Al-Qur'an Surat Yusuf 1-111 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio)
0LIKE
3LOVE
1WOW

Tap Zoom Image

Download Image

DETAIL


 


1





الۤرٰ ۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۗ





Alif lām rā, tilka
āyātul-kitābil-mubīn(i).



Alif Lām Rā. Itulah
ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (arti dan petunjuknya).





2





اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ
تَعْقِلُوْنَ





Innā anzalnāhu
qur'ānan ‘arabiyyal la‘allakum ta‘qilūn(a).



Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Kitab Suci) berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu mengerti.





3





نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ
اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ





Nanu naquṣṣu ‘alaika asanal-qaai bimā auainā ilaika hāżal-qur'ān(a),
wa in kunta min qablihī laminal-gāfilīn(a).



Kami menceritakan
kepadamu (Nabi Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini
kepadamu. Sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang tidak
mengetahui.





4





اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ
عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ





Iż qāla yūsufu
li'abīhi yā abati innī ra'aitu a
ada ‘asyara kaukabaw
wasy-syamsa wal-qamara ra'aituhum lī sājidīn(a).



(Ingatlah)
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku
telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat
semuanya sujud kepadaku.”





5





قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ
فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ





Qāla yā bunayya lā taqu ru'yāka ‘alā ikhwatika fa yakīdū laka kaidā(n),
innasy-syai
āna lil-insāni ‘aduwwum mubīn(un).



Dia (ayahnya) berkata,
“Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu
karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu.
Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia.”





6





وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ
الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ
اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ
عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ࣖ





Wa każālika yajtabīka
rabbuka wa yu‘allimuka min ta'wīlil-a
ādīi wa yutimmu ni‘matahū ‘alaika wa ‘alā āli ya‘qūba kamā atammahā
‘alā abawaika min qablu ibrāhīma wa is
āq(a), inna rabbaka ‘alīmun
akīm(un).



Demikianlah, Tuhan
memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil
mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya‘qub,
sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya,
(yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.





7





۞ لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ
لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ





Laqad kāna fī yūsufa
wa ikhwatihī āyātul lis-sā'ilīn(a).



Sungguh, dalam (kisah)
Yusuf dan saudara-saudaranya benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi para penanya.





8





اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا
مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ





Iż qālū layūsufu wa
akhūhu a
abbu ilā abīnā minnā wa nanu ‘ubah(tun), inna abānā lafī alālim mubīn(in).



(Ingatlah)
ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara (kandung)-nya
365) lebih dicintai Ayah daripada kita, padahal kita adalah
kumpulan (yang banyak). Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.



Catatan
Kaki



365) Yang dimaksud saudara kandung Yusuf a.s.
adalah Bunyamin.





9





ۨاقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ
وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ





Uqtulū yūsufa awiraūhu aray yakhlu lakum wajhu
abīkum wa takūnū mim ba‘dihī qauman
āliīn(a).



Bunuhlah Yusuf atau
buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian Ayah tertumpah kepadamu dan setelah
itu (bertobatlah sehingga) kamu akan menjadi kaum yang saleh.”





10





قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ
فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ
فٰعِلِيْنَ





Qāla qā'ilum minhum lā
taqtulū yūsufa wa alqūhu fī gayābatil-jubbi yaltaqi
hu ba‘us-sayyārati in kuntum fā‘ilīn(a).



Salah seorang di
antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja dia
ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir jika kamu hendak
berbuat.”





11





قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّ۫ا عَلٰى يُوْسُفَ
وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ





Qālū yā abānā mā laka
lā ta'mannā ‘alā yūsufa wa innā lahū lanā
iūn(a).



Mereka berkata, “Wahai
ayah kami, mengapa engkau tidak memercayai kami atas Yusuf, padahal
sesungguhnya kami benar-benar menginginkan kebaikan baginya?





12





اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ
لَحٰفِظُوْنَ





Arsilhu ma‘anā gaday
yarta‘ wa yal‘ab wa innā lahū la
āfiūn(a).



Biarkanlah dia pergi
bersama kami besok pagi agar dia bersenang-senang dan bermain-main.
Sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.”





13





قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ
اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ





Qāla innī layazununī an tażhabū bihī wa akhāfu ay ya'kulahuż-żi'bu wa antum ‘anhu
gāfilūn(a).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku
khawatir serigala akan memangsanya, sedangkan kamu lengah darinya.”





14





قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ
اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ





Qālū la'in
akalahuż-żi'bu wa na
nu ‘ubatun innā iżal lakhāsirūn(a).



Mereka berkata,
“Sungguh, jika serigala memangsanya, padahal kami kelompok (yang kuat), kami
benar-benar orang-orang yang merugi.”
366)



Catatan
Kaki



366) Maksudnya adalah menjadi orang pengecut yang
hidupnya tidak ada artinya.





15





فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ
غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ
هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ





Falammā żahabū bihī wa
ajma‘ū ay yaj‘alūhu fī gayābatil-jubb(i), wa au
ainā ilaihi
latunabbi'annahum bi'amrihim hāżā wa hum lā yasy‘urūn(a).



Maka, ketika mereka
membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan
kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, “Engkau kelak pasti akan
menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak
menyadari.”





16





وَجَاۤءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَاۤءً يَّبْكُوْنَۗ





Wa jā'ū abāhum
‘isyā'ay yabkūn(a).



(Kemudian,)
mereka datang kepada ayahnya pada petang hari sambil menangis.





17





قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا
يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ
لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ





Qālū yā abānā innā
żahabnā nastabiqu wa taraknā yūsufa ‘inda matā‘inā fa akalahuż-żi'b(u), wa mā
anta bimu'minil lanā wa lau kunnā
ādiqīn(a).



Mereka berkata, “Wahai
ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu serigala memangsanya. Engkau tentu tidak akan percaya
kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”





18





وَجَاۤءُوْ عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ
لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗوَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى
مَا تَصِفُوْنَ





Wa jā'ū ‘alā qamīihī bidamin każib(in), qāla bal sawwalat lakum anfusukum
amrā(n), fa
abrun jamīl(un), wallāhul musta‘ānu ‘alā mā taifūn(a).



Mereka datang membawa
bajunya (yang dilumuri) darah palsu. Dia (Ya‘qub) berkata, “Justru hanya dirimu
sendirilah yang memandang baik urusan (yang buruk) itu, maka hanya bersabar
itulah yang terbaik (bagiku). Allah sajalah Zat yang dimohonkan pertolongan
terhadap apa yang kamu ceritakan.”





19





وَجَاۤءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلٰى
دَلْوَهٗ ۗقَالَ يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ۗوَاللّٰهُ
عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ





Wa jā'at sayyāratun fa
arsalū wāridahum fa adlā dalwah(ū), qāla yā busyrā hāżā gulām(un), wa asarrūhu
bi
ā‘ah(tan), wallāhu ‘alīmum bimā ya‘malūn(a).



Datanglah sekelompok
musafir. Mereka menyuruh seorang pengambil air, lalu dia menurunkan timbanya.
Dia berkata, “Oh, senangnya! Ini ada seorang anak muda.” Kemudian mereka
menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.





20





وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا
فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ ࣖ





Wa syarauhu biamanim bakhsin darāhima ma‘dūdah(tin), wa kānū fīhi minaz-zāhidīn(a).



Mereka menjualnya
(Yusuf) dengan harga murah, (yaitu) beberapa dirham saja sebab mereka tidak
tertarik kepadanya.
367)



Catatan
Kaki



367) Mereka khawatir Yusuf a.s. akan ditemukan
oleh keluarganya sehingga akan langsung diambil kembali dan mereka tidak
mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, mereka cepat-cepat menjualnya walaupun
dengan harga murah.





