Tap Zoom Image
Download ImageDETAIL
1
الۤرٰ
ۗتِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيْمِ
Alif lām rā, tilka
āyātul-kitābil-ḥakīm(i).
Alif Lām Rā. Itulah ayat-ayat Kitab
(Al-Qur’an) yang penuh hikmah
2
اَكَانَ
لِلنَّاسِ عَجَبًا اَنْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى رَجُلٍ مِّنْهُمْ اَنْ اَنْذِرِ
النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ
رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكٰفِرُوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ مُّبِيْنٌ
Akāna lin-nāsi ‘ajaban an auḥainā
ilā rajulim minhum an anżirin-nāsa wa basysyiril-lażīna āmanū anna lahum qadama
ṣidqin ‘inda rabbihim, qālal-kāfirūna inna hāżā lasāḥirum mubīn(un).
Pantaskah menjadi suatu keheranan
bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka
(yaitu), “Berilah peringatan kepada manusia dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi
Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, “Sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) ini
benar-benar seorang penyihir yang nyata.”
3
اِنَّ
رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْاَمْرَۗ مَا مِنْ شَفِيْعٍ اِلَّا
مِنْۢ بَعْدِ اِذْنِهٖۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُۗ اَفَلَا
تَذَكَّرُوْنَ
Inna rabbakumullāhul -lażī
khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā ‘alal-‘arsyi
yudabbirul-amr(a), mā min syafī‘in illā mim ba‘di iżnih(ī), żālikumullāhu
rabbukum fa‘budūh(u), afalā tażakkarūn(a).
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,341) kemudian
Dia bersemayam di atas ʻArasy342) (seraya) mengatur segala
urusan. Tidak ada seorang pun pemberi syafaat, kecuali setelah (mendapat)
izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu. Maka, sembahlah Dia! Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?
Catatan Kaki
341) Lihat catatan kaki surah al-A‘rāf (7): 54 342) Bersemayam di atas ʻArasy sesuai dengan
keagungan dan kesucian-Nya.
4
اِلَيْهِ
مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًاۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّاۗ اِنَّهٗ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ
ثُمَّ يُعِيْدُهٗ لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
بِالْقِسْطِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيْمٍ وَّعَذَابٌ
اَلِيْمٌ ۢبِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ
Ilaihi marji‘ukum jamī‘ā(n),
wa‘dallāhi ḥaqqā(n), innahū yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū liyajziyal-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti bil-qisṭ(i), wal-lażīna kafarū lahum syarābum min
ḥamīmiw wa ‘ażābun alīmum bimā kānū yakfurūn(a).
Hanya kepada-Nya kamu semua akan
kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah
yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya
lagi) agar Dia memberi balasan dengan adil kepada orang-orang yang beriman dan
beramal saleh. Adapun untuk orang-orang yang kufur, untuk mereka (disediakan)
minuman dari air yang mendidih dan azab yang sangat pedih karena mereka selalu
kufur.
5
هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا
بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Huwal-lażī ja‘alasy-syamsa ḍiyā'aw
wal-qamara nūraw wa qaddarahū manāzila lita‘lamū ‘adadas-sinīna wal-ḥisāb(a),
mā khalaqallāhu zālika illā bil-ḥaqq(i), yufaṣṣilul-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).
Dialah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya.343) Dialah pula yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu).344) Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.
Catatan Kaki
343) Allah Swt. menjadikan matahari dan bulan berbeda sifat
fisisnya. Matahari bersinar karena memancarkan cahayanya dari proses reaksi
nuklir di dalam intinya, sedangkan bulan bercahaya karena memantulkan cahaya
matahari. 344) Pergerakan bulan mengitari bumi menyebabkan
pemantulan cahaya matahari oleh bulan berubah-ubah bentuknya, dari bentuk sabit
sampai purnama dan kembali menjadi sabit lagi, sesuai dengan posisinya.
Keteraturan periode bulan mengitari bumi dijadikan sebagai perhitungan waktu
bulanan. Dua belas bulan setara dengan satu tahun (surah at-Taubah [9]: 36).
6
اِنَّ
فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ
Inna fikhtilāfil-laili wan-nahāri wa
mā khalaqallāhu fis-samāwāti wal-arḍi la'āyātil liqaumiy yattaqūn(a).
Sesungguhnya pada pergantian malam
dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti
terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa.
7
اِنَّ
الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ
Innal-lażīna lā yarjūna liqā'anā wa
raḍū bil-ḥayātid-dun-yā waṭma'annū bihā wal-lażīna hum ‘an āyātinā gāfilūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat), merasa puas dengan kehidupan
dunia, dan merasa tenteram dengannya, serta orang-orang yang lalai terhadap
ayat-ayat Kami,
8
اُولٰۤىِٕكَ
مَأْوٰىهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Ulā'ika ma'wāhumun nāru bimā kānū
yaksibūn(a).
mereka itu tempatnya adalah neraka
karena apa yang selalu mereka kerjakan.
9
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ يَهْدِيْهِمْ رَبُّهُمْ
بِاِيْمَانِهِمْۚ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُ فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti
yahdīhim rabbuhum bi'īmānihim, tajrī min taḥtihimul-anhāru fī jannātin
na‘īm(i).
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, niscaya mereka diberi petunjuk oleh Tuhan karena
keimanannya. (Mereka berada) di dalam surga yang penuh kenikmatan yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai.
10
دَعْوٰىهُمْ
فِيْهَا سُبْحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلٰمٌۚ وَاٰخِرُ
دَعْوٰىهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ
Da‘wāhum fīhā subḥānakallāhumma wa
taḥiyyatuhum fīhā salām(un), wa ākhiru da‘wāhum anil-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Doa mereka di dalamnya adalah
“Subhānakallāhumma” (‘Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami’) penghormatan mereka di
dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah “Alḥamdu lillāhi
rabbil ‘ālamīn” (‘segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’).
11
۞
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللّٰهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ
لَقُضِيَ اِلَيْهِمْ اَجَلُهُمْۗ فَنَذَرُ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا
فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
Wa lau yu‘ajjilullāhu
lin-nāsisy-syarrasti‘jālahum bil-khairi laquḍiya ilaihim ajaluhum, fa
nażarul-lażīna lā yarjūna liqā'anā fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a).
Jikalau Allah menyegerakan keburukan
bagi manusia sebagaimana permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti
ajal mereka diakhiri. Akan tetapi, Kami biarkan orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) terombang-ambing dalam
kesesatan mereka.
12
وَاِذَا
مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًا
ۚفَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ
مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Wa iżā massal-insānaḍ-ḍurru da‘ānā
lijambihī au qā‘idan au qā'imā(n), falammā kasyafnā ‘anhu ḍurrahū marra
ka'allam yad‘unā ilā ḍurrim massah(ū), każālika zuyyina lil-musrifīna mā kānū
ya‘malūn(a).
Apabila manusia ditimpa kesusahan,
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun,
setelah Kami hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat)
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) kesusahan
yang telah menimpanya. Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang
yang melampaui batas itu apa yang selalu mereka kerjakan.
13
وَلَقَدْ
اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوْاۙ وَجَاۤءَتْهُمْ
رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ وَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا ۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى
الْقَوْمَ الْمُجْرِمِيْنَ
Wa laqad ahlaknal-qurūna min
qablikum lammā ẓalamū, wa jā'athum rusuluhum bil-bayyināti wa mā kānū
liyu'minū, każālika najzil-qaumal-mujrimīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah
membinasakan beberapa generasi sebelum kamu ketika mereka berbuat zalim,
padahal para rasul mereka telah datang membawa bukti-bukti yang nyata. Namun,
mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah, Kami memberi balasan kepada
kaum yang berbuat dosa.
