Tap Zoom Image
Download ImageDETAIL
1
الۤرٰ
ۗ كِتٰبٌ اُحْكِمَتْ اٰيٰتُهٗ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَّدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍۙ
Alif
lām rā, kitābun uḥkimat āyātuhū ṡumma fuṣṣilat
mil ladun ḥakīmin khabīr(in).
Alif
Lām Rā. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya telah disusun dengan rapi kemudian
dijelaskan secara terperinci (dan diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Teliti.
2
اَلَّا
تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۗاِنَّنِيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌۙ
Allā
ta‘budū illallāh(a), innanī lakum minhu nażīruw wa basyīr(un).
(Katakanlah
Nabi Muhammad,) “Janganlah kamu menyembah (sesuatu), kecuali Allah.
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya
untukmu.
3
وَّاَنِ
اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا
حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ
تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ
Wa
anistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yumatti‘kum matā‘an ḥasanan
ilā ajalim musammaw wa yu'ti kulla żī faḍlin faḍlah(ū),
wa in tawallau fa innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin kabīr(in).
Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan
memberi kesenangan yang baik kepadamu (di dunia) sampai waktu yang telah
ditentukan (kematian) dan memberikan pahala-Nya (di akhirat) kepada setiap
orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku takut kamu
(akan) ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).
4
اِلَى
اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Ilallāhi
marji‘ukum, wa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Kepada
Allahlah kembalimu. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
5
اَلَآ
اِنَّهُمْ يَثْنُوْنَ صُدُوْرَهُمْ لِيَسْتَخْفُوْا مِنْهُۗ اَلَا حِيْنَ
يَسْتَغْشُوْنَ ثِيَابَهُمْ ۙيَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَۚ
اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ۔
Alā
innahum yaṡnūna ṣudūrahum liyastakhfū minh(u), alā ḥīna
yastagsyūna ṡiyābahum, ya‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a), innahū ‘alīmum
biżātiṣ-ṣudūr(i).
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka menutupi (apa yang ada dalam) dada mereka untuk
menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka menyelimuti dirinya
dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka
nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (segala) isi hati.
6
۞ وَمَا
مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Wa
mā min dābbatin fil-arḍi illā ‘alallāhi rizquhā wa ya‘lamu mustaqarrahā wa
mustauda‘ahā, kullun fī kitābim mubīn(in).
Tidak
satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh
Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.350) Semua
(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).
Catatan
Kaki
350) Menurut
sebagian mufasir, yang dimaksud dengan tempat kediaman adalah dunia dan tempat
penyimpanan adalah akhirat. Menurut mufasir lain, maksud tempat kediaman adalah
rahim dan tempat penyimpanan adalah tulang sulbi.
7
وَهُوَ
الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ
عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ
اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Wa
huwal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmiw
wa kāna ‘arsyuhū ‘alal-mā'i liyabluwakum ayyukum aḥsanu
‘amalā(n), wa la'in qulta innakum mab‘ūṡūna mim ba‘dil-mauti
layaqūlannal-lażīna kafarū in hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Dialah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa351) serta
(sebelum itu) ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan) untuk menguji
kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau
(Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,”
niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak lain kecuali
sihir yang nyata.”
Catatan
Kaki
351)
Lihat catatan kaki surah al-A‘rāf (7): 54.
8
وَلَىِٕنْ
اَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا
يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ
بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ
Wa
la'in akhkharnā ‘anhumul-‘ażāba ilā ummatim ma‘dūdatil layaqūlunna mā yaḥbisuh(ū),
alā yauma ya'tīhim laisa maṣrūfan ‘anhum wa ḥāqa
bihim mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Sungguh,
jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya mereka
akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika datang kepada
mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka. Mereka dikepung oleh
(azab) yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.
9
وَلَىِٕنْ
اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ
لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ
Wa
la'in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma
naza‘nāhā ‘anh(u), innahū laya'ūsun kafūr(un).
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepada manusia suatu rahmat dari Kami kemudian Kami cabut
kembali darinya, sesungguhnya dia menjadi sangat berputus asa lagi sangat kufur
(terhadap nikmat Allah).
10
وَلَىِٕنْ
اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ
السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌۙ
Wa
la'in ażaqnāhu na‘mā'a ba‘da ḍarrā'a massathu layaqūlanna
żahabas-sayyi'ātu ‘annī, innahū lafariḥun fakhūr(un).
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepadanya (manusia) suatu nikmat setelah bencana yang
menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan itu dariku.”
Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sangat membanggakan diri.
11
اِلَّا
الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ
وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
Illal-lażīna
ṣabarū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāt(i),
ulā'ika lahum magfiratuw wa ajrun kabīr(un).
Kecuali,
orang-orang yang sabar dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan pahala yang
besar.
12
فَلَعَلَّكَ
تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَضَاۤىِٕقٌۢ بِهٖ صَدْرُكَ اَنْ
يَّقُوْلُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ اَوْ جَاۤءَ مَعَهٗ مَلَكٌ
ۗاِنَّمَآ اَنْتَ نَذِيْرٌ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ ۗ
Fa
la‘allaka tārikum ba‘ḍa mā yūḥā ilaika wa ḍā'ikum bihī ṣadruka
ay yaqūlū lau lā unzila ‘alaihi kanzun au jā'a ma‘ahū malak(un), innamā anta
nażīr(un), wallāhu ‘alā kulli syai'in wakīl(un).
Boleh
jadi engkau (Nabi Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang
diwahyukan kepadamu dan dadamu menjadi sempit karena (takut) mereka mengatakan,
“Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang malaikat
bersamanya?” Sesungguhnya engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah
adalah pemelihara segala sesuatu.
13
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ
وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Am
yaqūlūnaftarāh(u), qul fa'tū bi‘asyri suwarim miṡlihī
muftarayātiw wad‘ū manistaṭa‘tum min dūnillāhi in
kuntum ṣādiqīn(a).
Bahkan,
apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an)
itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh surah semisal
dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup
(mengundangnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
14
فَاِلَّمْ
يَسْتَجِيْبُوْا لَكُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اُنْزِلَ بِعِلْمِ اللّٰهِ وَاَنْ
لَّآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚفَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Fa
illam yastajībū lakum fa‘lamū annamā unzila bi‘ilmillāhi wa allā ilāha illā
huw(a), fahal antum muslimūn(a).
Jika
mereka tidak memenuhi ajakanmu, (katakanlah,) “Ketahuilah sesungguhnya ia
(Al-Qur’an) itu diturunkan dengan ilmu Allah dan (ketahui pula) bahwa tidak ada
tuhan kecuali Dia. Apakah kamu mau berserah diri (masuk Islam)?”
15
مَنْ
كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ
اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ
Man
kāna yurīdul-ḥayātad-dun-yā wa zīnatahā nuwaffi ilaihim a‘mālahum fīhā wa hum
fīhā lā yubkhasūn(a).
Siapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada
mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di
dunia tidak akan dirugikan.
16
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا
صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Ulā'ikal-lażīna
laisa lahum fil-ākhirati illan-nār(u), wa ḥabiṭa
mā ṣana‘ū fīhā wa bāṭilum mā kānū ya‘malūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka,
sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan batallah apa yang
dahulu selalu mereka kerjakan.
17
اَفَمَنْ
كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ
قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ
ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ
مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يُؤْمِنُوْنَ
Afaman
kāna ‘alā bayyinatim mir rabbihī wa yatlūhu syāhidum minhu wa min qablihī
kitābu mūsā imāmaw wa raḥmah(tan), ulā'ika yu'minūna bih(ī), wa may yakfur bihī minal-aḥzābi
fan-nāru mau‘iduhū falā taku fī miryatim minhu innahul-ḥaqqu
mir rabbika wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu'minūn(a).