21





وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ
اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا
ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ
الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُوْنَ





Wa qālal-lażisytarāhu
mim mi
ra limra'atihī akrimī mawāhu ‘asā ay yanfa‘anā au nattakhiżahū waladā(n), wa każālika
makkannā liyūsufa fil-ar
(i), wa linu‘allimahū min ta'wīlil-aādī(i), wallāhu gālibun ‘alā amrihī wa lākinna akaran-nāsi lā ya‘lamūn(a).



Orang Mesir yang
membelinya berkata kepada istrinya,
368) “Berikanlah
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik. Mudah-mudahan dia bermanfaat bagi
kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Demikianlah, (kelak setelah dewasa,)
Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir) dan agar
Kami mengajarkan kepadanya takwil mimpi. Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.



Catatan
Kaki



368) Orang dari Mesir yang membeli Yusuf a.s. itu
adalah seorang pembesar Mesir yang dikenal dengan nama Qitfir al-Aziz. Sebagian
kitab tafsir juga menyebut nama istrinya, yaitu Rail. Ada juga yang menyebutnya
Zulaikha atau Zalikha. Namun, riwayat yang menyebutkan nama-nama tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan.





22





وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا
ۗوَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ





Wa lammā balaga
asyuddahū ātaināhu
ukmaw wa ‘ilmā(n), wa każālika najzil-musinīn(a).



Ketika dia telah cukup
dewasa, Kami berikan kepadanya kearifan dan ilmu. Demikianlah, Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.





23





وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ
وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ
رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ





Wa rāwadathul-latī
huwa fī baitihā ‘an nafsihī wa gallaqatil-abwāba wa qālat haita lak(a), qāla
ma‘āżallāhi innahū rabbī a
sana mawāy(a), innahū lā
yuflihu
-ālimūn(a).



Perempuan, yang dia
(Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu
berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada
Allah. Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku. Dia telah memperlakukanku
dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.”





24





وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ
بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ
اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ





Wa laqad hammat bihī
wa hamma bihā lau lā ar ra'ā burhāna rabbih(ī), każālika lina
rifa ‘anhus-sū'a wal-fasyā'(a), innahū min ‘ibādinal-mukhlaīn(a).



Sungguh, perempuan itu
benar-benar telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Yusuf pun berkehendak
kepadanya sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.
369) Demikianlah, Kami memalingkan darinya keburukan dan
kekejian. Sesungguhnya dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.



Catatan
Kaki



369) Ayat ini tidak menunjukkan bahwa Nabi Yusuf
a.s. mempunyai keinginan yang buruk terhadap perempuan itu, tetapi godaan itu
demikian besarnya sehingga sekiranya dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada
Allah Swt., tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.





25





وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيْصَهٗ مِنْ دُبُرٍ
وَّاَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِۗ قَالَتْ مَا جَزَاۤءُ مَنْ اَرَادَ
بِاَهْلِكَ سُوْۤءًا اِلَّآ اَنْ يُّسْجَنَ اَوْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ





Wastabaqal-bāba wa
qaddat qamī
ahū min duburiw wa alfayā sayyidahā ladal-bāb(i),
qālat mā jazā'u man arāda bi'ahlika sū'an illā ay yusjana au ‘ażābun alīm(un).



Keduanya berlomba
menuju pintu dan perempuan itu menarik bajunya (Yusuf) dari belakang hingga
koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan
itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap
istrimu selain dipenjarakan atau (dihukum dengan) siksa yang pedih?”





26





قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ
اَهْلِهَاۚ اِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ
الْكٰذِبِيْنَ





Qāla hiya rāwadatnī
‘an nafsī wa syahida syāhidum min ahlihā, in kāna qamī
uhū qudda min qubulin fa adaqat wa huwa
minal-kāżibīn(a).



Dia (Yusuf) berkata,
“Dia yang menggoda diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu
memberikan kesaksian, “Jika bajunya koyak di bagian depan, perempuan itu benar
dan dia (Yusuf) termasuk orang-orang yang berdusta.





27





وَاِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ
الصّٰدِقِيْنَ





Wa in kāna qamīuhū qudda min duburin fa każabat wa huwa mina-ādiqīn(a).



Jika bajunya koyak di
bagian belakang, perempuan itulah yang berdusta dan dia (Yusuf) termasuk
orang-orang yang jujur.”





28





فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ
كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ





Falammā ra'ā qamīahū qudda min duburin qāla innahū min kaidikunn(a), inna kaidakunna
‘a
īm(un).



Maka, ketika melihat
bajunya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia (suami perempuan itu) berkata,
“Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu (hai kaum wanita). Tipu dayamu benar-benar
hebat.





29





يُوْسُفُ اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا وَاسْتَغْفِرِيْ لِذَنْۢبِكِۖ
اِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخٰطِـِٕيْنَ ࣖ





Yūsufu a‘ri ‘an hāżā wastagfirī liżambik(i), innaki kunti minal-khāi'īn(a).



Wahai Yusuf,
lupakanlah ini dan (wahai istriku,) mohonlah ampunan atas dosamu karena
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang bersalah.”





30





۞ وَقَالَ نِسْوَةٌ فِى الْمَدِيْنَةِ امْرَاَتُ الْعَزِيْزِ
تُرَاوِدُ فَتٰىهَا عَنْ نَّفْسِهٖۚ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّاۗ اِنَّا لَنَرٰىهَا
فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ





Wa qāla niswatun
fil-madīnatimra'atul-‘azīzi turāwidu fatāhā ‘an nafsih(ī), qad syagafahā
ubbā(n), innā lanarāhā fī alālim mubīn(in).



Para wanita di kota
itu berkata, “Istri al-Aziz menggoda pelayannya untuk menaklukkannya.
Pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami benar-benar memandangnya
dalam kesesatan yang nyata.”





31





فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ
وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا
وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ
اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا
مَلَكٌ كَرِيْمٌ





Falammā sami‘at
bimakrihinna arsalat ilaihinna wa a‘tadat lahunna muttaka'aw wa ātat kulla wā
idim minhunna sikkīnaw wa qālatikhruj ‘alaihinn(a), falammā
ra'ainahū akbarnahū wa qa
ṭṭa‘na aidiyahunn(a), wa qulna āsya lillāhi mā hāżā illā basyarā(n), in hāżā illā malakun karīm(un).



Maka, ketika dia
(istri al-Aziz) mendengar cercaan mereka, dia mengundang wanita-wanita itu dan
menyediakan tempat duduk bagi mereka. Dia memberikan sebuah pisau kepada setiap
wanita (untuk memotong-motong makanan). Dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah
(tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika wanita-wanita itu melihatnya,
mereka sangat terpesona (dengan ketampanannya) dan mereka (tanpa sadar) melukai
tangannya sendiri seraya berkata, “Maha Sempurna Allah. Ini bukanlah manusia.
Ini benar-benar seorang malaikat yang mulia.”





32





قَالَتْ فَذٰلِكُنَّ الَّذِيْ لُمْتُنَّنِيْ فِيْهِ ۗوَلَقَدْ
رَاوَدْتُّهٗ عَنْ نَّفْسِهٖ فَاسْتَعْصَمَ ۗوَلَىِٕنْ لَّمْ يَفْعَلْ مَآ
اٰمُرُهٗ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوْنًا مِّنَ الصّٰغِرِيْنَ





Qālat fa
żālikunnal-lażī lumtunnanī fīh(i), wa laqad rāwattuhū ‘an nafsihī fasta‘
am(a), wa la'il lam yaf‘al mā āmuruhū layusjananna wa layakūnam
mina
-āgirīn(a).