14
ثُمَّ
جَعَلْنٰكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ
تَعْمَلُوْنَ
Ṡumma ja‘alnākum khalā'ifa fil-arḍi
mim ba‘dihim linanẓura kaifa ta‘malūn(a).
Kemudian, Kami jadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti di bumi setelah mereka untuk Kami lihat bagaimana kamu
berbuat.
15
وَاِذَا
تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيَاتُنَا بَيِّنٰتٍۙ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ
لِقَاۤءَنَا ائْتِ بِقُرْاٰنٍ غَيْرِ هٰذَآ اَوْ بَدِّلْهُ ۗ قُلْ مَا يَكُوْنُ
لِيْٓ اَنْ اُبَدِّلَهٗ مِنْ تِلْقَاۤئِ نَفْسِيْ ۚاِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا
يُوْحٰٓى اِلَيَّ ۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اِنْ عَصَيْتُ رَبِّيْ عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيْمٍ
Wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā
bayyināt(in), qālal-lażīna lā yarjūna liqā'ana'ti biqur'ānin gairi hāżā au
baddilh(u), qul mā yakūnu lī an ubaddilahū min tilqā'i nafsī, in attabi‘u illā
mā yūḥā ilayy(a), innī akhāfu in ‘aṣaitu rabbī ‘ażāba yaumin ‘aẓīm(in).
Apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat Kami secara jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami (di akhirat) berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau
gantilah!” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya
atas kemauanku sendiri. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku. Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang dahsyat jika mendurhakai
Tuhanku.”
16
قُلْ
لَّوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا تَلَوْتُهٗ عَلَيْكُمْ وَلَآ اَدْرٰىكُمْ بِهٖ ۖفَقَدْ
لَبِثْتُ فِيْكُمْ عُمُرًا مِّنْ قَبْلِهٖۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Qul lau syā'allāhu mā talautuhū
‘alaikum wa lā adrākum bih(ī), faqad labiṡtu fīkum ‘umuram min qablih(ī), afalā
ta‘qilūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jikalau
Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak
(pula) memberitahukannya kepadamu. Sungguh, aku telah tinggal bersamamu
beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur’an). Apakah kamu tidak
mengerti?”
17
فَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ
اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُوْنَ
Faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi
każiban au każżaba bi'āyātih(ī), innahū lā yufliḥul-mujrimūn(a).
Maka, siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan
ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya para pendurhaka itu tidak akan beruntung.
18
وَيَعْبُدُوْنَ
مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ
هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا
لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا
يُشْرِكُوْنَ
Wa ya‘budūna min dūnillāhi mā lā
yaḍurruhum wa lā yanfa‘uhum wa yaqūlūna hā'ulā'i syufa‘ā'unā ‘indallāh(i), qul
atunabbi'ūnallāha bimā lā ya‘lamu fis-samāwāti wa lā fil-arḍ(i), subḥānahū wa
ta‘ālā ‘ammā yusyrikūn(a).
Mereka menyembah selain Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak (pula) memberi
manfaat. Mereka berkata, “Mereka (sembahan) itu adalah penolong-penolong kami
di hadapan Allah.”345) Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahukan kepada
Allah sesuatu di langit dan di bumi yang tidak Dia ketahui?”346) Maha
Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Catatan Kaki
345) Kalimat ini adalah ejekan terhadap penyembah berhala yang
menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberinya pertolongan di hadapan
Allah Swt. 346) Ayat ini tidak menunjukkan
ketidaktahuan Allah Swt. atas segala sesuatu di langit dan di bumi, tetapi
menunjukkan kemustahilan adanya sembahan selain Allah Swt.
19
وَمَا
كَانَ النَّاسُ اِلَّآ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَاخْتَلَفُوْاۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ
سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيْمَا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ
Wa mā kānan-nāsu illā ummataw
wāḥidatan fakhtalafū, wa lau lā kalimatun sabaqat mir rabbika laquḍiya bainahum
fīmā fīhi yakhtalifūn(a).
Manusia itu dahulunya hanya umat
yang satu (dalam ketauhidan), lalu mereka berselisih. Seandainya tidak karena
suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu,347) pastilah di antara mereka
telah diberi keputusan (azab di dunia) tentang apa yang mereka perselisihkan
itu.
Catatan Kaki
347) Yakni ketetapan bahwa perselisihan manusia di dunia itu
akan diputuskan di akhirat.
20
وَيَقُوْلُوْنَ
لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۚ فَقُلْ اِنَّمَا الْغَيْبُ
لِلّٰهِ فَانْتَظِرُوْاۚ اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ ࣖ
Wa yaqūlūna lau lā unzila ‘alaihi
āyatum mir rabbih(ī), faqul innamal-gaibu lillāhi fantaẓirū, innī ma‘akum
minal-muntaẓirīn(a).
Mereka berkata, “Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Nabi Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?”
Katakanlah, “Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah. Maka, tunggulah
(siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu
bersamamu.
21
وَاِذَآ
اَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِّنْۢ بَعْدِ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُمْ اِذَا لَهُمْ
مَّكْرٌ فِيْٓ اٰيٰتِنَاۗ قُلِ اللّٰهُ اَسْرَعُ مَكْرًاۗ اِنَّ رُسُلَنَا
يَكْتُبُوْنَ مَا تَمْكُرُوْنَ
Wa iżā ażaqnan-nāsa raḥmatam mim
ba‘di ḍarrā'a massathum iżā lahum makrun fī āyātinā, qulillāhu asra‘u makrā(n),
inna rusulanā yaktubūna mā tamkurūn(a).
Apabila Kami memberikan suatu rahmat
kepada manusia setelah bencana menimpa mereka, mereka segera melakukan segala
tipu daya (untuk menentang) ayat-ayat Kami. Katakanlah, “Allah lebih cepat
pembalasan-Nya (atas tipu daya itu).” Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami
mencatat tipu dayamu.
22
هُوَ
الَّذِيْ يُسَيِّرُكُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ حَتّٰٓى اِذَا كُنْتُمْ فِىْ
الْفُلْكِۚ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيْحٍ طَيِّبَةٍ وَّفَرِحُوْا بِهَا جَاۤءَتْهَا
رِيْحٌ عَاصِفٌ وَّجَاۤءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَّظَنُّوْٓا
اَنَّهُمْ اُحِيْطَ بِهِمْۙ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ
لَىِٕنْ اَنْجَيْتَنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
Huwal-lażī yusayyirukum fil-barri
wal-baḥr(i), ḥattā iżā kuntum fil-fulk(i), wa jaraina bihim birīḥin ṭayyibatiw
wa fariḥū bihā jā'athā rīḥun ‘āṣifuw wa jā'ahumul-mauju min kulli makāniw wa
ẓannū annahum uḥīṭa bihim, da‘awullāha mukhliṣīna lahud-dīn(a), la'in anjaitanā
min hāżihī lanakūnanna minasy-syākirīn(a).
Dialah (Allah) yang menjadikan kamu
dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada
di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin
yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan
gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung
(bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya
berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang-orang yang bersyukur.”
23
فَلَمَّآ
اَنْجٰىهُمْ اِذَا هُمْ يَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗيٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ مَّتَاعَ الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَاۖ ثُمَّ اِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ
Falammā anjāhum iżā hum yabgūna
fil-arḍi bigairil-ḥaqq(i), yā ayyuhan-nāsu innamā bagyukum ‘alā anfusikum
matā‘al-ḥayātid-dun-yā, ṡumma ilainā marji‘ukum fa nunabbi'ukum bimā kuntum
ta‘malūn(a).