Apakah
orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhannya, diikuti
oleh saksi352) dari-Nya, dan
sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat; mereka
beriman kepadanya (sama dengan orang kafir yang hanya menginginkan kehidupan
dunia)? Siapa yang mengingkarinya (Al-Qur’an) dari golongan-golongan (penentang
Rasulullah), nerakalah tempat kembalinya. Oleh karena itu, janganlah engkau
ragu terhadap Al-Qur’an. Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu kebenaran dari
Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Catatan
Kaki
352)
Saksi di sini dapat berarti Jibril a.s., Al-Qur’an, atau Muhammad saw.
18
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى
رَبِّهِمْ وَيَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى
رَبِّهِمْۚ اَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ
Wa
man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibā(n), ulā'ika yu‘raḍūna
‘alā rabbihim wa yaqūlul-asyhādu hā'ulā'il-lażīna każabū ‘alā rabbihim, alā
la‘natullāhi ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap
Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada tuhan mereka dan para saksi353) akan
berkata, “Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap tuhan mereka.”
Ketahuilah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.
Catatan
Kaki
353)
Yang dimaksud para saksi di sini adalah malaikat, nabi-nabi, dan anggota
badannya sendiri.
19
الَّذِيْنَ
يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۗ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ
هُمْ كفِٰرُوْنَ
Al-lażīna
yaṣuddūna ‘an sabīlillāhi wa yabgūnahā ‘iwajā(n), wa hum
bil-ākhirati hum kāfirūn(a).
(Yaitu)
mereka yang menghalang-halangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu
bengkok.354) Mereka itulah
orang-orang yang kufur terhadap hari akhir.
Catatan
Kaki
354)
Maksud ayat ini adalah bahwa mereka berusaha agar orang lain mengingkari agama
yang benar.
20
اُولٰۤىِٕكَ
لَمْ يَكُوْنُوْا مُعْجِزِيْنَ فِى الْاَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ
اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ۘ يُضٰعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ ۗمَا كَانُوْا
يَسْتَطِيْعُوْنَ السَّمْعَ وَمَا كَانُوْا يُبْصِرُوْنَ
Ulā'ika
lam yakūnū mu‘jizīna fil-arḍi wa mā kāna lahum min
dūnillāhi min auliyā'(a), yuḍā‘afu lahumul-‘ażāb(u), mā
kānū yastaṭī‘ūnas-sam‘a wa mā kānū yubṣirūn(a).
Mereka
tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi dan tidak akan ada bagi mereka
penolong355) selain Allah. Azab
itu akan dilipatgandakan kepada mereka (di akhirat kelak). Mereka tidak mampu
mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat (kekuasaan Allah).
Catatan
Kaki
355)
Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
21
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Ulā'ikal-lażīna
khasirū anfusahum wa ḍalla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan lenyaplah dari mereka
sesuatu (sesembahan) yang selalu mereka ada-adakan.
22
لَاجَرَمَ
اَنَّهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ هُمُ الْاَخْسَرُوْنَ
Lā
jarama annahum fil-ākhirati humul-akhsarūn(a).
Tidak
diragukan bahwa sesungguhnya mereka (kelak) di akhirat adalah orang-orang yang
paling merugi.
23
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَتُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْۙ
اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Innal-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa akhbatū ilā rabbihim, ulā'ika aṣḥābul-jannati
hum fīhā khālidūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta merendahkan diri kepada Tuhan,
mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
24
۞
مَثَلُ الْفَرِيْقَيْنِ كَالْاَعْمٰى وَالْاَصَمِّ وَالْبَصِيْرِ وَالسَّمِيْعِۗ
هَلْ يَسْتَوِيٰنِ مَثَلًا ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ࣖ
Maṡalul-farīqaini
kal-a‘mā wal-aṣammi wal-baṣīri was-samī‘(i), hal
yastawiyāni maṡalā(n), afalā tażakkarūn(a).
Perumpamaan
kedua golongan (kafir dan mukmin) seperti orang buta dan orang tuli dengan
orang yang dapat melihat dan yang dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu?
Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
25
وَلَقَدْ
اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖٓ اِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۙ
Wa
laqad arsalnā nūḥan ilā qaumihī innī lakum nażīrum mubīn(un).
Sungguh,
Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya. (Dia berkata,)
“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu
26
اَنْ
لَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
اَلِيْمٍ
Allā
ta‘budū illallāh(a), innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin alīm(in).
agar
kamu tidak menyembah (sesuatu) kecuali Allah. Sesungguhnya aku khawatir bahwa
kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang (siksanya) sangat pedih.”
27
فَقَالَ
الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا
مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ
الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ
كٰذِبِيْنَ
Fa
qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā
wa mā narākattaba‘aka illal-lażīna hum arāżilunā bādiyar-ra'y(i), wa mā narā
lakum ‘alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīn(a).
Maka,
berkatalah para pemuka yang kufur dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau,
melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami. Kami tidak melihat
orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang hina dina di antara
kami yang lekas percaya begitu saja. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu
kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah para
pembohong.”
28
قَالَ
يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَاٰتٰىنِيْ
رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِهٖ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْۗ اَنُلْزِمُكُمُوْهَا وَاَنْتُمْ
لَهَا كٰرِهُوْنَ
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa ātānī raḥmatam
min ‘indihī fa ‘ummiyat ‘alaikum, anulzimukumūhā wa antum lahā kārihūn(a).
Dia
(Nuh) berkata, “Wahai kaumku, apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang
nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rahmat dari sisi-Nya, tetapi (rahmat
itu) disamarkan bagimu? Apakah kami akan memaksamu untuk menerimanya, padahal
kamu tidak menyukainya?
29
وَيٰقَوْمِ
لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ وَمَآ
اَنَا۠ بِطَارِدِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ
وَلٰكِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُوْنَ
Wa
yā qaumi lā as'alukum ‘alaihi mālā(n), in ajriya illā ‘alallāhi wa mā ana biṭāridil-lażīna
āmanū, innahum mulāqū rabbihim wa lākinnī arākum qauman tajhalūn(a).
Wahai
kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan) atas
seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir
orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya (di
akhirat), tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.
30
وَيٰقَوْمِ
مَنْ يَّنْصُرُنِيْ مِنَ اللّٰهِ اِنْ طَرَدْتُّهُمْ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Wa
yā qaumi may yanṣurunī minallāhi in ṭarattuhum, afalā
tażakkarūn(a).
Wahai
kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir
mereka (orang-orang yang beriman itu)? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
31
وَلَآ
اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ
اَقُوْلُ اِنِّيْ مَلَكٌ وَّلَآ اَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ تَزْدَرِيْٓ اَعْيُنُكُمْ
لَنْ يُّؤْتِيَهُمُ اللّٰهُ خَيْرًا ۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ
ۚاِنِّيْٓ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Wa
lā aqūlu lakum ‘indī khazā'inullāhi wa lā a‘lamul-gaiba wa lā aqūlu innī
malakuw wa lā aqūlu lil-lażīna tazdarī a‘yunukum lay yu'tiyahumullāhu
khairā(n), allāhu a‘lamu bimā fī anfusihim, innī iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).
Aku
tidak mengatakan kepadamu bahwa aku mempunyai perbendaharaan (rezeki) Allah.
Aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya
aku adalah malaikat. Aku tidak (juga) mengatakan kepada orang-orang yang
dipandang hina oleh penglihatanmu bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan
kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Jika
demikian, sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.”
32
قَالُوْا
يٰنُوْحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَاَ كْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ
اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
Qālū
yā nūḥu qad jādaltanā fa akṡarta jidālanā
fa'tinā bimā ta‘idunā in kunta minaṣ-ṣādiqīn(a).