Dia (istri al-Aziz)
berkata, “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku
tertarik) kepadanya. Sungguh, aku benar-benar telah menggoda untuk menaklukkan
dirinya, tetapi dia menolak. Jika tidak melakukan apa yang aku perintahkan
kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan benar-benar akan termasuk orang
yang hina.”





33





قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ
اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ
مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ





Qāla rabbis-sijnu aabbu ilayya mimmā yad‘ūnanī ilaih(i), wa illā tarif ‘annī kaidahunna abu ilaihinna wa akum
minal-jāhilīn(a).



(Yusuf)
berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku
akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk
orang-orang yang bodoh.”





34





فَاسْتَجَابَ لَهٗ رَبُّهٗ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهٗ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ





Fastajāba lahū rabbuhū
fa
arafa ‘anhu kaidahunn(a), innahū huwas-samī‘ul-‘alīm(u).



Maka, Tuhannya
memperkenankan (doa)-nya dan menghindarkannya dari tipu daya mereka.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.





35





ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا رَاَوُا الْاٰيٰتِ
لَيَسْجُنُنَّهٗ حَتّٰى حِيْنٍ ࣖ





umma badā lahum mim ba‘di mā ra'awul-āyāti
layasjununnahū
attā īn(in).



Kemudian timbul
pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka
harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.





36





وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيٰنِ ۗقَالَ اَحَدُهُمَآ اِنِّيْٓ
اَرٰىنِيْٓ اَعْصِرُ خَمْرًا ۚوَقَالَ الْاٰخَرُ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَحْمِلُ
فَوْقَ رَأْسِيْ خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۗنَبِّئْنَا بِتَأْوِيْلِهٖ
ۚاِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ





Wa dakhala
ma‘ahus-sijna fatayān(i), qāla a
aduhumā innī arānī a‘iru khamrā(n), wa qālal-ākharu innī arānī amilu fauqa ra'sī khubzan ta'kulu-airu minh(u), nabbi'nā bita'wīlih(ī), innā narāka minal-musinīn(a).



Bersama dia (Yusuf)
masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara.
370) Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras
anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi membawa roti di atas kepalaku.
Sebagiannya dimakan burung.” (Keduanya berkata,) “Jelaskanlah kepada kami
takwilnya! Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang berbuat
baik.”



Catatan
Kaki



370) Menurut suatu riwayat, dua pemuda itu adalah
pelayan-pelayan raja.





37





قَالَ لَا يَأْتِيْكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقٰنِهٖٓ اِلَّا
نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيْلِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّأْتِيَكُمَا ۗذٰلِكُمَا مِمَّا
عَلَّمَنِيْ رَبِّيْۗ اِنِّيْ تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كٰفِرُوْنَۙ





Qāla lā ya'tīkumā a‘āmun turzaqānihī illā nabba'tukumā bita'wīlihī qabla ay
ya'tiyakumā, żālikumā mimmā ‘allamanī rabbī, innī taraktu millata qaumil lā
yu'minūna billāhi wa hum bil-ākhirati hum kāfirūn(a).



(Yusuf)
berkata, “Tidak ada makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua,
kecuali aku telah menjelaskan takwilnya sebelum (makanan) itu sampai kepadamu.
Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama kaum yang tidak beriman kepada Allah, bahkan kepada akhirat
pun mereka ingkar.





38





وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَاۤءِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ
وَيَعْقُوْبَۗ مَا كَانَ لَنَآ اَنْ نُّشْرِكَ بِاللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ ذٰلِكَ
مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَشْكُرُوْنَ





Wattaba‘tu millata
ābā'ī ibrāhīma wa is
āqa wa ya‘qūb(a), mā kāna lanā an nusyrika
billāhi min syai'(in), żālika min fa
lillāhi ‘alainā wa ‘alan-nāsi
wa lākinna ak
aran-nāsi lā yasykurūn(a).



Aku mengikuti agama
nenek moyangku, (yaitu) Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub. Tidak pantas bagi kami
mempersekutukan suatu apa pun dengan Allah. Itu adalah bagian dari karunia
Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya), tetapi kebanyakan manusia
tidak bersyukur.





39





يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَاَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُوْنَ خَيْرٌ اَمِ
اللّٰهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُۗ





āibayis-sijni a'arbābum mutafarriqūna khairun
amillāhul-wā
idul-qahhār(u).



Wahai dua penghuni
penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?





40





مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اَسْمَاۤءً
سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ
سُلْطٰنٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗاَمَرَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ
اِيَّاهُ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُوْنَ





Mā ta‘budūna min
dūnihī illā asmā'an sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā anzalallāhu bihā min sul
ān(in), inil-ukmu illā lillāh(i), amara allā ta‘budū illā
iyyāh(u), żālikad-dīnul-qayyimu wa lākinna ak
aran-nāsi lā ya‘lamūn(a).



Apa yang kamu sembah
selain Dia hanyalah nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat
sendiri. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang pasti tentang hal
(nama-nama) itu. Ketetapan (yang pasti benar) itu hanyalah milik Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.





41





يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ اَمَّآ اَحَدُكُمَا فَيَسْقِيْ رَبَّهٗ
خَمْرًا ۗوَاَمَّا الْاٰخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَّأْسِهٖ ۗ
قُضِيَ الْاَمْرُ الَّذِيْ فِيْهِ تَسْتَفْتِيٰنِۗ





āibayis-sijni ammā aadukumā fa yasqī rabbahū khamrā(n), wa ammal-ākharu fa yulabu fa ta'kulu-airu mir ra'sih(ī), quiyal-amrul-lażī fīhi tastaftiyān(i).



Wahai dua penghuni
penjara, salah seorang di antara kamu akan bertugas menyediakan minuman khamar
bagi tuannya, sedangkan yang lain akan disalib. Lalu, burung akan memakan
sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu berdua tanyakan
(kepadaku).”





42





وَقَالَ لِلَّذِيْ ظَنَّ اَنَّهٗ نَاجٍ مِّنْهُمَا اذْكُرْنِيْ
عِنْدَ رَبِّكَۖ فَاَنْسٰىهُ الشَّيْطٰنُ ذِكْرَ رَبِّهٖ فَلَبِثَ فِى السِّجْنِ
بِضْعَ سِنِيْنَ ࣖ





Wa qāla lil-lażī anna annahū nājim minhumażkurnī ‘inda rabbik(a), fa ansāhusy-syaiānu żikra rabbihī fa labia fis-sijni bi‘a sinīn(a).



Dia (Yusuf) berkata
kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua,
“Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Kemudian, setan menjadikan dia lupa
untuk menjelaskan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, dia (Yusuf) tetap
dalam penjara beberapa tahun lamanya.





43





وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ
يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ
يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا
تَعْبُرُوْنَ





Wa qālal-maliku innī
arā sab‘a baqarātin simāniy ya'kuluhunna sab‘un ‘ijāfuw wa sab‘a sumbulātin khu
riw wa ukhara yābisāt(in), yā ayyuhal-mala'u aftūnī fī ru'yāya
in kuntum lir-ru'yā ta‘burūn(a).



Raja berkata (kepada
para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang
gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus serta tujuh tangkai (gandum) yang
hijau (dan tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai para pemuka kaum,
jelaskanlah kepadaku tentang mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkannya!”





44





قَالُوْٓا اَضْغَاثُ اَحْلَامٍ ۚوَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيْلِ
الْاَحْلَامِ بِعٰلِمِيْنَ





Qālū au alām(in), wa mā nanu bita'wīlil-alāmi bi‘ālimīn(a).



Mereka menjawab,
“(Itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak mampu menakwilkan
mimpi itu.”