Namun, ketika Allah menyelamatkan
mereka, seketika itu mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang
benar. Wahai manusia, sesungguhnya (bahaya) kezalimanmu akan menimpa dirimu
sendiri. (Itu hanya) kenikmatan hidup duniawi. Kemudian, kepada Kamilah
kembalimu, lalu akan Kami kabarkan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.
24
اِنَّمَا
مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ
بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُ ۗحَتّٰٓى اِذَآ
اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ
قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا
حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ
لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Innamā maṡalul-ḥayātid-dun-yā
kamā'in anzalnāhu minas-samā'i fakhtalaṭa bihī nabātul-arḍi mimmā ya'kulun-nāsu
wal-an‘ām(u), ḥattā iżā akhażatil-arḍu zukhrufahā wazzayyanat wa ẓanna ahluhā
annahum qādirūna ‘alaihā, atāhā amrunā lailan au nahāran fa ja‘alnāhā ḥaṣīdan
ka'allam tagna bil-ams(i), każālika nufaṣṣilul-āyāti liqaumiy yatafakkarūn(a).
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
dunia adalah ibarat air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
karenanya macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias,348) dan
pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya),
datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan
(tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu
kepada kaum yang berpikir.
Catatan Kaki
348) Maksudnya adalah bahwa bumi tampak indah dengan
gunung-gunung dan lembah-lembahnya yang telah menghijau dengan tanam-tanamannya.
25
وَاللّٰهُ
يَدْعُوْآ اِلٰى دَارِ السَّلٰمِ ۚوَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيْمٍ
Wallāhu yad‘ū ilā dāris-salām(i), wa
yahdī may yasyā'u ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Allah menyeru (manusia) ke
Dārussalām (surga) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki menuju
jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).
26
۞
لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ ۗوَلَا يَرْهَقُ وُجُوْهَهُمْ
قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّةٌ ۗاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Lil-lażīna aḥsanul-ḥusnā wa
ziyādah(tun), wa lā yarhaqu wujūhahum qataruw wa lā żillah(tun), ulā'ika
aṣḥābul-jannati hum fīhā khālidūn(a).
Bagi orang-orang yang berbuat baik
(ada pahala) yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah).
Wajah-wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi)
kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
27
وَالَّذِيْنَ
كَسَبُوا السَّيِّاٰتِ جَزَاۤءُ سَيِّئَةٍ ۢبِمِثْلِهَاۙ وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
ۗمَا لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ عَاصِمٍۚ كَاَنَّمَآ اُغْشِيَتْ وُجُوْهُهُمْ
قِطَعًا مِّنَ الَّيْلِ مُظْلِمًاۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚهُمْ فِيْهَا
خٰلِدُوْنَ
Wal-lażīna każabus-sayyi'āti jazā'u
sayyi'atim bimiṡlihā, wa tarhaquhum żillah(tun), mā lahum minallāhi min
‘āṣim(in), ka'annamā ugsyiyat wujūhuhum qiṭa‘am minal-laili muẓlimā(n), ulā'ika
aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).
Orang-orang yang berbuat kejahatan
(akan mendapatkan) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diliputi
kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung (pun) dari (azab) Allah.
Wajah-wajah mereka seakan-akan ditutupi kepingan-kepingan malam yang gelap
gulita. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
28
وَيَوْمَ
نَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا ثُمَّ نَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا مَكَانَكُمْ
اَنْتُمْ وَشُرَكَاۤؤُكُمْۚ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاۤؤُهُمْ مَّا
كُنْتُمْ اِيَّانَا تَعْبُدُوْنَ
Wa yauma naḥsyuruhum jamī‘an ṡumma
naqūlu lil-lażīna asyrakū makānakum antum wa syurakā'ukum, fa zayyalnā bainahum
wa qāla syurakā'uhum mā kuntum iyyānā ta‘budūn(a).
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami
mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang
mempersekutukan (Kami), “Tetaplah di tempatmu, kamu dan para sekutumu.” Lalu,
Kami pisahkan di antara mereka, dan sekutu-sekutu mereka berkata, “Kamu
sekali-kali tidak pernah menyembah kami.”
29
فَكَفٰى
بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ
لَغٰفِلِيْنَ
Fa kafā billāhi syahīdam bainanā wa
bainakum in kunnā ‘an ‘ibādatikum lagāfilīn(a).
Maka, cukuplah Allah menjadi saksi
antara kami dengan kamu, bahwa sesungguhnya kami tidak tahu-menahu tentang
penyembahan kamu (kepada kami).”
30
هُنَالِكَ
تَبْلُوْا كُلُّ نَفْسٍ مَّآ اَسْلَفَتْ وَرُدُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ مَوْلٰىهُمُ
الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ
Hunālika tablū kullu nafsim mā
aslafat wa ruddū ilallāhi maulāhumul-ḥaqqi wa ḍalla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).
Di sanalah (padang Mahsyar), setiap
jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka
dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya, dan lenyaplah dari
mereka apa (sesembahan) yang selalu mereka ada-adakan.
31
قُلْ
مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ
وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ
مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ
اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
Qul may yarzuqukum minas-samā'i
wal-arḍi ammay yamlikus-sam‘a wal-abṣāra wa may yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti
wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa may yudabbirul-amr(a), fa sayaqūlūnallāh(u),
faqul afalā tattaqūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Siapakah yang menganugerahkan rezeki kepadamu dari langit dan bumi, siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup, serta siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka, mereka akan menjawab,
“Allah.” Maka, katakanlah, “Apakah kamu tidak takut (akan azab Allah)?”
32
فَذٰلِكُمُ
اللّٰهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّۚ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ اِلَّا الضَّلٰلُ ۖفَاَنّٰى
تُصْرَفُوْنَ
Fa żālikumullāhu rabbukumul-ḥaqq(u),
fa māżā ba‘dal-ḥaqqi illaḍ-ḍalāl(u), fa annā tuṣrafūn(a).
Maka, itulah Allah, Tuhan kamu yang
sebenarnya. Tidak ada setelah kebenaran itu kecuali kesesatan. Maka, bagaimana
kamu dipalingkan (dari kebenaran)?
33
كَذٰلِكَ
حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِيْنَ فَسَقُوْٓا اَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Każālika ḥaqqat kalimatu rabbika
‘alal-lażīna fasaqū annahum lā yu'minūn(a).
Demikianlah, telah pasti (berlaku)
ketentuan Tuhanmu terhadap orang-orang yang berbuat fasik bahwa sesungguhnya
mereka tidak beriman.
34
قُلْ
هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗۗ قُلِ
اللّٰهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ
Qul hal min syurakā'ikum may
yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduh(ū), qulillāhu yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū fa
annā tu'fakūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah
di antara sekutu-sekutu kamu ada yang dapat memulai penciptaan (makhluk)
kemudian mengembalikannya (menghidupkannya lagi)?” Katakanlah, “Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya lagi). Lalu,
bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari kebenaran)?”
35
قُلْ
هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّۗ قُلِ اللّٰهُ
يَهْدِيْ لِلْحَقِّۗ اَفَمَنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّ اَحَقُّ اَنْ يُّتَّبَعَ
اَمَّنْ لَّا يَهِدِّيْٓ اِلَّآ اَنْ يُّهْدٰىۚ فَمَا لَكُمْۗ كَيْفَ
تَحْكُمُوْنَ
Qul hal min syurakā'ikum may yahdī
ilal-ḥaqq(i),qulillāhu yahdī lil-ḥaqq(i), afamay yahdī ilal-ḥaqqi aḥaqqu ay
yuttaba‘a ammal lā yahiddī illā ay yuhdā, famā lakum, kaifa taḥkumūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah
di antara sekutu-sekutu kamu ada yang membimbing pada kebenaran?” Katakanlah,
“Allah membimbing pada kebenaran.” Maka, apakah yang membimbing pada kebenaran
lebih berhak diikuti ataukah yang tidak mampu membimbing bahkan perlu
dibimbing? Maka, mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu memberi
keputusan?