Mereka
berkata, “Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami dan engkau
telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka, datangkanlah kepada kami
azab yang engkau ancamkan jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
33
قَالَ
اِنَّمَا يَأْتِيْكُمْ بِهِ اللّٰهُ اِنْ شَاۤءَ وَمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ
Qāla
innamā ya'tīkum bihillāhu in syā'a wa mā antum bimu‘jizīn(a).
Dia
(Nuh) menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang akan mendatangkannya (azab)
kepadamu jika Dia menghendaki dan sekali-kali kamu tidak akan dapat melepaskan
diri (darinya).
34
وَلَا
يَنْفَعُكُمْ نُصْحِيْٓ اِنْ اَرَدْتُّ اَنْ اَنْصَحَ لَكُمْ اِنْ كَانَ اللّٰهُ
يُرِيْدُ اَنْ يُّغْوِيَكُمْ ۗهُوَ رَبُّكُمْ ۗوَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَۗ
Wa
lā yanfa‘ukum nuṣḥī in arattu an anṣaḥa
lakum in kānallāhu yurīdu ay yugwiyakum, huwa rabbukum, wa ilaihi turja‘ūn(a).
Nasihatku
tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin menasihatimu, sekiranya Allah
hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.”
35
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُۗ قُلْ اِنِ افْتَرَيْتُهٗ فَعَلَيَّ اِجْرَامِيْ وَاَنَا۠
بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُجْرِمُوْنَ ࣖ
Am
yaqūlūnaftarāh(u), qul iniftaraituhū fa ‘alayya ijrāmī wa ana barī'um mimmā
tujrimūn(a).
Bahkan,
mereka (orang kafir Makkah) berkata, “Dia cuma mengada-adakannya (Al-Qur’an).”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika aku mengada-adakannya, akulah yang akan
memikul dosanya dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat.”
36
وَاُوْحِيَ
اِلٰى نُوْحٍ اَنَّهٗ لَنْ يُّؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ اِلَّا مَنْ قَدْ اٰمَنَ فَلَا
تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَۖ
Wa
ūḥiya ilā nūḥin annahū lay yu'mina min qaumika illā man qad āmana falā
tabta'is bimā kānū yaf‘alūn(a).
Diwahyukan
(oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara
kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau
bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat.
37
وَاصْنَعِ
الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ
ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ
Waṣna‘il-fulka
bi'a‘yuninā wa waḥyinā wa lā tukhāṭibnī fil-lażīna ẓalamū,
innahum mugraqūn(a).
Buatlah
bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau
bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan.”
38
وَيَصْنَعُ
الْفُلْكَۗ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَاٌ مِّنْ قَوْمِهٖ سَخِرُوْا مِنْهُ
ۗقَالَ اِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَاِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَۗ
Wa
yaṣna‘ul-fulk(a), wa kullamā marra ‘alaihi mala'um min qaumihī
sakhirū minh(u), qāla in taskharū minnā fa innā naskharu minkum kamā
taskharūn(a).
Mulailah
dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan
melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami,
sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami).
39
فَسَوْفَ
تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ يَّأْتِيْهِ عَذَابٌ يُّخْزِيْهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ
مُّقِيْمٌ
Fa
saufa ta‘lamūn(a), may ya'tīhi ‘ażābuy yukhzīhi wa yaḥillu
‘alaihi ‘ażābum muqīm(un).
Maka,
kelak kamu mengetahui siapa (di antara kita) yang akan ditimpa azab yang
menghinakan dan (siapa pula) yang akan ditimpa azab yang kekal.”
40
حَتّٰىٓ
اِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ قُلْنَا احْمِلْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ
زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ
اٰمَنَ ۗوَمَآ اٰمَنَ مَعَهٗٓ اِلَّا قَلِيْلٌ
Ḥattā
iżā jā'a amrunā wafārat-tannūr(u), qulnaḥmil fīhā min kullin
zaujainiṡnaini wa ahlaka illā man sabaqa ‘alaihil-qaulu wa man āman(a),
wa mā āmana ma‘ahū illā qalīl(un).
(Demikianlah,)
hingga apabila perintah Kami datang (untuk membinasakan mereka) dan tanur
(tungku) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya
(bahtera itu) dari masing-masing (jenis hewan) sepasang-sepasang (jantan dan
betina), keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu (akan
ditenggelamkan), dan (muatkan pula) orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman
bersamanya (Nuh), kecuali hanya sedikit.
41
۞
وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ
رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wa
qālarkabū fīhā bismillāhi majrêhā wa mursāhā, inna rabbī lagafūrur raḥīm(un).
Dia
(Nuh) berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya (bahtera) dengan (menyebut) nama
Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya Tuhanku benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
42
وَهِيَ
تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِۗ وَنَادٰى نُوْحُ ِۨابْنَهٗ وَكَانَ
فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ
Wa
hiya tajrī bihim fī maujin kal-jibāl(i), wa nādā nūḥunibnahū
wa kāna fī ma‘ziliy yā bunayyarkam ma‘anā wa lā takum ma‘al-kāfirīn(a).
Bahtera
itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung-gunung. Nuh
memanggil anaknya, sedang dia (anak itu) berada di tempat (yang jauh)
terpencil, “Wahai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah
engkau bersama orang-orang kafir.”
43
قَالَ
سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ
الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا
الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ
Qāla
sa'āwī ilā jabaliy ya‘ṣimunī minal-mā'(i), qāla lā ‘āṣimal-yauma
min amrillāhi illā ma raḥim(a), wa ḥāla bainahumal-mauju fa kāna minal-mugraqīn(a).
Dia
(anaknya) menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku
dari air (bah).” (Nuh) berkata, “Tidak ada penyelamat pada hari ini dari
ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati oleh-Nya.” Gelombang menjadi
penghalang antara keduanya, maka jadilah dia (anak itu) termasuk orang-orang
yang ditenggelamkan.
44
وَقِيْلَ
يٰٓاَرْضُ ابْلَعِيْ مَاۤءَكِ وَيٰسَمَاۤءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَاۤءُ
وَقُضِيَ الْاَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ
الظّٰلِمِيْنَ
Wa
qīla yā arḍubla‘ī mā'aki wa yā samā'u aqli‘ī wa gīḍal-mā'u
wa quḍiyal-amru wastawat ‘alal-jūdiyyi wa qīla bu‘dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Difirmankan
(oleh Allah), “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah
(mencurahkan hujan).” Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para
pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas gunung Judiy,356) dan
dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.”
Catatan
Kaki
356) Gunung
Judiy terletak di Armenia sebelah selatan dan berbatasan dengan Mesopotamia.
45
وَنَادٰى
نُوْحٌ رَّبَّهٗ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابْنِيْ مِنْ اَهْلِيْۚ وَاِنَّ وَعْدَكَ
الْحَقُّ وَاَنْتَ اَحْكَمُ الْحٰكِمِيْنَ
Wa
nādā nūḥur rabbahū fa qāla rabbi innabnī min ahlī, wa inna wa‘dakal-ḥaqqu
wa anta aḥkamul-ḥākimīn(a).
Nuh
memohon kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah
termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah
hakim yang paling adil.”
46
قَالَ
يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا
تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ
الْجٰهِلِيْنَ
Qāla
yā nūḥu innahū laisa min ahlik(a), innahū ‘amalun gairu ṣāliḥ(in),
falā tas'alnī mā laisa laka bihī ‘ilm(un), innī a‘iẓuka
an takūna minal-jāhilīn(a).
Dia
(Allah) berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu
karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau
memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sesungguhnya
Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh.”
47
قَالَ
رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ
ۗوَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ
Qāla
rabbi innī a‘ūżu bika an as'alaka mā laisa lī bihī ‘ilm(un), wa illā tagfir lī
wa tarḥamnī akum minal-khāsirīn(a).