45





وَقَالَ الَّذِيْ نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ اُمَّةٍ
اَنَا۠ اُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيْلِهٖ فَاَرْسِلُوْنِ





Wa qālal-lażī najā
minhumā waddakara ba‘da ummatin ana unabbi'ukum bita'wīlihī fa arsilūn(i).



Orang yang selamat di
antara mereka berdua berkata dan teringat (perihal Yusuf) setelah beberapa
waktu lamanya, “Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai)
menakwilkan mimpi itu. Maka, utuslah aku (kepadanya).”





46





يُوْسُفُ اَيُّهَا الصِّدِّيْقُ اَفْتِنَا فِيْ سَبْعِ بَقَرٰتٍ
سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعِ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ
يٰبِسٰتٍۙ لَّعَلِّيْٓ اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ





Yūsufu ayyuha-iddīqu aftinā fī sab‘i baqarātin simāniy
ya'kuluhunna sab‘un ‘ijāfuw wa sab‘i sumbulātin khu
riw wa ukhara yābisāt(in), la‘allī arji‘u ilan-nāsi la‘allahum
ya‘lamūn(a).



(Dia
berkata,) “Wahai Yusuf, orang yang sangat dipercaya, jelaskanlah kepada kami
(takwil mimpiku) tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor
sapi) kurus dan tujuh tangkai (gandum) hijau yang (meliputi tujuh tangkai)
lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu supaya mereka
mengetahuinya.”





47





قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ
فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖٓ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ





Qāla tazra‘ūna sab‘a
sinīna da'abā(n), famā
aattum fa żarūhu fī
sumbulihī illā qalīlam mimmā ta'kulūn(a).



(Yusuf)
berkata, “Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang
kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan.





48





ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ
مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ





umma ya'tī mim ba‘di żālika sab‘un syidāduy
ya'kulna mā qaddamtum lahunna illā qalīlam mimmā tu
ḥṣinūn(a).



Kemudian, sesudah itu
akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa
yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum)
yang kamu simpan.





49





ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ
وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ ࣖ





umma ya'tī mim ba‘di żālika ‘āmun fīhi yugāun-nāsu wa fīhi ya‘irūn(a).



Setelah itu akan
datang tahun, ketika manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu
mereka memeras (anggur).”





50





وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖ ۚفَلَمَّا جَاۤءَهُ
الرَّسُوْلُ قَالَ ارْجِعْ اِلٰى رَبِّكَ فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ النِّسْوَةِ
الّٰتِيْ قَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّ ۗاِنَّ رَبِّيْ بِكَيْدِهِنَّ عَلِيْمٌ





Wa qālal-maliku'tūnī
bih(ī), falammā jā'ahur-rasūlu qālarji‘ ilā rabbika fas'alhu mā
bālun-niswatil-lātī qa
ṭṭa‘na aidiyahunn(a), inna rabbī bikaidihinna ‘alīm(un).



Raja berkata, “Bawalah
dia kepadaku!” Ketika utusan itu datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata,
“Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana perihal
wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Mengetahui tipu daya mereka.”





51





قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ اِذْ رَاوَدْتُّنَّ يُوْسُفَ عَنْ
نَّفْسِهٖۗ قُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِنْ سُوْۤءٍ ۗقَالَتِ
امْرَاَتُ الْعَزِيْزِ الْـٰٔنَ حَصْحَصَ الْحَقُّۖ اَنَا۠ رَاوَدْتُّهٗ عَنْ
نَّفْسِهٖ وَاِنَّهٗ لَمِنَ الصّٰدِقِيْنَ





Qāla mā khabukunna iż rāwattunna yūsufa ‘an nafsih(ī), qulna āsya lillāhi mā ‘alimnā ‘alaihi min sū'(in), qālatimra'atul-‘azīzil-āna
aṣḥaal-aqq(u), ana rāwattuhū ‘an nafsihī wa innahū
lamina
-ādiqīn(a).



Dia (raja) berkata
(kepada wanita-wanita itu), “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya?”
371) Mereka berkata, “Maha Sempurna Allah.
Kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Istri al-Aziz berkata,
“Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya dan sesungguhnya dia
termasuk orang-orang yang benar.”



Catatan
Kaki



371) Yang dimaksud dengan keadaan di sini ialah
pendapat perempuan-perempuan itu tentang Nabi Yusuf a.s., apakah dia
terpengaruh godaan itu atau tidak.





52





ذٰلِكَ لِيَعْلَمَ اَنِّيْ لَمْ اَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَاَنَّ
اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ كَيْدَ الْخَاۤىِٕنِيْنَ ۔





Żālika liya‘lama annī
lam akhunhu bil-gaibi wa annallāha lā yahdī kaidal-khā'inīn(a).



(Yusuf
berkata,) “Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa aku
benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah) dan bahwa
sesungguhnya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.





53





۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ
بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ





Wa mā ubarri'u nafsī,
innan-nafsa la'ammāratum bis-sū'i illā mā ra
ima rabbī, inna rabbī
gafūrur ra
īm(un).



Aku tidak (menyatakan)
diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”





54





وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ
فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ





Wa qālal-maliku'tūnī
bihī astakhli
hu linafsī, falammā kallamahū qāla
innakal-yauma ladainā makīnun amīn(un).



Raja berkata, “Bawalah
dia (Yusuf) kepadaku agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.”
Ketika dia (raja) telah berbicara kepadanya, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya
(mulai) hari ini engkau menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan
kami lagi sangat dipercaya.”





55





قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ
عَلِيْمٌ





Qālaj‘alnī ‘alā
khazā'inil-ar
(i), innī afīun ‘alīm(un).



Dia (Yusuf) berkata,
“Jadikanlah aku pengelola perbendaharaan negeri (Mesir). Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga (amanah) lagi sangat berpengetahuan.”





56





وَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِ يَتَبَوَّاُ
مِنْهَا حَيْثُ يَشَاۤءُۗ نُصِيْبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَّشَاۤءُ وَلَا نُضِيْعُ
اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ





Wa każālika makkannā
liyūsufa fil-ar
i yatabawwa'u minhā aiu yasyā'(u), nuību biramatinā man nasyā'u wa lā nuī‘u ajral-musinīn(a).



Demikianlah Kami
memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir) untuk tinggal di mana saja
yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami
kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.





57





وَلَاَجْرُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا
يَتَّقُوْنَ ࣖ





Wa la'ajrul-ākhirati
khairul lil-lażīna āmanū wa kānū yattaqūn(a).



Sungguh, pahala
akhirat itu (pasti) lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu
bertakwa.





58





وَجَاۤءَ اِخْوَةُ يُوْسُفَ فَدَخَلُوْا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ
وَهُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ





Wa jā'a ikhwatu yūsufa
fa dakhalū ‘alaihi fa ‘arafahum wa hum lahū munkirūn(a).



Saudara-saudara Yusuf
datang (ke Mesir), lalu mereka masuk ke (tempat)-nya. Maka, dia (Yusuf)
mengenali mereka, sedangkan mereka benar-benar tidak mengenalinya.
372)



Catatan
Kaki



372) Menurut catatan sejarah, telah terjadi musim
paceklik di Mesir dan sekitarnya. Maka, atas anjuran Nabi Ya‘qub a.s.,
saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. datang dari Kan‘an ke Mesir untuk menghadap
pembesar-pembesar Mesir demi mendapatkan bahan makanan.





59





وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُوْنِيْ بِاَخٍ
لَّكُمْ مِّنْ اَبِيْكُمْ ۚ اَلَا تَرَوْنَ اَنِّيْٓ اُوْفِى الْكَيْلَ وَاَنَا۠
خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ





Wa lammā jahhazahum
bijahāzihim qāla'tūnī bi'akhil lakum min abīkum, alā tarauna annī ūfil-kaila wa
ana khairul-munzilīn(a).