36
وَمَا
يَتَّبِعُ اَكْثَرُهُمْ اِلَّا ظَنًّاۗ اِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِيْ مِنَ الْحَقِّ
شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَفْعَلُوْنَ
Wa mā yattabi‘u akṡaruhum illā
ẓannā(n), innaẓ-ẓanna lā yugnī minal-ḥaqqi syai'ā(n), innallāha ‘alīmum bimā
yaf‘alūn(a).
Kebanyakan mereka hanya mengikuti
dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna menyangkut
(perolehan) kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
lakukan.
37
وَمَا
كَانَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ اَنْ يُّفْتَرٰى مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ
الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ الْكِتٰبِ لَا رَيْبَ فِيْهِ مِنْ رَّبِّ
الْعٰلَمِيْنَۗ
Wa mā kāna hāżal-qur'ānu ay yuftarā
min dūnillāhi wa lākin taṣdīqal-lażī baina yadaihi wa tafṣīlal-kitābi lā raiba
fīhi mir rabbil-‘ālamīn(a).
Tidak mungkin Al-Qur’an ini
dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci ketetapan (Allah). Tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
38
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّثْلِهٖ وَادْعُوْا مَنِ
اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Am yaqūlūnaftarāh(u), qul fa'tū
bisūratim miṡlihī wad‘ū manistaṭa‘tum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a).
Bahkan, apakah (pantas) mereka
mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu.”?
Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Kalau demikian,) buatlah satu surah yang semisal
dengannya dan ajaklah siapa yang dapat kamu (ajak) selain Allah (untuk
menolongmu), jika kamu orang-orang yang benar.”
39
بَلْ
كَذَّبُوْا بِمَا لَمْ يُحِيْطُوْا بِعِلْمِهٖ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيْلُهٗۗ
كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الظّٰلِمِيْنَ
Bal każżabū bimā lam yuḥīṭū
bi‘ilmihī wa lammā ya'tihim ta'wīluh(ū), każālika każżabal-lażīna min qablihim
fanẓur kaifa kāna ‘āqibatuẓ-ẓālimīn(a).
Bahkan, mereka mendustakan apa yang
mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum datang kepada mereka
penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat sebelum mereka telah mendustakan
(para rasul). Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim.
40
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ
بِالْمُفْسِدِيْنَ ࣖ
Wa minhum may yu'minu bihī wa minhum
mal lā yu'minu bih(ī), wa rabbuka a‘lamu bil-mufsidīn(a).
Di antara mereka ada orang yang
beriman padanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak
beriman padanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan.
41
وَاِنْ
كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ
مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ
Wa in każżabūka faqul lī ‘amalī wa
lakum ‘amalukum, antum barī'ūna mimmā a‘malu wa ana barī'um mimmā ta‘malūn(a).
Jika mereka mendustakanmu (Nabi
Muhammad), katakanlah, “Bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu
berlepas diri dari apa yang aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang
kamu perbuat.”
42
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّسْتَمِعُوْنَ اِلَيْكَۗ اَفَاَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوْا
لَا يَعْقِلُوْنَ
Wa minhum may yastami‘ūna ilaik(a),
afa anta tusmi‘uṣ-ṣumma wa lau kānū lā ya‘qilūn(a).
Di antara mereka ada orang yang
mendengarkan engkau (Nabi Muhammad). Apakah engkau dapat menjadikan orang yang
tuli itu bisa mendengar walaupun mereka tidak mengerti?
43
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّنْظُرُ اِلَيْكَۗ اَفَاَنْتَ تَهْدِى الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوْا لَا
يُبْصِرُوْنَ
Wa minhum may yanẓuru ilaik(a), afa
anta tahdil-‘umya wa lau kānū lā yubṣirūn(a).
Di antara mereka ada orang yang
melihat kepada engkau. Apakah engkau dapat memberi petunjuk kepada orang yang
buta, walaupun mereka tidak melihat?
44
اِنَّ
اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُوْنَ
Innallāha lā yaẓlimun-nāsa syai'aw
wa lākinnan-nāsa anfusahum yaẓlimūn(a).
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi
manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.
45
وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ كَاَنْ لَّمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ
يَتَعَارَفُوْنَ بَيْنَهُمْۗ قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ
اللّٰهِ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ
Wa yauma yaḥsyuruhum ka'allam
yalbaṡū illā sā‘atam minan-nahāri yata‘ārafūna bainahum, qad khasiral-lażīna
każżabū biliqā'illāhi wa mā kānū muhtadīn(a).
(Ingatlah) pada hari (ketika) Allah
mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di
dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (seperti ketika) mereka (sejenak)
saling mengenal di antara mereka (setelah dibangkitkan dari alam kubur).
Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah dan mereka
bukanlah orang-orang yang mendapat petunjuk.
46
وَاِمَّا
نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِيْ نَعِدُهُمْ اَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَاِلَيْنَا
مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللّٰهُ شَهِيْدٌ عَلٰى مَا يَفْعَلُوْنَ
Wa immā nuriyannaka ba‘ḍal-lażī
na‘iduhum au natawaffayannaka fa ilainā marji‘uhum ṡummallāhu syahīdun ‘alā mā
yaf‘alūn(a).
Sesungguhnya jika Kami benar-benar
memperlihatkan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagian dari (siksa) yang Kami
janjikan kepada mereka (di dunia), atau jika Kami mewafatkan engkau (sebelum
datangnya azab itu), hanya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Allah
menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan.
47
وَلِكُلِّ
اُمَّةٍ رَّسُوْلٌ ۚفَاِذَا جَاۤءَ رَسُوْلُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Wa likulli ummatir rasūl(un), fa iżā
jā'a rasūluhum quḍiya bainahum bil-qisṭi wa hum lā yuẓlamūn(a).
Setiap umat mempunyai rasul. Apabila
rasul mereka telah datang (di akhirat kelak), diputuskanlah (oleh Allah) di
antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dizalimi (sedikit pun).
48
وَيَقُوْلُوْنَ
مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in
kuntum ṣādiqīn(a).
Mereka mengatakan, “Kapankah
(datangnya) janji (azab) ini jika kamu (Nabi Muhammad dan para pengikutmu)
adalah orang-orang benar?”
49
قُلْ
لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ
لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً
وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Qul lā amliku linafsī ḍarraw wa lā
naf‘an illā mā syā'allāh(u), likulli ummatin ajal(un), iżā jā'a ajaluhum falā
yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak
kuasa (menolak) mudarat dan tidak pula (mendatangkan) manfaat kepada diriku,
kecuali apa yang Allah kehendaki.” Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu).
Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak
(pula) dapat meminta percepatan.
50
قُلْ
اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَتٰىكُمْ عَذَابُهٗ بَيَاتًا اَوْ نَهَارًا مَّاذَا
يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُوْنَ
Qul ara'aitum in atākum ‘ażābuhū
bayātan au nahāram māżā yasta‘jilu minhul-mujrimūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Terangkanlah kepadaku, jika datang kepada kamu siksaan-Nya pada waktu malam
atau siang hari, (siksa) manakah yang diminta untuk disegerakan oleh para
pendurhaka itu?”
51
اَثُمَّ
اِذَا مَا وَقَعَ اٰمَنْتُمْ بِهٖۗ اٰۤلْـٰٔنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهٖ
تَسْتَعْجِلُوْنَ
Aṡumma iżā mā waqa‘a āmantum bih(ī),
āl'āna wa qad kuntum bihī tasta‘jilūn(a).
Apabila azab itu terjadi, apakah
kemudian kamu baru memercayainya? Apakah (baru) sekarang (kamu beriman),
padahal sebelumnya kamu selalu meminta agar ia disegerakan?