(Nuh)
berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon
sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku
dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang
yang merugi.”
48
قِيْلَ
يٰنُوْحُ اهْبِطْ بِسَلٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اُمَمٍ مِّمَّنْ
مَّعَكَ ۗوَاُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Qīla
yā nūḥuhbiṭ bisalāmim minnā wa barakātin ‘alaika wa ‘alā umamim mimmam
ma‘ak(a), wa umamun sanumatti‘uhum ṡumma yamassuhum
minnā ‘ażābun alīm(un).
Dikatakan
(melalui wahyu), “Wahai Nuh, turunlah (dari bahteramu) dengan penuh keselamatan
dari Kami dan penuh keberkahan atasmu serta umat-umat (mukmin) yang bersamamu.
Ada pula umat-umat (kafir) yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia),
kemudian mereka akan ditimpa azab dari Kami yang sangat pedih.”
49
تِلْكَ
مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهَآ اِلَيْكَ ۚمَا كُنْتَ تَعْلَمُهَآ
اَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هٰذَاۚ فَاصْبِرْۚ اِنَّ الْعَاقِبَةَ
لِلْمُتَّقِيْنَ ࣖ
Tilka
min ambā'il-gaibi nūḥīhā ilaik(a), mā kunta ta‘lamuhā anta wa lā qaumuka min qabli
hāżā, faṣbir, innal-‘āqibata lil-muttaqīn(a).
Itu
adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Nabi
Muhammad). Tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum
ini. Maka, bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan (yang baik) adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.
50
وَاِلٰى
عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ
اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا مُفْتَرُوْنَ
Wa
ilā ‘ādin akhāhum hūdā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin
gairuh(ū), in antum illā muftarūn(a).
Kepada
(kaum) ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini)
kamu hanyalah mengada-ada (dengan mempersekutukan Allah).
51
يٰقَوْمِ
لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا ۗاِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى الَّذِيْ
فَطَرَنِيْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Yā
qaumi lā as'alukum ‘alaihi ajrā(n), in ajriya illā ‘alal-lażī faṭaranī,
afalā ta‘qilūn(a).
(Hud
berkata,) “Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu imbalan (sedikit pun) atas
(seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari (Tuhan) yang telah menciptakanku. Apakah
kamu tidak mengerti?
52
وَيٰقَوْمِ
اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ
عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا
تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ
Wa
yā qaumistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi
yursilis-samā'a ‘alaikum midrāraw wa yazidkum quwwatan ilā quwwatikum wa lā
tatawallau mujrimīn(a).
Wahai
kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya!
Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan
kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang
yang berdosa.”
53
قَالُوْا
يٰهُوْدُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَّمَا نَحْنُ بِتَارِكِيْٓ اٰلِهَتِنَا عَنْ
قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ
Qālū
yā hūdu mā ji'tanā bibayyinatiw wa mā naḥnu bitārikī
ālihatinā ‘an qaulika wa mā naḥnu laka bimu'minīn(a).
Mereka
(kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang
nyata kepada kami dan kami tidak akan (pernah) meninggalkan sembahan kami
karena perkataanmu serta kami tidak akan (pernah) percaya kepadamu.
54
اِنْ
نَّقُوْلُ اِلَّا اعْتَرٰىكَ بَعْضُ اٰلِهَتِنَا بِسُوْۤءٍ ۗقَالَ اِنِّيْٓ
اُشْهِدُ اللّٰهَ وَاشْهَدُوْٓا اَنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
In
naqūlu illa‘tarāka ba‘ḍu ālihatinā bisū'(in), qāla innī usyhidullāha wasyhadū annī
barī'um mimmā tusyrikūn(a).
Kami
hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila
atas dirimu.” Dia (Hud) menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan Allah (sebagai)
saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
55
مِنْ
دُوْنِهٖ فَكِيْدُوْنِيْ جَمِيْعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُوْنِ
Min
dūnihī fa kīdūnī jamī‘an ṡumma lā tunẓirūn(i).
dengan
(tuhan-tuhan) selain Dia. Oleh karena itu, lakukanlah semua tipu dayamu
terhadapku dan janganlah kamu tunda-tunda lagi.
56
اِنِّيْ
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ رَبِّيْ وَرَبِّكُمْ ۗمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ اِلَّا هُوَ
اٰخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Innī
tawakkaltu ‘alallāhi rabbī wa rabbikum, mā min dābbatin illā huwa ākhiżum bināṣiyatihā,
inna rabbī ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Sesungguhnya
aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk yang
bergerak (di atas bumi) melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya
(menguasainya). Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus (adil).
57
فَاِنْ
تَوَلَّوْا فَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ مَّآ اُرْسِلْتُ بِهٖٓ اِلَيْكُمْ
ۗوَيَسْتَخْلِفُ رَبِّيْ قَوْمًا غَيْرَكُمْۗ وَلَا تَضُرُّوْنَهٗ شَيْـًٔا ۗاِنَّ
رَبِّيْ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ
Fa
in tawallau faqad ablagtukum mā ursiltu bihī ilaikum, wa yastakhlifu rabbī
qauman gairakum, wa lā taḍurrūnahū syai'ā(n), inna rabbī ‘alā kulli syai'in ḥafīẓ(un).
Maka,
jika kamu berpaling, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu apa yang menjadi
tugasku sebagai rasul kepadamu. Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang
lain, sedangkan kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikit pun.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.”
58
وَلَمَّا
جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُوْدًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ
مِّنَّاۚ وَنَجَّيْنٰهُمْ مِّنْ عَذَابٍ غَلِيْظٍ
Wa
lammā jā'a amrunā najjainā hūdaw wal-lażīna āmanū ma‘ahū biraḥmatim
minnā, wa najjaināhum min ‘ażābin galīẓ(in).
Ketika
keputusan (azab) Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman
bersamanya dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari
azab yang dahsyat.
59
وَتِلْكَ
عَادٌ ۖجَحَدُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهٗ وَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ
كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ
Wa
tilka ‘ādun jaḥadū bi'āyāti rabbihim wa ‘aṣau rusulahū
wattaba‘ū amra kulli jabbārin ‘anīd(in).
Itulah
(kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan, mendurhakai
rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi
keras kepala.
60
وَاُتْبِعُوْا
فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ عَادًا
كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُوْدٍ ࣖ
Wa
utbi‘ū fī hażihid-dun-yā la‘nataw wa yaumal-qiyāmah(ti), alā inna ‘ādan kafarū
rabbahum, alā bu‘dal li‘ādin qaumi hūd(in).
Mereka
selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula kelak) di hari
Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya (kaum) ‘Ad itu kufur kepada Tuhan mereka. Ingatlah
bahwa (kaum) ‘Ad, yakni (kaum) Hud, benar-benar telah binasa.
61
۞
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا
لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ
وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ
رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
Wa
ilā ṡamūda akhāhum ṣālihā(n), qāla yā
qaumi‘budullāḥa mā lakum min ilāhin gairuh(ū), huwa ansya'akum minal-arḍi
wasta‘marakum fīhā fastagfirūhu ṡumma tūbū ilaih(i),
inna rabbī qarībum mujīb(un).
Kepada
(kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah
menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.357) Oleh
karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).”
Catatan
Kaki
357)
Manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkannya.
62
قَالُوْا
يٰصٰلِحُ قَدْ كُنْتَ فِيْنَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هٰذَآ اَتَنْهٰىنَآ اَنْ
نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَا وَاِنَّنَا لَفِيْ شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ
اِلَيْهِ مُرِيْبٍ
Qālū
yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwan qabla hāżā atanhānā an na‘buda mā ya‘budu
ābā'unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad‘ūnā ilaihi murīb(in).