Ketika dia (Yusuf)
menyiapkan perbekalan (bahan makanan) untuk mereka, dia berkata, “Bawalah
kepadaku saudaramu yang seayah denganmu (Bunyamin). Tidakkah kamu melihat bahwa
aku menyempurnakan takaran (gandum) dan aku adalah sebaik-baiknya penerima
tamu?





60





فَاِنْ لَّمْ تَأْتُوْنِيْ بِهٖ فَلَا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِيْ
وَلَا تَقْرَبُوْنِ





Fa illam ta'tūnī bihī
falā kaila lakum ‘indī wa lā taqrabūn(i).



Jika kamu tidak
membawanya kepadaku, kamu tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi dariku dan
jangan kamu mendekatiku.”





61





قَالُوْا سَنُرَاوِدُ عَنْهُ اَبَاهُ وَاِنَّا لَفٰعِلُوْنَ





Qālū sanurāwidu ‘anhu
abāhu wa innā lafā‘ilūn(a).



Mereka berkata, “Kami
akan membujuk ayahnya agar mengizinkan kami membawanya dan sesungguhnya kami
benar-benar akan melaksanakannya.”





62





وَقَالَ لِفِتْيٰنِهِ اجْعَلُوْا بِضَاعَتَهُمْ فِيْ رِحَالِهِمْ
لَعَلَّهُمْ يَعْرِفُوْنَهَآ اِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ





Wa qāla
lifityānihij‘alū bi
ā‘atahum fī riālihim la‘allahum ya‘rifūnahā
iżanqalabū ilā ahlihim la‘allahum yarji‘ūn(a).



Dia (Yusuf) berkata
kepada para pembantunya, “Masukkanlah (kembali) barang-barang mereka (yang
mereka jadikan alat tukar)
373) ke dalam karung-karung mereka. (Hal itu
dilakukan) agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarga
mereka. Mudah-mudahan mereka kembali lagi.”
374)



Catatan
Kaki



373) Menurut kebanyakan mufasir, barang-barang
saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. yang digunakan sebagai alat penukar bahan
makanan itu ialah kulit atau terompah.
374) Tindakan ini diambil
sebagai siasat dengan cara menanam budi kepada mereka agar mereka nantinya
bersedia kembali lagi ke Mesir dengan membawa Bunyamin.





63





فَلَمَّا رَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَبِيْهِمْ قَالُوْا يٰٓاَبَانَا
مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَاَرْسِلْ مَعَنَآ اَخَانَا نَكْتَلْ وَاِنَّا لَهٗ
لَحٰفِظُوْنَ





Falammā raja‘ū ilā
abīhim qālū yā abānā muni‘a minnal-kailu fa arsil ma‘anā akhānā naktal wa innā
lahū la
āfiūn(a).



Maka, ketika mereka
telah kembali kepada ayah mereka (Ya‘qub), mereka berkata, “Wahai ayah kami,
kita tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi (jika tidak membawa saudara kami).
Oleh karena itu, biarkanlah saudara kami pergi bersama kami agar kami mendapat
jatah. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.”





64





قَالَ هَلْ اٰمَنُكُمْ عَلَيْهِ اِلَّا كَمَآ اَمِنْتُكُمْ عَلٰٓى
اَخِيْهِ مِنْ قَبْلُۗ فَاللّٰهُ خَيْرٌ حٰفِظًا وَّهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ





Qāla hal āmanukum
‘alaihi illā kamā amintukum ‘alā akhīhi min qabl(u), fallāhu khairun
āfiaw wa huwa aramur-rāimīn(a).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Bagaimana aku akan memercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti halnya dahulu
aku telah memercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu? Allah adalah penjaga
yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”





65





وَلَمَّا فَتَحُوْا مَتَاعَهُمْ وَجَدُوْا بِضَاعَتَهُمْ رُدَّتْ
اِلَيْهِمْۗ قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا نَبْغِيْۗ هٰذِهٖ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ
اِلَيْنَا وَنَمِيْرُ اَهْلَنَا وَنَحْفَظُ اَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيْرٍۗ
ذٰلِكَ كَيْلٌ يَّسِيْرٌ





Wa lammā fataū matā‘ahum wajadū biā‘atahum ruddat
ilaihim, qālū yā abānā mā nabgī, hāżihī bi
ā‘atunā ruddat ilainā
wa namīru ahlanā wa na
fau akhānā wa nazdādu
kaila ba‘īr(in), żālika kailuy yasīr(un).



Ketika mereka membuka
barang-barang mereka, mereka menemukan barang-barang (penukar) mereka
dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, “Wahai ayah kami, apa (lagi) yang
kita inginkan? Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, kita akan dapat
mendatangkan bahan makanan untuk keluarga kita, dan kami akan menjaga saudara
kami, serta kita akan mendapat tambahan jatah (gandum) seberat beban seekor
unta. Itu adalah suatu (tambahan) jatah yang mudah (bagi raja Mesir).”





66





قَالَ لَنْ اُرْسِلَهٗ مَعَكُمْ حَتّٰى تُؤْتُوْنِ مَوْثِقًا مِّنَ
اللّٰهِ لَتَأْتُنَّنِيْ بِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يُّحَاطَ بِكُمْۚ فَلَمَّآ اٰتَوْهُ
مَوْثِقَهُمْ قَالَ اللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ





Qāla lan ursilahū
ma‘akum
attā tu'tūni mauiqam minallāhi
lata'tunnanī bihī illā ayyu
āa bikum, falammā ātauhu
mau
iqahum qālallāhu ‘alā mā naqūlu wakīl(un).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah
kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kembali kepadaku,
kecuali jika kamu dikepung (oleh musuh).” Setelah mereka memberikan janji
kepadanya, dia (Ya‘qub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita
ucapkan.”





67





وَقَالَ يٰبَنِيَّ لَا تَدْخُلُوْا مِنْۢ بَابٍ وَّاحِدٍ
وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍۗ وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مِّنَ
اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُوْنَ





Wa qāla yā baniyya lā
tadkhulū mim bābiw wā
idiw wadkhulū min abwābim mutafarriqah(tin),
wa mā ugnī ‘ankum minallāhi min syai'(in), inil-
ukmu illā lillāh(i), ‘alaihi
tawakkaltu wa ‘alaihi falyatawakkalil-mutawakkilūn(a).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Wahai anak-anakku, janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah
dari pintu-pintu gerbang yang berbeda-beda. (Namun,) aku tidak dapat mencegah
(takdir) Allah dari kamu sedikit pun. (Penetapan) hukum itu hanyalah hak Allah.
Kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya (saja) orang-orang yang
bertawakal (meningkatkan) tawakal(-nya).”





68





وَلَمَّا دَخَلُوْا مِنْ حَيْثُ اَمَرَهُمْ اَبُوْهُمْۗ مَا كَانَ
يُغْنِيْ عَنْهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ اِلَّا حَاجَةً فِيْ نَفْسِ
يَعْقُوْبَ قَضٰىهَاۗ وَاِنَّهٗ لَذُوْ عِلْمٍ لِّمَا عَلَّمْنٰهُ وَلٰكِنَّ
اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ





Wa lammā dakhalū min aiu amarahum abūhum, mā kāna yugnī ‘anhum minallāhi
min syai'in illā
ājatan fī nafsi ya‘qūba qaāhā, wa innahū lażū ‘ilmil limā ‘allamnāhu wa lākinna akaran-nāsi lā ya‘lamūn(a).