52
ثُمَّ
قِيْلَ لِلَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ذُوْقُوْا عَذَابَ الْخُلْدِۚ هَلْ تُجْزَوْنَ
اِلَّا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ
Ṡumma qīla lil-lażīna ẓalamū żūqū
‘ażābal-khuld(i), hal tujzauna illā bimā kuntum taksibūn(a).
Kemudian, dikatakan kepada
orang-orang yang zalim itu, “Rasakanlah olehmu azab yang kekal. (Bukankah) kamu
tidak diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang selama ini telah
kamu usahakan?”
53
۞
وَيَسْتَنْۢبِـُٔوْنَكَ اَحَقٌّ هُوَ ۗ قُلْ اِيْ وَرَبِّيْٓ اِنَّهٗ لَحَقٌّ
ۗوَمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ ࣖ
Wa yastambi'ūnaka aḥaqqun huw(a),
qul ī wa rabbī innahū laḥaqq(un), wa mā antum bimu‘jizīn(a).
Mereka menanyakan kepadamu (Nabi
Muhammad), “Benarkah ia (azab yang dijanjikan Allah) itu?” Katakanlah, “Ya,
demi Tuhanku, sesungguhnya (azab) itu pasti benar dan sekali-kali kamu tidak
dapat menghindar.”
54
وَلَوْ
اَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِى الْاَرْضِ لَافْتَدَتْ بِهٖۗ وَاَسَرُّوا
النَّدَامَةَ لَمَّا رَاَوُا الْعَذَابَۚ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ
لَا يُظْلَمُوْنَ
Wa lau anna likulli nafsin ẓalamat
mā fil-arḍi laftadat bih(ī), wa asarrun-nadāmata lammā ra'awul-‘ażāb(a), wa
quḍiya bainahum bil-qisṭi wa hum lā yuẓlamūn(a).
Seandainya setiap orang yang berbuat
zalim itu (mempunyai) apa yang ada di bumi, tentu dia menebus diri dengannya.
Mereka menyembunyikan penyesalan ketika mereka telah menyaksikan azab itu.
Diputuskanlah (oleh Allah) di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak
dizalimi (sedikit pun).
55
اَلَآ
اِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَلَآ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ
حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Alā inna lillāhi mā fis-samāwāti
wal-arḍ(i), alā inna wa‘dallāhi ḥaqquw wa lākinna akṡarahum lā ya‘lamūn(a).
Ketahuilah, sesungguhnya milik
Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi. Ketahuilah, sesungguhnya janji
Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
56
هُوَ
يُحْيٖ وَيُمِيْتُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Huwa yuḥyī wa yumītu wa ilaihi
turja‘ūn(a).
Dialah yang menghidupkan dan
mematikan serta hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
57
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى
الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Yā ayyuhan-nāsu qad jā'atkum mau‘iẓatum
mir rabbikum wa syifā'ul limā fiṣ-ṣudūr(i), wa hudaw wa raḥmatul
lil-mu'minīn(a).
Wahai manusia, sungguh telah datang
kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit)
yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.
58
قُلْ
بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا
يَجْمَعُوْنَ
Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa
biżālika falyafraḥū, huwa khairum mimmā yajma‘ūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan
karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik
daripada apa yang mereka kumpulkan.”
59
قُلْ
اَرَءَيْتُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ لَكُمْ مِّنْ رِّزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِّنْهُ
حَرَامًا وَّحَلٰلًا ۗ قُلْ ءٰۤاللّٰهُ اَذِنَ لَكُمْ اَمْ عَلَى اللّٰهِ
تَفْتَرُوْنَ
Qul ara'aitum mā anzalallāhu lakum
mir rizqin fa ja‘altum minhu ḥarāmaw wa ḥalālā(n), qul āllāhu ażina lakum am
‘alallāhi taftarūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu
jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal.” Katakanlah, “Apakah Allah
telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) ataukah kamu mengada-ada atas nama
Allah?”
60
وَمَا
ظَنُّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗاِنَّ
اللّٰهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُوْنَ ࣖ
Wa mā ẓannul-lażīna yaftarūna
‘alallāhil-każiba yaumal-qiyāmah(ti), innallāha lażū faḍlin ‘alan-nāsi wa
lākinna akṡarahum lā yasykurūn(a).
Apakah dugaan orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah (berkenaan dengan apa yang akan Allah
berikan kepada mereka) pada hari Kiamat? Sesungguhnya Allah benar-benar
mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan
mereka tidak bersyukur.
61
وَمَا
تَكُوْنُ فِيْ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلَا تَعْمَلُوْنَ
مِنْ عَمَلٍ اِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا اِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِۗ وَمَا
يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى
السَّمَاۤءِ وَلَآ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Wa mā takūnu fī sya'niw wa mā tatlū
minhu min qur'āniw wa lā ta‘malūna min ‘amalin illā kunnā ‘alaikum syuhūdan iż
tufīḍūna fīh(i), wa mā ya‘zubu ‘ar rabbika mim miṡqāli żarratin fil-arḍi wa lā
fis-samā'i wa lā aṣgara min żālika wa lā akbara illā fī kitābim mubīn(in).
Engkau (Nabi Muhammad) tidak berada
dalam suatu urusan, tidak membaca suatu ayat Al-Qur’an, dan tidak pula
mengerjakan suatu pekerjaan, kecuali Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu
melakukannya. Tidak ada yang luput sedikit pun dari (pengetahuan) Tuhanmu,
walaupun seberat zarah, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang
lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, kecuali semua tercatat dalam
kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).
62
اَلَآ
اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ
Alā inna auliyā'allāhi lā khaufun
‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi)
para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun
tidak bersedih.
63
اَلَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ
Al-lażīna āmanū wa kānū yattaqūn(a).
(Mereka adalah) orang-orang yang beriman
dan selalu bertakwa.
64
لَهُمُ
الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ
لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ
Lahumul-busyrā fil-ḥayātid-dun-yā wa
fil-ākhirah(ti), lā tabdīla likalimātillāh(i), żālika huwal-fauzul-‘aẓīm((u).
Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(ketetapan dan janji) Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.
65
وَلَا
يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ
Wa lā yaḥzunka qauluhum,
innal-‘izzata lillāhi jamī‘ā(n), huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Janganlah engkau (Nabi Muhammad)
sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya milik Allah.
Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
66
اَلَآ
اِنَّ لِلّٰهِ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِۗ وَمَا يَتَّبِعُ
الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ شُرَكَاۤءَ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ
اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
Alā inna lillāhi man fis-samāwāti wa
man fil-arḍ(i), wa mā yattabi‘ul-lażīna yad‘ūna min dūnillāhi syurakā'(a), iy
yattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa in hum illā yakhruṣūn(a).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik
Allahlah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi. Orang-orang yang
menyeru sekutu-sekutu selain Allah tidaklah mengikuti (suatu kebenaran). Mereka
hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah menduga-duga.
67
هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا
ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
Huwal-lażī ja‘ala lakumul-laila
litaskunū fīhi wan-nahāra mubṣirā(n), inna fī żālika la'āyātil liqaumiy
yasma‘ūn(a).
Dialah yang menjadikan malam bagimu
agar kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang.349) Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang (mau) mendengar.
Catatan Kaki
349) Allah Swt. menjadikan siklus harian rotasi bumi sebagai
penyebab keberulangan malam dan siang. Saat malam, ketika matahari berada pada
belahan bumi sebaliknya, suasana gelap dan sejuk sehingga sangat cocok menjadi
waktu beristirahat. Sementara itu, siang hari yang terang sangat cocok menjadi
waktu beraktivitas.