Mereka
(kaum Samud) berkata, “Wahai Saleh, sebelum ini engkau benar-benar merupakan
orang yang diharapkan di tengah-tengah kami. Apakah engkau melarang kami
menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sesungguhnya kami
benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa (agama) yang engkau
serukan kepada kami.”
63
قَالَ
يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْۗ وَاٰتٰىنِيْ
مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَّنْصُرُنِيْ مِنَ اللّٰهِ اِنْ عَصَيْتُهٗ ۗفَمَا
تَزِيْدُوْنَنِيْ غَيْرَ تَخْسِيْرٍ
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī, wa ātānī minhu raḥmatan
famay yanṣurunī minallāhi in ‘aṣaituh(ū), famā
tazīdūnanī gaira takhsīr(in).
Dia
(Saleh) berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku mempunyai bukti
yang nyata dari Tuhanku dan Dia memberikan kepadaku rahmat (kenabian). Siapa yang
akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya? Kamu tidak akan
pernah menambah apa pun untukku selain kerugian.
64
وَيٰقَوْمِ
هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ
وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيْبٌ
Wa
yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī arḍillāhi
wa lā tamassūhā bisū'in fa ya'khużakum ‘ażābun qarīb(un).
Wahai
kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Oleh karena
itu, biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu memperlakukannya
dengan buruk yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa azab.”
65
فَعَقَرُوْهَا
فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ
مَكْذُوْبٍ
Fa
‘aqarūhā fa qāla tamatta‘ū fī dārikum ṡalāṡata
ayyām(in), żālika wa‘dun gairu makżūb(in).
Mereka
lalu menyembelih unta itu. Maka, dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua
di rumahmu selama tiga hari.358) Itu
adalah janji yang tidak dapat didustakan.”
Catatan
Kaki
358)
Perbuatan mereka membunuh unta itu adalah suatu pelanggaran terhadap larangan
Nabi Saleh a.s. Oleh sebab itu, Allah Swt. menjatuhkan kepada mereka hukuman
dengan membatasi sisa hidup mereka tiga hari saja. Maka, sebagai ejekan, mereka
disuruh bersuka ria selama tiga hari itu.
66
فَلَمَّا
جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا صٰلِحًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ
مِّنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِىِٕذٍ ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ
Falammā
jā'a amrunā najjainā ṣāliḥaw wal-lażīna āmanū ma‘ahū biraḥmatim
minnā wa min khizyi yaumi'iż(in), inna rabbaka huwal-qawiyyul-‘ażīz(u).
Ketika
keputusan Kami datang, Kami menyelamatkan Saleh dan orang-orang yang beriman
bersamanya berkat rahmat dari Kami serta (Kami menyelamatkannya juga) dari
kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.
67
وَاَخَذَ
الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ
Wa
akhażal-lażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥū fī dārihim jāṡimīn(a).
Suara
yang menggelegar juga menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati
bergelimpangan di rumah-rumah mereka.
68
كَاَنْ
لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَآ اِنَّ ثَمُوْدَا۟ كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا
بُعْدًا لِّثَمُوْدَ ࣖ
Ka
allam yagnau fīhā, alā inna ṡamūda kafarū rabbahum, alā
bu‘dal liṡamūd(a).
(Negeri
itu tampak tanpa bekas sama sekali) seakan-akan mereka belum pernah tinggal359) di
sana. Ingatlah sesungguhnya (kaum) Samud telah mengingkari Tuhan mereka.
Ingatlah, bahwa (kaum) Samud telah binasa.
Catatan
Kaki
359)
Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu sehingga mereka hancur
lebur, seolah-olah mereka tidak pernah ada.
69
وَلَقَدْ
جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰى قَالُوْا سَلٰمًا ۖقَالَ سَلٰمٌ
فَمَا لَبِثَ اَنْ جَاۤءَ بِعِجْلٍ حَنِيْذٍ
Wa
laqad jā'at rusulunā ibrāhīma bil-busyrā qālū salāmā(n), qāla salāmun famā labiṡa
an jā'a bi‘ijlin ḥanīż(in).
Sungguh,
utusan Kami (malaikat) benar-benar telah datang kepada Ibrahim dengan membawa
kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim) menjawab,
“Selamat.” Tidak lama kemudian, Ibrahim datang dengan membawa (suguhan) daging
anak sapi yang dipanggang.
70
فَلَمَّا
رَآٰ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً
ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ
Falammā
ra'ā aidiyahum lā taṣilu ilaihi nakirahum wa aujasa minhum khīfah(tan), qālū lā
takhaf innā ursilnā ilā qaumi lūṭ(in).
Ketika
(Ibrahim) melihat tangan mereka tidak menjamahnya, dia mencurigai dan memendam
rasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut!
Sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut (untuk menghancurkan mereka).”
71
وَامْرَاَتُهٗ
قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ
يَعْقُوْبَ
Wamra'atuhū
qā'imatun fa ḍaḥikat fa basysyarnāhā bi'isḥāq(a), wa miw warā'i
isḥāqa ya‘qūb(a).
Istrinya
berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira
tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya‘qub (putra Ishaq).
72
قَالَتْ
يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا
لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ
Qālat
yā wailatā a'alidu wa ana ‘ajūzuw wa hāżā ba‘lī syaikhā(n), inna hāżā lasyai'un
‘ajīb(un).
Dia
(istrinya) berkata, “Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan
(anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini
benar-benar sesuatu yang ajaib.”
73
قَالُوْٓا
اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ رَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكٰتُهٗ عَلَيْكُمْ
اَهْلَ الْبَيْتِۗ اِنَّهٗ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ
Qālū
ata‘jabīna min amrillāhi raḥmatullāhi wa barakātuh(ū),
‘alaikum ahlal-bait(i), innahū ḥamīdum majīd(un).
Mereka
(para malaikat) berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah?
(Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai
ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
74
فَلَمَّا
ذَهَبَ عَنْ اِبْرٰهِيْمَ الرَّوْعُ وَجَاۤءَتْهُ الْبُشْرٰى يُجَادِلُنَا فِيْ
قَوْمِ لُوْطٍ
Falammā
żahaba ‘an ibrāhīmar rau‘u wa jā'athul busyrā yujādilunā fī qaumi lūṭ(in).
Maka,
ketika rasa takut telah hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang
kepadanya, dia pun bermujadalah (berdiskusi) dengan (malaikat) Kami tentang
kaum Lut.
75
اِنَّ
اِبْرٰهِيْمَ لَحَلِيْمٌ اَوَّاهٌ مُّنِيْبٌ
Inna
ibrāhīma laḥalīmun awwāhum munīb(un).
Sesungguhnya
Ibrahim benar-benar penyantun, pengiba, lagi suka kembali (kepada Allah).
76
يٰٓاِبْرٰهِيْمُ
اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا ۚاِنَّهٗ قَدْ جَاۤءَ اَمْرُ رَبِّكَۚ وَاِنَّهُمْ اٰتِيْهِمْ
عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُوْدٍ
Yā
ibrāhīmu a‘riḍ ‘an hāżā, innahū qad jā'a amru rabbik(a), wa innahum ātīhim
‘ażābun gairu mardūd(in).
(Malaikat
berkata,) “Wahai Ibrahim, berpalinglah dari (mujadalah) ini! Sesungguhnya
ketetapan Tuhanmu benar-benar telah datang. Sesungguhnya mereka akan ditimpa
azab yang tidak dapat ditolak.”
77
وَلَمَّا
جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا
يَوْمٌ عَصِيْبٌ
Wa
lammā jā'at rusulunā lūṭan sī'a bihim wa ḍāqa bihim żar‘aw wa
qāla hāżā yaumun ‘aṣīb(un).