Ketika mereka masuk
dari arah yang sesuai dengan perintah ayahnya, (hal itu) tidak dapat mencegah
sedikit pun keputusan Allah, tetapi (itu) hanya suatu keinginan pada diri
Ya‘qub (yaitu kasih sayang kepada anak-anaknya) yang telah dipenuhinya.
Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajarkan
kepadanya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.





69





وَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَخَاهُ قَالَ
اِنِّيْٓ اَنَا۠ اَخُوْكَ فَلَا تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ





Wa lammā dakhalū ‘alā
yūsufa āwā ilaihi akhāhu qāla innī akhūka falā tabta'is bimā kānū ya‘malūn(a).



Ketika mereka masuk ke
(tempat) Yusuf, dia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, dia (Yusuf)
berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih terhadap
apa yang selalu mereka kerjakan.”





70





فَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِيْ
رَحْلِ اَخِيْهِ ثُمَّ اَذَّنَ مُؤَذِّنٌ اَيَّتُهَا الْعِيْرُ اِنَّكُمْ
لَسٰرِقُوْنَ





Falammā jahhazahum
bijahāzihim ja‘las-siqāyata fī ra
li akhīhi umma ażżana mu'ażżinun ayyatuhal-‘īru innakum lasāriqūn(a).



Maka, ketika telah
disiapkan bahan makanan untuk mereka, dia (Yusuf) memasukkan cawan
375) ke dalam karung saudaranya (Bunyamin). Kemudian
berteriaklah seorang penyeru, “Wahai kafilah, sesungguhnya kamu benar-benar
para pencuri.”



Catatan
Kaki



375) Cawan yang dimaksud adalah suatu wadah yang
terbuat dari emas yang digunakan untuk minum dan dapat juga digunakan untuk
menakar.





71





قَالُوْا وَاَقْبَلُوْا عَلَيْهِمْ مَّاذَا تَفْقِدُوْنَ





Qālū wa aqbalū
‘alaihim māżā tafqidūn(a).



Mereka bertanya,
sambil menghadap kepada mereka (yang menuduh), “Apa yang hilang darimu?”





72





قَالُوْا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جَاۤءَ بِهٖ حِمْلُ
بَعِيْرٍ وَّاَنَا۠ بِهٖ زَعِيْمٌ





Qālū nafqidu uwā‘al-maliki wa liman jā'a bihī imlu ba‘īriw wa ana
bihī za‘īm(un).



Mereka menjawab, “Kami
kehilangan cawan raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
(bahan makanan seberat) beban unta dan aku jamin itu.”





73





قَالُوْا تَاللّٰهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَّا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِى
الْاَرْضِ وَمَا كُنَّا سٰرِقِيْنَ





Qālū tallāhi laqad
‘alimtum mā ji'tanā linufsida fil-ar
i wa mā kunnā sāriqīn(a).



Mereka
(saudara-saudara Yusuf) menjawab, “Demi Allah, sungguh kamu mengetahui bahwa
kami datang bukan untuk berbuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah para
pencuri.”





74





قَالُوْا فَمَا جَزَاۤؤُهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ كٰذِبِيْنَ





Qālū famā jazā'uhū in
kuntum kāżibīn(a).



Mereka berkata, “Kalau
demikian, apa hukumannya jika kamu berdusta?”





75





قَالُوْا جَزَاۤؤُهٗ مَنْ وُّجِدَ فِيْ رَحْلِهٖ فَهُوَ جَزَاۤؤُهٗ
ۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ





Qālū jazā'uhū maw
wujida fī ra
lihī fa huwa jazā'uh(ū), każālika najzi-ālimīn(a).



Mereka
(saudara-saudara Yusuf) menjawab, “Hukumannya ialah siapa yang ditemukan dalam
karungnya (barang yang hilang itu), maka dialah sendiri balasannya (dijadikan
hamba sahaya).
376) Demikianlah kami memberikan hukuman
kepada orang-orang zalim.”



Catatan
Kaki



376) Dalam syariat Nabi Ya‘qub a.s., hukuman bagi
pencuri adalah dijadikan hamba sahaya selama satu tahun.





76





فَبَدَاَ بِاَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاۤءِ اَخِيْهِ ثُمَّ
اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَاۤءِ اَخِيْهِۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَۗ مَا كَانَ
لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ
ۗنَرْفَعُ دَرَجٰتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ





Fa bada'a
bi'au‘iyatihim qabla wi‘ā'i akhīhi
ummastakhrajahā miw wi‘ā'i
akhīh(i), każālika kidnā liyūsuf(a), mā kāna liya'khuża akhāhu fī dīnil-maliki
illā ay yasyā'allāh(u), narfa‘u darajātim man nasyā'(u), wa fauqa kulli żī ‘ilmin
‘alīm(un).



Maka, mulailah dia
(memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri
(Bunyamin), kemudian dia mengeluarkannya (cawan raja itu) dari karung
saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat
menghukum saudaranya menurut hukum raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami
angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang
berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.





77





۞ قَالُوْٓا اِنْ يَّسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ اَخٌ لَّهٗ مِنْ قَبْلُۚ
فَاَسَرَّهَا يُوْسُفُ فِيْ نَفْسِهٖ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْۚ قَالَ اَنْتُمْ
شَرٌّ مَّكَانًا ۚوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا تَصِفُوْنَ





Qālū iy yasriq faqad
saraqa akhul lahū min qabl(u), fa asarrahā yūsufu fī nafsihī wa lam yubdihā
lahum, qāla antum syarrum makānā(n), wallāhu a‘lamu bimā ta
ifūn(a).



Mereka
(saudara-saudara Yusuf) berkata, “Jika dia (Bunyamin) mencuri, sungguh sebelum
ini saudaranya pun (Yusuf) pernah mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan
(kekesalan) dalam hatinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata
(dalam hatinya), “Kamu lebih buruk kedudukan (yakni sifat-sifat kamu). Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan.”





78





قَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الْعَزِيْزُ اِنَّ لَهٗٓ اَبًا شَيْخًا
كَبِيْرًا فَخُذْ اَحَدَنَا مَكَانَهٗ ۚاِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ





Qālū yā ayyuhal-‘azīzu
inna lahū aban syaikhan kabīran fa khuż a
adanā makānah(ū), innā
narāka minal-mu
sinīn(a).



Mereka berkata, “Wahai
al-Aziz, sesungguhnya dia (Bunyamin) mempunyai ayah yang sudah lanjut usia
karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya. Sesungguhnya
kami melihat engkau termasuk orang-orang yang selalu berbuat lebih baik.”





79





قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اَنْ نَّأْخُذَ اِلَّا مَنْ وَّجَدْنَا
مَتَاعَنَا عِنْدَهٗٓ ۙاِنَّآ اِذًا لَّظٰلِمُوْنَ ࣖ





Qāla ma‘āżallāhi an
na'khuża illā maw wajadnā matā‘anā ‘indah(ū), innā iżal la
ālimūn(a).



Dia (Yusuf) berkata,
“Kami memohon pelindungan kepada Allah dari menahan (seseorang), kecuali siapa
yang kami temukan harta kami padanya. Jika kami (berbuat) demikian,
sesungguhnya kami benar-benar orang-orang zalim.”