68
قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا سُبْحٰنَهٗ ۗ هُوَ الْغَنِيُّ ۗ لَهٗ مَا فِى
السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ اِنْ عِنْدَكُمْ مِّنْ سُلْطٰنٍۢ بِهٰذَاۗ
اَتَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Qāluttakhażallāhu waladan
subḥānah(ū), huwal-ganiyy(u), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), in
‘indakum min sulṭānim bihāżā, ataqūlūna ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).
Mereka (yang menyekutukan Allah) berkata,
“Allah mengangkat anak.” Maha Suci Dia. Dialah Yang Maha Kaya. Milik-Nyalah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai alasan kuat
tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu
ketahui?
69
قُلْ
اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَۗ
Qul innal-lażīna yaftarūna
‘alallāhil-każiba lā yufliḥūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak
akan beruntung.”
70
مَتَاعٌ
فِى الدُّنْيَا ثُمَّ اِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيْقُهُمُ الْعَذَابَ
الشَّدِيْدَ بِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ ࣖ
Matā‘un fid-dun-yā ṡumma ilainā
marji‘uhum ṡumma nużīquhumul-‘ażābasy syadīda bimā kānū yakfurūn(a).
(Bagi mereka) kesenangan (sesaat) ketika di
dunia, selanjutnya kepada Kamilah tempat mereka kembali, kemudian Kami jadikan
mereka merasakan azab yang keras karena mereka selalu kufur.
71
۞
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ نُوْحٍۘ اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اِنْ كَانَ
كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَّقَامِيْ وَتَذْكِيْرِيْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَعَلَى اللّٰهِ
تَوَكَّلْتُ فَاَجْمِعُوْٓا اَمْرَكُمْ وَشُرَكَاۤءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ
اَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوْٓا اِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُوْنِ
Watlu ‘alaihim naba'a nūḥ(in), iż
qāla liqaumihī yā qaumi in kāna kabura ‘alaikum maqāmī wa tażkīrī bi'āyātillāhi
fa ‘alallāhi tawakkaltu fa ajmi‘ū amrakum wa syurakā'akum ṡumma lā yakun
amrukum ‘alaikum gummatan ṡummaqḍū ilayya wa lā tunẓirūn(i).
Bacakanlah (sampaikanlah wahai Nabi
Muhammad) kepada mereka berita penting (tentang) Nuh ketika dia berkata kepada
kaumnya, “Wahai kaumku, jika terasa berat bagi kamu keberadaanku tinggal
(bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, kepada Allahlah aku
bertawakal. Oleh karena itu, bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah
sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), selanjutnya janganlah keputusanmu itu
dirahasiakan. Kemudian, bertindaklah terhadap diriku dan janganlah kamu
tunda-tunda (tindakan itu) kepadaku.
72
فَاِنْ
تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَاَلْتُكُمْ مِّنْ اَجْرٍۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى
اللّٰهِ ۙوَاُمِرْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Fa in tawallaitum famā sa'altukum
min ajr(in), in ajriya illā ‘alallāh(i), wa umirtu an akūna minal-muslimīn(a).
Jika kamu berpaling (dari
peringatanku), aku tidak meminta imbalan sedikit pun darimu. Imbalanku tidak
lain hanyalah dari Allah dan aku diperintah agar aku masuk ke dalam golongan
orang-orang muslim.”
73
فَكَذَّبُوْهُ
فَنَجَّيْنٰهُ وَمَنْ مَّعَهٗ فِى الْفُلْكِ وَجَعَلْنٰهُمْ خَلٰۤىِٕفَ
وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِيْنَ
Fa każżabūhu fa najjaināhu wa mam
ma‘ahū fil-fulki wa ja‘alnāhum khalā'ifa wa agraqnal-lażīna każżabū bi'āyātinā,
fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-munżarīn(a).
Mereka mendustakannya (Nuh). Lalu,
Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera serta Kami
jadikan mereka sebagai generasi penerus dan Kami tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
diberi peringatan itu.
74
ثُمَّ
بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ رُسُلًا اِلٰى قَوْمِهِمْ فَجَاۤءُوْهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ
فَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا بِمَا كَذَّبُوْا بِهٖ مِنْ قَبْلُ ۗ كَذٰلِكَ
نَطْبَعُ عَلٰى قُلُوْبِ الْمُعْتَدِيْنَ
Ṡumma ba‘aṡnā mim ba‘dihī rusulan
ilā qaumihim fa jā'ūhum bil-bayyināti famā kānū liyu'minū bimā każżabū bihī min
qabl(u), każālika naṭba‘u ‘alā qulūbil-mu‘tadīn(a).
Kemudian, Kami mengutus setelahnya
(Nuh) beberapa rasul kepada kaum mereka (umat masing-masing), maka rasul-rasul
itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, tetapi mereka
tidak mau beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya.
Demikianlah Kami mengunci hati orang-orang yang melampaui batas.
75
ثُمَّ
بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى وَهٰرُوْنَ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ
بِاٰيٰتِنَا فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ
Ṡumma ba‘aṡnā mim ba‘dihim mūsā wa
hārūna ilā fir‘auna wa mala'ihī bi'āyātinā fastakbarū wa kānū qaumam
mujrimīn(a).
Kemudian, setelah mereka Kami
mengutus Musa dan Harun kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya, dengan membawa
tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Lalu, mereka menyombongkan diri dan mereka adalah
kaum pendurhaka.
76
فَلَمَّا
جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوْٓا اِنَّ هٰذَا لَسِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Falammā jā'ahumul-ḥaqqu min ‘indinā
qālū inna hāżā lasiḥrum mubīn(un).
Ketika telah datang kepada mereka
kebenaran (mukjizat) dari sisi Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya ini
benar-benar sihir yang nyata.”
77
قَالَ
مُوْسٰٓى اَتَقُوْلُوْنَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَكُمْ ۗ اَسِحْرٌ هٰذَاۗ وَلَا
يُفْلِحُ السّٰحِرُوْنَ
Qāla mūsā ataqūlūna lil-ḥaqqi lammā
jā'akum, asiḥrun hāżā, wa lā yufliḥus-sāḥirūn(a).
Musa berkata, “Apakah (pantas) kamu
mengatakan terhadap kebenaran (mukjizat) ketika ia datang kepadamu, ‘sihirkah
ini?’ Padahal, para penyihir itu tidaklah mendapat kemenangan.”
78
قَالُوْٓا
اَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا وَتَكُوْنَ
لَكُمَا الْكِبْرِيَاۤءُ فِى الْاَرْضِۗ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِيْنَ
Qālū aji'tanā litalfitanā ‘ammā
wajadnā ‘alaihi ābā'anā wa takūna lakumal-kibriyā'u fil-arḍ(i), wa mā naḥnu
lakumā bimu'minīn(a).
Mereka berkata, “Apakah engkau
(Musa) datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati pada
nenek moyang kami (menyembah berhala), dan agar kamu berdua (Musa dan Harun)
mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan beriman kepada kamu
berdua.”
79
وَقَالَ
فِرْعَوْنُ ائْتُوْنِيْ بِكُلِّ سٰحِرٍ عَلِيْمٍ
Wa qāla fir‘aunu'tūnī bikulli
sāḥirin ‘alīm(in).
Fir‘aun berkata (kepada para pemuka
kaumnya), “Datangkanlah kepadaku semua penyihir yang ulung!”
80
فَلَمَّا
جَاۤءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُّوْسٰٓى اَلْقُوْا مَآ اَنْتُمْ مُّلْقُوْنَ
Falammā jā'as-saḥaratu qāla lahum
mūsā alqū mā antum mulqūn(a).
Ketika para penyihir itu datang,
Musa berkata kepada mereka, “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan!”