Ketika
para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa gundah dan
dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Lut) berkata, “Ini hari
yang sangat sulit.”360)
Catatan
Kaki
360) Nabi
Lut a.s. merasa gundah akan kedatangan para utusan Allah Swt. itu karena mereka
berwujud pemuda yang rupawan, sedangkan kaum Lut sangat menyukai pemuda-pemuda
yang rupawan untuk diajak berhubungan seksual sesama jenis. Dia merasa tidak
sanggup melindungi mereka dari gangguan kaumnya.
78
وَجَاۤءَهٗ
قَوْمُهٗ يُهْرَعُوْنَ اِلَيْهِۗ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
السَّيِّاٰتِۗ قَالَ يٰقَوْمِ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنَاتِيْ هُنَّ اَطْهَرُ لَكُمْ
فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَلَا تُخْزُوْنِ فِيْ ضَيْفِيْۗ اَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ
رَّشِيْدٌ
Wa
jā'ahū qaumuhū yuhra‘ūna ilaih(i), wa min qablu kānū ya‘malūnas-sayyi'āt(i),
qāla yā qaumi hā'ulā'i banātī hunna aṭharu lakum
fattaqullāha wa lā tukhzūni fī ḍaifī, alaisa minkum rajulur
rasyīd(un).
Kaumnya
bergegas datang menemuinya. Sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan keji. Lut berkata, “Wahai kaumku, inilah putri-putri
(negeri)-ku. Mereka lebih suci bagimu (untuk dinikahi). Maka, bertakwalah
kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)-ku di hadapan tamuku ini.
Tidak adakah di antaramu orang yang berakal sehat?”
79
قَالُوْا
لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِيْ بَنٰتِكَ مِنْ حَقٍّۚ وَاِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا
نُرِيْدُ
Qālū
laqad ‘alimta mā lanā fī banātika min ḥaqq(in), wa innaka
lata‘lamu mā nurīd(u).
Mereka
menjawab, “Sungguh, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan
(syahwat) terhadap putri-putrimu dan engkau tentu mengetahui apa yang
(sebenarnya) kami inginkan.”
80
قَالَ
لَوْ اَنَّ لِيْ بِكُمْ قُوَّةً اَوْ اٰوِيْٓ اِلٰى رُكْنٍ شَدِيْدٍ
Qāla
lau anna lī bikum quwwatan au āwī ilā ruknin syadīd(in).
Dia
(Lut) berkata, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan untuk menghalangi
(perbuatan)-mu atau aku dapat berlindung kepada kerabat yang kuat (tentu aku
lakukan).”
81
قَالُوْا
يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ
بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ
اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ
الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ
Qālū
yā lūṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri
bi'ahlika biqiṭ‘im minal-laili wa lā yaltafit minkum aḥadun
illamra'atak(a), innahū muṣībuhā mā aṣābahum,
inna mau‘idahumuṣ-ṣubḥ(u), alaisaṣ-ṣubḥu
biqarīb(in).
Mereka
(para malaikat) berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan
Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan dibinasakan).
Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam (dini hari)
dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali
istrimu (janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia
akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran)
mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”
82
فَلَمَّا
جَاۤءَ اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهَا
حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ مَّنْضُوْدٍ
Falammā
jā'a amrunā ja‘alnā ‘āliyahā sāfilahā wa amṭarnā ‘alaihā ḥijāratam
min sijjīlim manḍūd(in).
Maka,
ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya (negeri kaum Lut) dan
Kami menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara
bertubi-tubi.
83
مُسَوَّمَةً
عِنْدَ رَبِّكَۗ وَمَا هِيَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ بِبَعِيْدٍ ࣖ
Musawwamatan
‘inda rabbik(a) wa mā hiya minaẓ-ẓālimīna
biba‘īd(in).
(Batu-batu
itu) diberi tanda dari sisi Tuhanmu. Siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang
zalim.
84
۞
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا
لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗوَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ
اِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ بِخَيْرٍ وَّاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
مُّحِيْطٍ
Wa
ilā madyana akhāhum syu‘aibā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin
gairuh(ū), wa lā tanquṣul-mikyāla wal-mīzāna innī arākum bikhairiw wa innī akhāfu
‘alaikum ‘ażāba yaumim muḥīṭ(in).
Kepada
(penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuʻaib.
Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan! Sesungguhnya Aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik (makmur). Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa
azab pada hari yang meliputi (dan membinasakanmu, yaitu hari Kiamat).
85
وَيٰقَوْمِ
اَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ
اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ
Wa
yā qaumi auful-mikyāla wal-mīzāna bil-qisṭi wa lā
tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā ta‘ṡau fil-arḍi
mufsidīn(a).
Wahai
kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil! Janganlah kamu merugikan
manusia akan hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di bumi dengan
menjadi perusak!
86
بَقِيَّتُ
اللّٰهِ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ەۚ وَمَآ اَنَا۠ عَلَيْكُمْ
بِحَفِيْظٍ
Baqiyyatullāhi
khairul lakum in kuntum mu'minīn(a), wa mā ana ‘alaikum biḥafīẓ(in).
Apa
yang tersisa (dari keuntungan yang halal) yang dianugerahkan Allah lebih baik
bagimu jika kamu orang-orang beriman. Aku bukanlah pengawas atas dirimu.”
87
قَالُوْا
يٰشُعَيْبُ اَصَلٰوتُكَ تَأْمُرُكَ اَنْ نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَآ اَوْ
اَنْ نَّفْعَلَ فِيْٓ اَمْوَالِنَا مَا نَشٰۤؤُا ۗاِنَّكَ لَاَنْتَ الْحَلِيْمُ
الرَّشِيْدُ
Qālū
yā syu‘aibu aṣalātuka ta'muruka an natruka mā ya‘budu ābā'unā au an naf‘ala fī
amwālinā mā nasyā'(u), innaka la'antal-ḥalīmur-rasyīd(u).
Mereka
berkata, “Wahai Syuʻaib, apakah salatmu (agamamu) yang menyuruhmu agar kami
meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola
harta menurut cara yang kami kehendaki? (Benarkah demikian, padahal)
sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun lagi cerdas?”361)
Catatan
Kaki
361)
Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek Nabi Syuʻaib
a.s.
88
قَالَ
يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ
مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ
اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا
تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī minhu rizqan ḥasanaw
wa mā urīdu an ukhālifakum ila mā anhākum ‘anh(u), in urīdu illal-iṣlāḥa
mastaṭa‘t(u), wa mā taufīqī illā billāh(i), ‘alaihi tawakkaltu wa
ilaihi unīb(u).
Dia
(Syuʻaib) berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rezeki yang
baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya). Aku (sebenarnya) tidak ingin berbeda
sikap denganmu (lalu melakukan) apa yang aku sendiri larang. Aku hanya
bermaksud (mendatangkan) perbaikan sesuai dengan kesanggupanku. Tidak ada
kemampuan bagiku (untuk mendatangkan perbaikan) melainkan dengan (pertolongan)
Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.
89
وَيٰقَوْمِ
لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِيْٓ اَنْ يُّصِيْبَكُمْ مِّثْلُ مَآ اَصَابَ قَوْمَ
نُوْحٍ اَوْ قَوْمَ هُوْدٍ اَوْ قَوْمَ صٰلِحٍ ۗوَمَا قَوْمُ لُوْطٍ مِّنْكُمْ
بِبَعِيْدٍ
Wa
yā qaumi lā yajrimannakum syiqāqī ay yuṣībakum miṡlu
mā aṣāba qauma nūḥin au qauma hūdin au qauma ṣāliḥ(in),
wa mā qaumu lūṭim minkum biba‘īd(in).
Wahai
kaumku, janganlah sekali-kali pertentanganku (denganmu) menyebabkan apa yang
menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh juga menimpamu, sedangkan (tempat
dan masa kebinasaan) kaum Lut tidak jauh dari kamu.