80





فَلَمَّا اسْتَيْـَٔسُوْا مِنْهُ خَلَصُوْا نَجِيًّاۗ قَالَ
كَبِيْرُهُمْ اَلَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنَّ اَبَاكُمْ قَدْ اَخَذَ عَلَيْكُمْ
مَّوْثِقًا مِّنَ اللّٰهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُّمْ فِيْ يُوْسُفَ فَلَنْ
اَبْرَحَ الْاَرْضَ حَتّٰى يَأْذَنَ لِيْٓ اَبِيْٓ اَوْ يَحْكُمَ اللّٰهُ لِيْۚ
وَهُوَ خَيْرُ الْحٰكِمِيْنَ





Falammastai'asū minhu
khala
ū najiyyā(n), qāla kabīruhum alam ta‘lamū anna
abākum qad akhaża ‘alaikum mau
iqam minallāhi wa min qablu mā farrattum fī yūsufa
falan abra
al-ara attā ya'żana lī abī au yakumallāhu lī, wa huwa
khairul-
ākimīn(a).



Maka, ketika mereka
telah berputus asa darinya (putusan Yusuf terhadap permintaan mereka
membebaskan adiknya) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan
berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, “Tidakkah kamu ketahui
bahwa ayah kamu telah mengambil sumpah dari kamu dengan (nama) Allah dan
sebelum ini kamu telah menyia-nyiakan Yusuf? Oleh karena itu, aku tidak akan
meninggalkan negeri ini (Mesir) sampai ayahku mengizinkanku (untuk kembali)
atau Allah memberi putusan terhadapku. Dia adalah pemberi putusan yang terbaik.





81





اِرْجِعُوْٓا اِلٰٓى اَبِيْكُمْ فَقُوْلُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّ
ابْنَكَ سَرَقَۚ وَمَا شَهِدْنَآ اِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ
حٰفِظِيْنَ





Irji‘ū ilā abīkum fa
qūlū yā abānā innabnaka saraq(a), wa mā syahidnā illā bimā ‘alimnā wa mā kunnā
lil-gaibi
āfiīn(a).



Kembalilah kepada
ayahmu, lalu katakanlah, ‘Wahai ayah kami, sesungguhnya anakmu (Bunyamin) telah
mencuri dan kami tidak bersaksi kecuali apa yang kami ketahui dan kami bukanlah
orang-orang yang menjaga (mengetahui) apa yang gaib (yang di balik) itu.





82





وَسْـَٔلِ الْقَرْيَةَ الَّتِيْ كُنَّا فِيْهَا وَالْعِيْرَ
الَّتِيْٓ اَقْبَلْنَا فِيْهَاۗ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ





Was'alil-qaryatal-latī
kunnā fīhā wal-‘īral-latī aqbalnā fīhā, wa innā la
ādiqūn(a).



Tanyalah (penduduk)
negeri tempat kami berada dan kafilah yang datang bersama kami. Sesungguhnya
kami betul-betul orang yang benar.’”





83





قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ
جَمِيْلٌ ۗعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَنِيْ بِهِمْ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ
الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ





Qāla bal sawwalat
lakum anfusukum amrā(n), fa
abrun jamīl(un), ‘asallāhu ay ya'tiyanī bihim
jamī‘ā(n), innahū huwal-‘alīmul-
akīm(u).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu.
(Kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan
mereka semua kepadaku. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”





84





وَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰٓاَسَفٰى عَلٰى يُوْسُفَ
وَابْيَضَّتْ عَيْنٰهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ





Wa tawallā ‘anhum wa
qāla yā asafā ‘alā yūsufa wabya
ḍḍat ‘aināhu minal-uzni fa huwa kaīm(un).



Dia (Ya‘qub) berpaling
dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Alangkah kasihan Yusuf,” dan kedua
matanya menjadi putih karena sedih. Dia adalah orang yang sungguh-sungguh
menahan (amarah dan kepedihan).





85





قَالُوْا تَاللّٰهِ تَفْتَؤُا تَذْكُرُ يُوْسُفَ حَتّٰى تَكُوْنَ
حَرَضًا اَوْ تَكُوْنَ مِنَ الْهٰلِكِيْنَ





Qālū tallāhi tafta'u
tażkuru yūsufa
attā takūna araan au takūna minal-hālikīn(a).



Mereka berkata, “Demi
Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf sehingga engkau (mengidap)
penyakit berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa (wafat).”





86





قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ
وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Qāla innamā asykū baṡṡī wa uznī ilallāhi wa a‘lamu minallāhi mā lā
ta‘lamūn(a).



Dia (Ya‘qub) menjawab,
“Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui
dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.





87





يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ
وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ
اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ





Yā baniyyażhabū fa taassasū miy yūsufa wa akhīhi wa lā tai'asū mir rauillāh(i), innahū lā yai'asu mir rauillāhi illal-qaumul-kāfirūn(a).



Wahai anak-anakku,
pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari
rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”





88





فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَيْهِ قَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الْعَزِيْزُ
مَسَّنَا وَاَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُّزْجٰىةٍ فَاَوْفِ لَنَا
الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَاۗ اِنَّ اللّٰهَ يَجْزِى الْمُتَصَدِّقِيْنَ





Falammā dakhalū
‘alaihi qālū yā ayyuhal-‘azīzu massanā wa ahlana
-urru wa ji'nā bibiā‘atim muzjātin fa
aufi lanal-kaila wa ta
addaq ‘alainā, innallāha yajzil-mutaaddiqīn(a).



Ketika mereka masuk ke
(tempat)-nya (Yusuf), mereka berkata, “Wahai yang mulia, kami dan keluarga kami
telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak
berharga, maka penuhilah takaran (gandum) untuk kami, dan bersedekahlah kepada
kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.”





89





قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَّا فَعَلْتُمْ بِيُوْسُفَ وَاَخِيْهِ اِذْ
اَنْتُمْ جٰهِلُوْنَ





Qāla hal ‘alimtum mā
fa‘altum biyūsufa wa akhīhi iż antum jāhilūn(a).



Dia (Yusuf) berkata,
“Tahukah kamu (kejelekan) apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan
saudaranya karena kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?”





90





قَالُوْٓا ءَاِنَّكَ لَاَنْتَ يُوْسُفُۗ قَالَ اَنَا۠ يُوْسُفُ
وَهٰذَآ اَخِيْ قَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَاۗ اِنَّهٗ مَنْ يَّتَّقِ وَيَصْبِرْ
فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ





Qālū a'innaka la'anta
yūsuf(u), qāla ana yūsufu wa hāżā akhī qad mannallāhu ‘alainā, innahū may
yataqqi wa ya
bir fa innallāha lā yuī‘u ajral-musinīn(a).



Mereka berkata,
“Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini
saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Siapa yang
bertakwa dan bersabar, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang muhsin.”





91





قَالُوْا تَاللّٰهِ لَقَدْ اٰثَرَكَ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَاِنْ
كُنَّا لَخٰطِـِٕيْنَ





Qālū tallāhi laqad āarakallāhu ‘alainā wa in kunnā lakhāi'īn(a).



Mereka berkata, “Demi
Allah, Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya
kami benar-benar orang-orang yang bersalah.”





92





قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ
لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ





Qāla lā tarība ‘alaikumul-yaum(a), wa yagfirullāhu lakum, wa huwa aramur-rāimīn(a).



Dia (Yusuf) berkata,
“Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni
kamu. Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.





93





اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ
يَأْتِ بَصِيْرًا ۚوَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْنَ ࣖ





Iżhabū biqamīī hāżā fa alqūhu ‘alā wajhi abī ya'ti baīrā(n), wa'tūnī bi'ahlikum ajma‘īn(a).



Pergilah kamu dengan
membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat
(kembali); dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”





94





وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيْرُ قَالَ اَبُوْهُمْ اِنِّيْ لَاَجِدُ
رِيْحَ يُوْسُفَ لَوْلَآ اَنْ تُفَنِّدُوْنِ





Wa lammā faalatil-‘īru qāla abūhum innī la'ajidu rīa yūsufa lau lā an tufannidūn(i).



