ الْحَدِيْدِۗ حَتّٰىٓ اِذَا سَاوٰى بَيْنَ
الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوْا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَعَلَهٗ نَارًاۙ قَالَ
اٰتُوْنِيْٓ اُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا ۗ
Ātūnī zubaral-ḥadīd(i), ḥattā iżā sāwā bainaṣ-ṣadafaini qālanfukhū, ḥattā iżā ja‘alahū nārā(n), qāla ātūnī ufrig ‘alaihi qiṭrā(n).
Berilah aku
potongan-potongan besi.” Hingga ketika (potongan besi) itu telah (terpasang)
sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulqarnain) berkata, “Tiuplah
(api itu).” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun
berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi
panas itu).”
97
فَمَا اسْطَاعُوْٓا اَنْ يَّظْهَرُوْهُ وَمَا اسْتَطَاعُوْا لَهٗ
نَقْبًا
Famasṭā‘ū ay yaẓharūhu wa mastaṭā‘ū lahū naqbā(n).
Maka, mereka (Ya’juj
dan Ma’juj) tidak mampu mendakinya dan tidak mampu (pula) melubanginya.
98
قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ
رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ
Qāla hāżā raḥmatum mir rabbī, fa iżā jā'a wa‘du rabbī ja‘alahū dakkā'(a), wa
kāna wa‘du rabbī ḥaqqā(n).
Dia (Zulqarnain)
berkata, “(Tembok) ini adalah rahmat dari Tuhanku. Apabila janji Tuhanku telah
tiba, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Janji Tuhanku itu benar.”
99
۞ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ
وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا ۙ
Wa taraknā ba‘ḍahum yauma'iżiy yamūju fī ba‘ḍiw wa nufikha fiṣ-ṣūri fa jama‘nāhum jam‘ā(n).
Pada hari itu Kami
biarkan sebagian mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur dengan sebagian yang lain.
(Apabila) sangkakala ditiup (lagi), Kami benar-benar akan mengumpulkan mereka
seluruhnya.
100
وَّعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَىِٕذٍ لِّلْكٰفِرِيْنَ عَرْضًا ۙ
Wa ‘araḍnā jahannama yauma'iżil lil-kāfirīna ‘arḍā(n).
Kami perlihatkan
(neraka) Jahanam dengan jelas pada hari itu kepada orang-orang kafir,
101
ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ
وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا ࣖ
Allażīna kānat
a‘yunuhum fī giṭā'in ‘an żikrī wa kānū lā yastaṭī‘ūna sam‘ā(n).
(yaitu)
orang-orang yang mata (hati)-nya dalam keadaan tertutup dari ingat kepada-Ku
dan mereka tidak sanggup mendengar.
102
اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ
مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ
نُزُلًا
Afaḥasibal-lażīna kafarū ay yattakhiżū ‘ibādī min dūnī auliyā'(a),
innā a‘tadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulā(n).
Maka, apakah
orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku
menjadi penolong selain Aku?457) Sesungguhnya
Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang
kafir.
Catatan
Kaki
457) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
103
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ
Qul hal nunabbi'ukum
bil-akhsarīna a‘mālā(n).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi
perbuatannya kepadamu?”
104
اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ
يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
Al-lażīna ḍalla sa‘yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum
yaḥsabūna annahum yuḥsinūna ṣun‘ā(n).
(Yaitu)
orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka
mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
105
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ
وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ
وَزْنًا
Ulā'ikal-lażīna kafarū
bi'āyāti rabbihim wa liqā'ihī fa ḥabiṭat a‘māluhum falā nuqīma lahum yaumal-qiyāmati waznā(n).
Mereka itu adalah
orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan (kufur pula terhadap)
pertemuan dengan-Nya.458) Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak
memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.
Catatan
Kaki
458) Tidak mengimani hari Kiamat.
106
ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا
اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا
Żālika jazā'uhum
jahannamu bimā kafarū wattakhażū āyātī wa rusulī huzuwā(n).
Itulah balasan mereka
(berupa neraka) Jahanam karena mereka telah kufur serta menjadikan ayat-ayat-Ku
dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan.
107
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ
جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ
Innal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai
tempat tinggal.
108
خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا
Khālidīna fīhā lā
yabgūna ‘anhā ḥiwalā(n).
Mereka kekal di
dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.
109
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ
الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ
مَدَدًا
Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimāṭu rabbī wa lau ji'nā
bimiṡlihī madadā(n).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai
(ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
110
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ
اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ
Qul innamā ana
basyarum miṡlukum yūḥā ilayya annamā
ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), faman kāna yarjū liqā'a rabbihī falya‘mal
‘amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi‘ibādati
rabbihī aḥadā(n).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang
mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak
menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.
Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Al-Kahfi 1-110 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.