90
وَاسْتَغْفِرُوْا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ رَحِيْمٌ وَّدُوْدٌ
Wastagfirū
rabbakum ṡumma tūbū ilaih(i), inna rabbī raḥīmuw
wadūd(un).
Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Penyayang lagi Maha Mencintai.”
91
قَالُوْا
يٰشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَقُوْلُ وَاِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْنَا
ضَعِيْفًا ۗوَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنٰكَ ۖوَمَآ اَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيْزٍ
Qālū
yā syu‘aibu mā nafqahu kaṡīram mimmā taqūlu wa innā lanarāka fīnā ḍa‘īfā(n),
wa lau lā rahṭuka larajamnāk(a), wa anta ‘alainā bi‘azīz(in).
Mereka
berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau katakan itu,
sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai seorang yang lemah di
antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah melemparimu
(dengan batu), sedangkan engkau pun bukan seorang yang berpengaruh atas kami.”
92
قَالَ
يٰقَوْمِ اَرَهْطِيْٓ اَعَزُّ عَلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاتَّخَذْتُمُوْهُ
وَرَاۤءَكُمْ ظِهْرِيًّا ۗاِنَّ رَبِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
Qāla
yā qaumi arahṭī a‘azzu ‘alaikum minallāh(i), wattakhażtumūhu warā'akum ẓihriyyā(n),
inna rabbī bimā ta‘malūna muḥīṭ(un).
Dia
(Syuʻaib) menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku kamu pandang
lebih terhormat daripada Allah sehingga kamu menempatkan-Nya di belakangmu
(menyepelekan-Nya)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu
kerjakan.
93
وَيٰقَوْمِ
اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌ ۗسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ
يَّأْتِيْهِ عَذَابٌ يُّخْزِيْهِ وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌۗ وَارْتَقِبُوْٓا اِنِّيْ
مَعَكُمْ رَقِيْبٌ
Wa
yā qaumi‘malū ‘alā makānatikum innī ‘āmil(un), saufa ta‘lamūn(a), may ya'tīhi
‘ażābuy yukhzīhi wa man huwa kāżib(un), wartaqibū innī ma‘akum raqīb(un).
Wahai
kaumku, berbuatlah apa yang bisa kamu lakukan! Sesungguhnya aku pun berbuat
(hal yang sama). Kelak kamu mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang
menghinakannya dan siapa yang pendusta. Tunggulah (akibat perbuatanmu),
sesungguhnya aku pun akan menunggu bersamamu!”
94
وَلَمَّا
جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ
مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ
دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ
Wa
lammā jā'a amrunā najjainā syu‘aibaw wal-lażīna amanū ma‘ahū biraḥmatim
minnā, wa akhażatil-lażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu
fa aṣbaḥū fī diyārihim jāṡimīn(a).
Ketika
keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan Syuʻaib
dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang
yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati
bergelimpangan di rumah-rumah mereka.
95
كَاَنْ
لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُوْدُ ࣖ
Ka
allam yagnau fīhā, alā bu‘dal limadyana kamā ba‘idat ṡamūd(u).
(Negeri
itu tak berbekas) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di sana. Ingatlah,
(penduduk) Madyan binasa sebagaimana juga (kaum) Samud.
96
وَلَقَدْ
اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ
Wa
laqad arsalnā mūsā bi'āyātinā wa sulṭānim mubīn(in).
Sungguh,
Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan (membawa) ayat-ayat (mukjizat) Kami
dan keterangan yang nyata
97
اِلٰى
فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ فِرْعَوْنَ ۚوَمَآ اَمْرُ
فِرْعَوْنَ بِرَشِيْدٍ
Ilā
fir‘auna wa mala'ihī fattaba‘ū amra fir‘aun(a), wa mā amru fir‘auna
birasyīd(in).
kepada
Fir‘aun dan para pemuka kaumnya, tetapi (justru) mereka mengikuti perintah
Fir‘aun, padahal perintah Fir‘aun sama sekali bukanlah (perintah) yang benar.
98
يَقْدُمُ
قَوْمَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فَاَوْرَدَهُمُ النَّارَ ۗوَبِئْسَ الْوِرْدُ
الْمَوْرُوْدُ
Yaqdumu
qaumahū yaumal-qiyāmati fa auradahumun-nār(a), wa bi'sal-wirdul-maurūd(u).
(Fir‘aun)
berjalan di depan kaumnya di hari Kiamat, lalu membawa mereka masuk neraka.
Itulah seburuk-buruk tempat yang dimasuki.
99
وَاُتْبِعُوْا
فِيْ هٰذِهٖ لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُوْدُ
Wa
utbi‘ū fī hāżihī la‘nataw wa yaumal-qiyāmah(ti), bi'sar-rifdul-marfūd(u).
Mereka
diikuti dengan laknat di sini (dunia) dan (kelak) di hari Kiamat. (Laknat) itu
seburuk-buruk pemberian yang diserahkan.
100
ذٰلِكَ
مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْقُرٰى نَقُصُّهٗ عَلَيْكَ مِنْهَا قَاۤىِٕمٌ وَّحَصِيْدٌ
Żālika
min ambā'il-qurā naquṣṣuhū ‘alaika minhā qā'imuw wa ḥaṣīd(un).
Itu
adalah sebagian berita tentang negeri-negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami
ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad). Di sebagian negeri-negeri itu masih berdiri
peninggalan-peninggalannya dan ada (pula) yang telah musnah.
101
وَمَا
ظَلَمْنٰهُمْ وَلٰكِنْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَمَآ اَغْنَتْ عَنْهُمْ
اٰلِهَتُهُمُ الَّتِيْ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ لَّمَّا جَاۤءَ
اَمْرُ رَبِّكَۗ وَمَا زَادُوْهُمْ غَيْرَ تَتْبِيْبٍ
Wa
mā ẓalamnāhum wa lākin ẓalamū anfusahum famā
agnat ‘anhum ālihatuhumul-latī yad‘ūna min dūnillāhi min syai'il lammā jā'a
amru rabbik(a), wa mā zādūhum gaira tatbīb(in).
Kami
tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri. Maka,
tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka sembahan yang mereka sembah selain
Allah saat siksaan Tuhanmu datang. (Sembahan) itu tak lain (justru) hanya
menambah kebinasaan bagi mereka.
102
وَكَذٰلِكَ
اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ
اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ
Wa
każālika akhżu rabbika iżā akhażal-qurā wa hiya ẓālimah(tun),
inna akhżahū alīmun syadīd(un).
Demikianlah
siksaan Tuhanmu apabila Dia mengazab (penduduk) negeri-negeri yang berbuat
zalim. Sesungguhnya siksaan-Nya sangat pedih lagi sangat berat.
103
اِنَّ
فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ الْاٰخِرَةِ ۗذٰلِكَ يَوْمٌ
مَّجْمُوْعٌۙ لَّهُ النَّاسُ وَذٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُوْدٌ
Inna
fī żālika la'āyatal liman khāfa ‘ażābal-ākhirah(ti), żālika yaumum majmū‘(un),
lahun-nāsu wa żālika yaumum masyhūd(un).
Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut pada azab
akhirat. Itu adalah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab) dan
itu adalah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).
104
وَمَا
نُؤَخِّرُهٗٓ اِلَّا لِاَجَلٍ مَّعْدُوْدٍۗ
Wa
mā nu'akhkhiruhū illā li'ajalim ma‘dūd(in).
Kami
tidak akan menundanya, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan.
105
يَوْمَ
يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ اِلَّا بِاِذْنِهٖۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَّسَعِيْدٌ
Yauma
ya'ti lā takallamu nafsun illā bi'iżnih(ī), fa minhum syaqiyyuw wa sa‘īd(un).
Ketika
hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya.
Maka, di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia.