Ketika kafilah itu
telah keluar (dari Mesir dan memasuki Palestina), ayah mereka berkata,
“Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf seandainya kamu tidak menuduhku lemah
akal.”





95





قَالُوْا تَاللّٰهِ اِنَّكَ لَفِيْ ضَلٰلِكَ الْقَدِيْمِ





Qālū tallāhi innaka
lafī
alālikal-qadīm(i).



Mereka (keluarga
Yusuf) berkata, “Demi Allah, sesungguhnya engkau benar-benar masih dalam
kekeliruanmu yang dahulu.”





96





فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ
فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ
اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ





Falammā an
jā'al-basyīru alqāhu ‘alā wajihihī fartadda ba
īrā(n), qāla alam aqul
lakum, innī a‘lamu minallāhi mā lā ta‘lamūn(a).



Ketika telah tiba
pembawa kabar gembira itu, diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Ya‘qub), lalu
dia dapat melihat kembali. Dia (Ya‘qub) berkata, “Bukankah telah aku katakan
kepadamu bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui?”





97





قَالُوْا يٰٓاَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَآ اِنَّا
كُنَّا خٰطِـِٕيْنَ





Qālū yā abānastagfir
lanā żunūbanā innā kunnā khā
i'īn(a).



Mereka (anak-anak
Ya‘qub) berkata, “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampunan untuk kami atas
dosa-dosa kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah.”





98





قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





Qāla saufa astagfiru
lakum rabbī, innahū huwal-gafūrur-ra
īm(u).



Dia (Ya‘qub) berkata,
“Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”





99





فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَبَوَيْهِ
وَقَالَ ادْخُلُوْا مِصْرَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَ ۗ





Falammā dakhalū ‘alā
yūsufa āwā ilaihi abawaihi wa qāladkhulū mi
ra in syā'allāhu āminīn(a).



Maka ketika mereka
masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul ibu bapaknya seraya berkata, “Masuklah
ke negeri Mesir. Insyaallah dalam keadaan aman.”





100





وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ
وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا
رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ
بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ
اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ
الْحَكِيْمُ





Wa rafa‘a abawaihi
‘alal-‘arsyi wa kharrū lahū sujjadā(n), wa qāla yā abati hāżā ta'wīlu ru'yāya
min qabl(u), qad ja‘alahā rabbī
aqqā(n), wa qad asana bī iż akhrajanī minas-sijni wa jā'a bikum minal-badwi mim
ba‘di an nazagasy-syai
ānu bainī wa baina ikhwatī, inna rabbī laīful limā yasyā'(u), innahū huwal-‘alīmul-akīm(u).



Dia (Yusuf) menaikkan
kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka tunduk bersujud kepadanya
(Yusuf). Dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu
itu. Sungguh, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh, Tuhanku telah
berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika
membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.





101





۞ رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ
تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى
الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ





Rabbi qad ātaitanī
minal-mulki wa ‘allamtanī min ta'wīlil-a
ādī(i), fāiras-samāwāti wal-ar(i), anta waliyyī fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), tawaffanī muslimaw
wa al
iqnī bi-āliīn(a).



Tuhanku, sungguh
Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi,
Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan
muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.”





102





ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَۚ وَمَا
كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ اَجْمَعُوْٓا اَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُوْنَ





Żālika min
ambā'il-gaibi nū
īhi ilaik(a), wa mā kunta ladaihim iż ajma‘ū
amrahum wa hum yamkurūn(a).



Itulah sebagian berita
gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), padahal engkau tidak berada
di samping mereka ketika mereka bersepakat mengatur tipu daya (untuk memasukkan
Yusuf ke dalam sumur).





103





وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ





Wa mā akarun-nāsi wa lau arata bimu'minīn(a).



Kebanyakan manusia
tidak akan beriman walaupun engkau (Nabi Muhammad) sangat menginginkannya.





104





وَمَا تَسْـَٔلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا
ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ ࣖ





Wa mā tas'aluhum
‘alaihi min ajr(in), in huwa illā żikrul lil-‘ālamīn(a).



Engkau tidak meminta
imbalan apa pun kepada mereka atas hal itu (seruanmu). Ia (Al-Qur’an) tidak
lain adalah pengajaran bagi semesta alam.





105





وَكَاَيِّنْ مِّنْ اٰيَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ يَمُرُّوْنَ
عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُوْنَ





Wa ka'ayyim min āyatin
fis-samāwāti wal-ar
i yamurrūna ‘alaihā wa hum ‘anhā mu‘rūn(a).



Berapa banyak
tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi
mereka berpaling darinya.





106





وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ
مُّشْرِكُوْنَ





Wa mā yu'minu akaruhum billāhi illā wa hum musyrikūn(a).



Kebanyakan mereka
tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka musyrik.





107





اَفَاَمِنُوْٓا اَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِّنْ عَذَابِ اللّٰهِ
اَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ





Afa aminū an
ta'tiyahum gāsyiyatum min ‘ażābillāhi au ta'tiyahumus-sā‘atu bagtataw wa hum lā
yasy‘urūn(a).



Apakah mereka merasa
aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat
kepada mereka secara tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari?





108





قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى
بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ





Qul hāżihī sabīlī ad‘ū
ilallāh(i), ‘alā ba
īratin ana wa manittaba‘anī, wa subānallāhi wa mā ana minal-musyrikīn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(seluruh manusia) kepada Allah dengan bukti yang nyata. Maha Suci Allah dan aku
tidak termasuk golongan orang-orang musyrik.”





109





وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ
اِلَيْهِمْ مِّنْ اَهْلِ الْقُرٰىۗ اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ
فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ وَلَدَارُ
الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ اتَّقَوْاۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ





Wa mā arsalnā min
qablika illā rijālan nū
ī ilaihim min ahlil-qurā, afalam yasīrū fil-ari fa yanurū kaifa kāna ‘āqibatul-lażīna min qablihim,
wa ladārul-ākhirati khairul lil-lażīnattaqau, afalā ta‘qilūn(a).



Kami tidak mengutus
sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali laki-laki yang Kami berikan wahyu
kepada mereka di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka berjalan di bumi lalu
memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan
rasul)? Sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Apakah kamu tidak mengerti?





110





حَتّٰٓى اِذَا اسْتَيْـَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ قَدْ
كُذِبُوْا جَاۤءَهُمْ نَصْرُنَاۙ فَنُجِّيَ مَنْ نَّشَاۤءُ ۗوَلَا يُرَدُّ
بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ





attā iżastai'asar-rusulu wa annū annahum qad kużibū jā'ahum narunā, fa nujjiya man
nasyā'(u), wa lā yuraddu ba'sunā ‘anil-qaumil-mujrimīn(a).



Sehingga, apabila para
rasul tidak memiliki harapan lagi dan meyakini bahwa mereka benar-benar telah
didustakan, datanglah kepada mereka pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah
orang yang Kami kehendaki. Siksa Kami tidak dapat ditolak dari kaum pendosa.





111





لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ
مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ
وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ





Laqad kāna fī qaaihim ‘ibratul li'ulil-albāb(i), mā kāna adīay yuftarā wa lākin tadīqal-lażī baina yadaihi wa tafīla kulli syai'iw wa
hudaw wa ra
matal liqaumiy yu'minūn(a).



Sungguh, pada kisah
mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat.
(Al-Qur’an) bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan merupakan pembenar
(kitab-kitab) yang sebelumnya, memerinci segala sesuatu, sebagai petunjuk, dan
rahmat bagi kaum yang beriman.



 




Audio Surat Yusuf 1-111



Silahkan Berbagi Fashion: Al-Qur'an Surat Yusuf 1-111 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio), Ke Teman Anda Silahkan Klik Share.


Fitur & Koleksi