81
فَلَمَّآ
اَلْقَوْا قَالَ مُوْسٰى مَا جِئْتُمْ بِهِ ۙالسِّحْرُۗ اِنَّ اللّٰهَ
سَيُبْطِلُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِيْنَ ࣖ
Falammā alqau qāla mūsā mā ji'tum
bihis-siḥr(u), innallāha sayubṭiluh(ū), innallāha lā yuṣliḥu
‘amalal-mufsidīn(a).
Setelah mereka melemparkan
(tali-temali), Musa berkata, “Apa yang kamu bawa itulah sihir. Sesungguhnya
Allah akan membatalkan (mengalahkan)-nya. Sesungguhnya Allah tidak membiarkan
perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan.
82
وَيُحِقُّ
اللّٰهُ الْحَقَّ بِكَلِمٰتِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَ
Wa yuḥiqqullāhul-ḥaqqa bikalimātihī
wa lau karihal-mujrimūn(a).
Allah akan mengukuhkan kebenaran
dengan ketetapan-ketetapan-Nya, walaupun para pendurhaka tidak menyukainya.
83
فَمَآ
اٰمَنَ لِمُوْسٰىٓ اِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِّنْ قَوْمِهٖ عَلٰى خَوْفٍ مِّنْ
فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهِمْ اَنْ يَّفْتِنَهُمْ ۗوَاِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِى
الْاَرْضِۚ وَاِنَّهٗ لَمِنَ الْمُسْرِفِيْنَ
Famā āmana limūsā illā żurriyyatum
min qaumihī ‘alā khaufim min fir‘auna wa mala'ihim ay yaftinahum, wa inna
fir‘auna la‘ālin fil-arḍ(i), wa innahū laminal-musrifīn(a).
Tidak ada yang beriman kepada Musa
selain keturunan dari kaumnya disertai ketakutan kepada Fir‘aun dan para pemuka
kaumnya yang akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir‘aun benar-benar
sewenang-wenang di bumi. Sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang
melampaui batas.
84
وَقَالَ
مُوْسٰى يٰقَوْمِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوْٓا اِنْ
كُنْتُمْ مُّسْلِمِيْنَ
Wa qāla mūsā yā qaumi in kuntum
āmantum billāhi fa ‘alaihi tawakkalū in kuntum muslimīn(a).
Musa berkata, “Wahai kaumku, jika
kamu sungguh-sungguh beriman kepada Allah, bertawakallah hanya kepada-Nya
apabila kamu benar-benar orang-orang muslim (yang berserah diri kepada Allah).”
85
فَقَالُوْا
عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَا ۚرَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ
الظّٰلِمِيْنَ
Fa qālū ‘alallāhi tawakkalnā,
rabbanā lā taj‘alnā fitnatal lil-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Mereka pun berkata, “Kepada Allahlah
kami bertawakal. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah
bagi kaum yang zalim.
86
وَنَجِّنَا
بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Wa najjinā biraḥmatika
minal-qaumil-kāfirīn(a).
Selamatkanlah pula kami dengan
rahmat-Mu dari kaum yang kafir.”
87
وَاَوْحَيْنَآ
اِلٰى مُوْسٰى وَاَخِيْهِ اَنْ تَبَوَّاٰ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوْتًا
وَّاجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قِبْلَةً وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَۗ وَبَشِّرِ
الْمُؤْمِنِيْنَ
Wa auḥainā ilā mūsā wa akhīhi an
tabawwa'ā liqaumikumā bimiṣra buyūtaw waj‘alū buyūtakum qiblataw wa
aqīmuṣ-ṣalāh(ta), wa basysyiril-mu'minīn(a).
Telah Kami wahyukan kepada Musa dan
saudaranya (Harun), “Ambillah oleh kamu berdua beberapa rumah di Mesir untuk
tempat tinggal kaummu, jadikanlah rumah-rumahmu itu kiblat (tempat ibadah), dan
tegakkanlah salat. Gembirakanlah orang-orang mukmin.”
88
وَقَالَ
مُوْسٰى رَبَّنَآ اِنَّكَ اٰتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَاَهٗ زِيْنَةً وَّاَمْوَالًا
فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ رَبَّنَا لِيُضِلُّوْا عَنْ سَبِيْلِكَ ۚرَبَّنَا
اطْمِسْ عَلٰٓى اَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْا
حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ
Wa qāla mūsā rabbanā innaka ātaita
fir‘auna wa mala'ahū zīnataw wa amwālan fil-ḥayātid-dun-yā, rabbanā liyuḍillū
‘an sabīlik(a), rabbanaṭmis ‘alā amwālihim wasydud ‘alā qulūbihim falā yu'minū
ḥattā yarawul-‘ażābal-alīm(a).
Musa berkata, “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau telah memberikan kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya
perhiasan dan harta kekayaan (yang banyak) dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan
kami, (akibat pemberian itu) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya
Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka
sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang sangat pedih.”
89
قَالَ
قَدْ اُجِيْبَتْ دَّعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيْمَا وَلَا تَتَّبِعٰۤنِّ سَبِيْلَ
الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
Qāla qad ujībad da‘watukumā
fastaqīmā wa lā tattabi‘ānni sabīlal-lażīna lā ya‘lamūn(a).
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh,
permohonan kamu berdua telah diperkenankan. Maka, tetaplah kamu berdua (pada
jalan yang lurus) dan janganlah sekali-kali kamu berdua mengikuti jalan
orang-orang yang tidak mengetahui.”
90
۞
وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ
وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ
اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْٓ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْٓا
اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَنَا۠ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Wa jāwaznā bibanī isrā'īlal-baḥra fa
atba‘ahum fir‘aunu wa junūduhū bagyaw wa ‘adwā(n), ḥattā iżā adrakahul-garaqu
qāla āmantu annahū lā ilāha illal-lażī āmanat bihī banū isrā'īla wa ana
minal-muslimīn(a).
Kami jadikan Bani Israil bisa
melintasi laut itu (Laut Merah). Lalu, Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti
mereka untuk menganiaya dan menindas hingga ketika Fir‘aun hampir (mati)
tenggelam, dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain (Tuhan) yang
telah dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri kepada-Nya).”
91
اٰۤلْـٰٔنَ
وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ
Āl'āna wa qad ‘aṣaita qablu wa kunta
minal-mufsidīn(a).
Apakah (baru) sekarang (kamu
beriman), padahal sungguh kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk
orang-orang yang berbuat kerusakan?
92
فَالْيَوْمَ
نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا
مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ ࣖ
Fal yauma nunajjīka bibadanika
litakūna liman khalfaka āyah(tan), wa inna kaṡīram minan-nāsi ‘an āyātinā
lagāfilūn(a).
Pada hari ini Kami selamatkan
jasadmu agar kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah kamu.
Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar lengah (tidak mengindahkan)
tanda-tanda (kekuasaan) Kami.
93
وَلَقَدْ
بَوَّأْنَا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ مُبَوَّاَ صِدْقٍ وَّرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ
الطَّيِّبٰتِ ۚفَمَا اخْتَلَفُوْا حَتّٰى جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ ۗاِنَّ رَبَّكَ
يَقْضِيْ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ
Wa laqad bawwa'nā banī isrā'īla
mubawwa'a ṣidqiw wa razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāt(i), famākhtalafū ḥattā
jā'ahumul-‘ilm(u), inna rabbaka yaqḍī bainahum yaumal-qiyāmati fīmā kānū fīhi
yakhtalifūn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah
menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang benar (bagus dan nyaman) dan
Kami beri mereka rezeki yang baik. Maka, mereka tidak berselisih hingga datang
kepada mereka pengetahuan (yang tersurat dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhanmu
akan memberi keputusan antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu
mereka perselisihkan.