106
فَاَمَّا
الَّذِيْنَ شَقُوْا فَفِى النَّارِ لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّشَهِيْقٌۙ
Fa
ammal-lażīna syaqū fa fin-nāri lahum fīhā zafīruw wa syahīq(un).
Adapun
orang-orang yang sengsara, maka (ia berada) di dalam neraka. Di sana mereka
mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih.
107
خٰلِدِيْنَ
فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ اِنَّ
رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ
Khālidīna
fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu illā mā syā'a rabbuk(a),
inna rabbaka fa‘‘ālul limā yurīd(u).
Mereka
kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi,362) kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan
apa yang Dia kehendaki.
Catatan
Kaki
362) Kalimat
ini adalah kiasan yang dimaksudkan untuk menjelaskan kekekalan mereka di
neraka. Alam akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.
108
۞
وَاَمَّا الَّذِيْنَ سُعِدُوْا فَفِى الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ
السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ عَطَاۤءً غَيْرَ مَجْذُوْذٍ
Wa
ammal-lażīna su‘idū fa fil-jannati khālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu
illā mā syā'a rabbuk(a), ‘aṭā'an gaira majżūż(in).
Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka (ia berada) di dalam surga. Mereka kekal di
dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki
(yang lain) sebagai karunia yang tidak putus-putusnya.
109
فَلَا
تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هٰٓؤُلَاۤءِ ۗمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا كَمَا
يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُهُمْ مِّنْ قَبْلُ ۗوَاِنَّا لَمُوَفُّوْهُمْ نَصِيْبَهُمْ
غَيْرَ مَنْقُوْصٍ ࣖ
Falā
taku fī miryatim mimmā ya‘budu hā'ulā'(i), mā ya‘budūna illā kamā ya‘budu
ābā'uhum min qabl(u), wa innā lamuwaffūhum naṣībahum
gaira manqūṣ(in).
Maka,
janganlah engkau (Nabi Muhammad) ragu-ragu tentang (kebatilan) apa yang mereka
sembah. Mereka tiada lain hanya menyembah sebagaimana nenek moyang mereka
dahulu. Kami pasti akan menyempurnakan balasan mereka tanpa dikurangi sedikit
pun.
110
وَلَقَدْ
اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ فَاخْتُلِفَ فِيْهِ ۗوَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ
مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗوَاِنَّهُمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Wa
laqad ātainā mūsal-kitāba fakhtulifa fīh(i), wa lau lā kalimatun sabaqat mir
rabbika laquḍiya bainahum, wa innahum lafī syakkim minhu murīb(in).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu ia
(kitab itu) diperselisihkan. Seandainya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari
Tuhanmu (bahwa orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an akan ditunda
penyiksaannya), niscaya telah dilaksanakan hukuman di antara mereka.363) Sesungguhnya
mereka benar-benar dalam kebimbangan dan keraguan terhadapnya.
Catatan
Kaki
363)
Sekiranya tidak ada ketetapan penundaan azab terhadap mereka sampai hari
Kiamat, tentulah mereka dibinasakan pada waktu itu juga.
111
وَاِنَّ
كُلًّا لَّمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ اَعْمَالَهُمْ ۗاِنَّهٗ بِمَا
يَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Wa
inna kullan lammā layuwaffiyannahum rabbuka a‘mālahum, innahū bimā ya‘malūna
khabīr(un).
Sesungguhnya
kepada setiap (yang berselisih itu) Tuhanmu pasti akan memberi balasan secara
penuh atas perbuatan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Teliti terhadap apa yang
mereka kerjakan.
112
فَاسْتَقِمْ
كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
بَصِيْرٌ
Fastaqim
kamā umirta wa man tāba ma‘aka wa lā taṭgau, innahū bimā
ta‘malūna baṣīr(un).
Maka,
tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah
diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu
melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
113
وَلَا
تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ
مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Wa
lā tarkanū ilal-lażīna ẓalamū fa tamassakumun-nār(u), wa mā lakum min dūnillāhi min
auliyā'a ṡumma lā tunṣarūn(a).
Janganlah
kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api neraka
menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong364) pun
selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.
Catatan
Kaki
364)
Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
114
وَاَقِمِ
الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ
Wa
aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-lail(i), innal-ḥasanāti
yużhibnas-sayyi'āt(i), żālika żikrā liż-żākirīn(a).
Dirikanlah
salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah
peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).
115
وَاصْبِرْ
فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
Waṣbir
fa innallāha lā yaḍī‘u ajral-muḥsinīn(a).
Bersabarlah,
karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat
kebaikan.
116
فَلَوْلَا
كَانَ مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ اُولُوْا بَقِيَّةٍ يَّنْهَوْنَ عَنِ
الْفَسَادِ فِى الْاَرْضِ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّنْ اَنْجَيْنَا مِنْهُمْ
ۚوَاتَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مَآ اُتْرِفُوْا فِيْهِ وَكَانُوْا
مُجْرِمِيْنَ
Fa
lau lā kāna minal-qurūni min qablikum ulū baqiyyatiy yanhauna ‘anil-fasādi
fil-arḍi illā qalīlam mimman anjainā minhum, wattaba‘al-lażīna ẓalamū
mā utrifū fīhi wa kānū mujrimīn(a).
Maka,
mengapa tidak ada di antara generasi sebelum kamu sekelompok orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian
kecil, yaitu orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka? Orang-orang
yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan dan mereka adalah
orang-orang yang berdosa.
117
وَمَا
كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ
Wa
mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥūn(a).
Tuhanmu
tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya
berbuat kebaikan.
118
وَلَوْ
شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ
مُخْتَلِفِيْنَۙ
Wa
lau syā'a rabbuka laja‘alan-nāsa ummataw wāḥidataw wa lā
yazālūna mukhtalifīn(a).
Jika
Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun,
mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama),
119
اِلَّا
مَنْ رَّحِمَ رَبُّكَ ۗوَلِذٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗوَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ
لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Illā
mar raḥima rabbuk(a), wa liżālika khalaqahum, wa tammat kalimatu
rabbika la'amla'anna jahannama minal-jinnati wan-nāsi ajma‘īn(a).
kecuali
orang yang dirahmati oleh Tuhanmu. Menurut (kehendak-Nya) itulah Allah
menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan
memenuhi (neraka) Jahanam (dengan pendurhaka) dari kalangan jin dan manusia semuanya.”
120
وَكُلًّا
نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ
وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Wa
kullan naquṣṣu ‘alaika min ambā'ir-rusuli mā nuṡabbitu
bihī fu'ādaka wa jā'aka fī hāżihil-ḥaqqu wa mau‘iẓatuw
wa żikrā lil-mu'minīn(a).
Semua
kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu
(segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin.
121
وَقُلْ
لِّلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْۗ اِنَّا
عٰمِلُوْنَۙ
Wa
qul lil-lażīna lā yu'minūna‘malū ‘alā makānatikum, innā ‘āmilūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut
kemampuanmu. Kami pun benar-benar akan berbuat (seperti demikian)
122
وَانْتَظِرُوْاۚ
اِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ
Wantaẓirū
innā muntaẓirūn(a).
dan
tunggulah. Sesungguhnya kami pun menunggu.”
123
وَلِلّٰهِ
غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاِلَيْهِ يُرْجَعُ الْاَمْرُ كُلُّهٗ
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Wa
lillāhi gaibus-samāwāti wal-arḍi wa ilaihi yurja‘ul-amru
kulluhū fa‘budhu wa tawakkal ‘alaih(i), wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā
ta‘malūn(a).
Milik
Allahlah (pengetahuan tentang) yang gaib (di) langit dan (di) bumi.
Kepada-Nyalah segala urusan dikembalikan. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah
kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
Audio Surat Hud 1-123
Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Hud 1-123 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.