94
فَاِنْ
كُنْتَ فِيْ شَكٍّ مِّمَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ فَسْـَٔلِ الَّذِيْنَ
يَقْرَءُوْنَ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ لَقَدْ جَاۤءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ
فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَۙ
Fa in kunta fī syakkim mimmā anzalnā
ilaika fas'alil-lażīna yaqra'ūnal-kitāba min qablik(a), laqad jā'akal-ḥaqqu mir
rabbika falā takūnanna minal-mumtarīn(a).
Jika engkau (Nabi Muhammad) berada
dalam keraguan tentang apa (kisah nabi-nabi terdahulu) yang Kami turunkan
kepadamu, tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Maka, janganlah
sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu.
95
وَلَا
تَكُوْنَنَّ مِنَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَتَكُوْنَ مِنَ
الْخٰسِرِيْنَ
Wa lā takūnanna minal-lażīna każżabū
bi'āyātillāhi fa takūna minal-khāsirīn(a).
Janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu tergolong
orang-orang yang merugi.
96
اِنَّ
الَّذِيْنَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Innal-lażīna ḥaqqat ‘alaihim
kalimatu rabbika lā yu'minūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang telah
pasti mendapatkan ketentuan Tuhanmu (menjadi kufur atas pilihan sendiri) itu
tidak akan beriman.
97
وَلَوْ
جَاۤءَتْهُمْ كُلُّ اٰيَةٍ حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ
Wa lau jā'athum kullu āyatin ḥattā
yarawul-‘ażābal-alīm(a).
Meskipun semua tanda-tanda
(kebesaran Allah) datang kepada mereka, (mereka tidak juga beriman) hingga
mereka menyaksikan azab yang sangat pedih.
98
فَلَوْلَا
كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ
لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ
Falau lā kānat qaryatun āmanat fa
nafa‘ahā īmānuhā illā qauma yūnus(a), lammā āmanū kasyafnā ‘anhum
‘ażābal-khizyi fil-ḥayātid-dun-yā wa matta‘nāhum ilā ḥīn(in).
Mengapa tidak ada (penduduk) suatu
negeri pun yang segera beriman sehingga imannya itu bermanfaat kepadanya,
selain kaum Yunus? Ketika mereka beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang
menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami berikan kesenangan hidup (sementara)
kepada mereka sampai waktu yang ditentukan.
99
وَلَوْ
شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ
تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
Wa lau syā'a rabbuka la'āmana man
fil-arḍi kulluhum jamī‘ā(n), afa anta tukrihun-nāsa ḥattā yakūnū mu'minīn(a).
Seandainya Tuhanmu menghendaki,
tentulah semua orang di bumi seluruhnya beriman. Apakah engkau (Nabi Muhammad)
akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang mukmin?
100
وَمَا
كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تُؤْمِنَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَيَجْعَلُ الرِّجْسَ
عَلَى الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ
Wa mā kāna linafsin an tu'mina illā
bi'iżnillāh(i), wa yaj‘alur-rijsa ‘alal-lażīna lā ya‘qilūn(a).
Tidak seorang pun akan beriman,
kecuali dengan izin Allah dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak
mau mengerti.
101
قُلِ
انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ
وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ
Qulinẓurū māżā fis-samāwāti
wal-arḍ(i), wa mā tugnil-āyātu wan-nużuru ‘an qaumil lā yu'minūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Perhatikanlah apa saja yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah berguna
tanda-tanda (kebesaran Allah) dan peringatan-peringatan itu (untuk
menghindarkan azab Allah) dari kaum yang tidak beriman.
102
فَهَلْ
يَنْتَظِرُوْنَ اِلَّا مِثْلَ اَيَّامِ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْۗ قُلْ
فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ
Fahal yantaẓirūna illā miṡla
ayyāmil-lażīna khalau min qablihim, qul fantaẓirū innī ma‘akum
minal-muntaẓirīn(a).
Mereka tidak menunggu kecuali
seperti hari-hari (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang
menimpa) orang-orang terdahulu sebelum mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Maka, tunggulah (siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang
yang menunggu bersamamu.”
103
ثُمَّ
نُنَجِّيْ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كَذٰلِكَ ۚحَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ
الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ
Ṡumma nunajjī rusulanā wal-lażīna
āmanū każālik(a), ḥaqqan ‘alainā nunjil-mu'minīn(a).
Kemudian, Kami selamatkan
rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. Demikianlah menjadi ketentuan
Kami untuk menyelamatkan orang-orang mukmin.
104
قُلْ
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ شَكٍّ مِّنْ دِيْنِيْ فَلَآ اَعْبُدُ
الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ اَعْبُدُ اللّٰهَ الَّذِيْ
يَتَوَفّٰىكُمْ ۖ وَاُمِرْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَۙ
Qul yā ayyuhan nāsu in kuntum fī
syakkim min dīnī falā a‘budul-lażīna ta‘budūna min dūnillāhi wa lākin
a‘budullāhal-lażī yatawaffākum, wa umirtu an akūna minal-mu'minīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, aku tidak
menyembah (apa atau siapa) yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah
Allah yang akan mematikan kamu dan aku diperintah supaya aku termasuk
orang-orang mukmin.”
105
وَاَنْ
اَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۚ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Wa an aqim wajhaka lid-dīni
ḥanīfā(n), wa lā takūnanna minal-musyrikīn(a).
(Aku juga diperintah dengan firman-Nya),
“Hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dengan lurus dan janganlah
sekali-kali engkau termasuk orang-orang musyrik.
106
وَلَا
تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ
فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ
Wa lā tad‘u min dūnillāhi mā lā
yanfa‘uka wa lā yaḍurruk(a), fa in fa‘alta fa innaka iżam minaẓ-ẓālimīn(a).
Janganlah engkau sembah selain
Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi
mudarat kepadamu, sebab jika engkau lakukan (yang demikian itu), sesungguhnya
engkau termasuk orang-orang zalim.”
107
وَاِنْ
يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ
بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ
ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Wa iy yamsaskallāhu biḍurrin falā
kāsyifa lahū illā huw(a), wa iy yuridka bikhairin falā rādda lifaḍlih(ī),
yuṣību bihī may yasyā'u min ‘ibādih(ī), wa huwal-gafūrur-raḥīm(u).
Jika Allah menimpakan suatu mudarat
kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia
menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia
memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
108
قُلْ
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۚفَمَنِ اهْتَدٰى
فَاِنَّمَا يَهْتَدِيْ لِنَفْسِهٖ ۚوَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا
ۚوَمَآ اَنَا۠ عَلَيْكُمْ بِوَكِيْلٍۗ
Qul yā ayyuhan-nāsu qad
jā'akumul-ḥaqqu mir rabbikum, fa manihtadā fa innamā yahtadī linafsih(ī), wa
man ḍalla fa innamā yaḍillu ‘alaihā, wa mā ana ‘alaikum biwakīl(in).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
manusia, sungguh telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu.
Maka, siapa yang mendapatkan petunjuk, sesungguhnya petunjuknya itu untuk
(kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang sesat, sesungguhnya kesesatannya itu
(mencelakakan) dirinya sendiri. Aku bukanlah penanggung jawab kamu.”
109
وَاتَّبِعْ
مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتّٰى يَحْكُمَ اللّٰهُ ۚوَهُوَ خَيْرُ
الْحٰكِمِيْنَ ࣖ
Wattabi‘ mā yūḥā ilaika waṣbir ḥattā
yaḥkumallāh(u), wa huwa khairul-ḥākimīn(a).
Ikutilah apa yang telah diwahyukan
kepadamu dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan. Dia adalah pemberi
putusan yang terbaik.
Audio Surat Yunus 1-109
Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Yunus 1-109 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.